Chapter-14

3.8K 213 3
                                    

Suara adzan subuh membangung Prilly dari lelapnya tidur. Ia melirik kearah samping kirinya melihat Ali masih memeluk pinggangnya erat. "Puppy,bangun yuk" Prilly mengelus lembut pipi milik suaminya itu,bahkan ia sesekali tersenyum mengingat ia dan Ali telah resmi menikah. Banyak pengorban dan air mata yang pernah Prilly rasakan saat saat bersama Ali. Banyak lika liku yang menguji segala kesabarannya. Tiba tiba Ali mulai mengrejab rejabkan matanya untuk menyusuaikan cahaya yang masuk di indera penglihatannya. Ia mengukir seulas senyum melihat istri mungilnya yang sudah lebih dulu tersadar. "Puppy kita sholat yuk" Ajak Prilly sambil mengingat rambutnya. Kemudian ia beranjak dari tempat tidur dan Alipun mengikutinya mengambi air wudu.

Prilly begitu cantik mengenakan mukenah putih dengan motif bunga bunga dan Ali memaki baju kokoh putih besarta peci hitamnya. Mereka berdua menunaikan sholat subuh berjamaah,dengan Ali menjadi imamnya. Suara lantunan ayat ayat Al Qur'an terdengar begitu indah dari bibir Ali, begitupun ketika Ali membaca Allahu akbar dan Samiallahu limanhamidah.
Sholat mereka di akhir dengan doa doa yang terucap dari lubuk hati terdalam.

"Ya Allah, entah apa yang harus hambah katakan kecuali rasa syukur hamba terhadap-Mu. Hamba tau, hamba dan suami hamba melakukan begitu banyak kesalah,entah sudah berapa banyak Ya Allah. Maka dari itu,Ampunilah segela dosa hamba,dosa kedua orang tua hamba dan suami hamba. Ya Rab, semoga Kau menjaga bayi yang masih hamba kandung ini, semoga kau melancarkan proses lahiran hamba" Prilly menghapus air matanya yang menetes, ia menatap Ali yang tengah tersenyum, dengan cepat ia mencium punggung tangan suaminya itu. Di lanjut Ali mencium kening istrinya.

"Makasih Puppy,udah sabar atas semua sifat aku" Ucap Prilly sambil menitihkan air matanya, bukan air mata sedih,tapi air mata haru. "Itu sudah kewajiban aku buat sabar atas sifat kamu sayang" Balas Ali pula,Ali memeluk istrinya itu,masih dengan posisi duduk.
"Udah ya,jangan nangis.

Usahai melaksanakan sholat subuh,Prilly memilih untuk segera turun dari kamarnya, melangkah riang memasuki area dapur yang sudah terlihat Ainun yang tengah menyiapkan makanan serta dua koki mansion ini. "Kak Ainun" Prilly langsung memeluk asisten rumah tangga itu, bagaikan ia memeluk kakaknya sendiri. "Astaga Prilly, kakak kaget tau" Prilly hanya mampu menyengir melihat wajah Ainun yang tampak kesal akan tingkahnya. "Ya Maaf kak" Ucap Prilly kemudian kembali memeluk Ainun. "Iya adek kecil. Udah kamu tunggu di meja makan ya. Kasihan babynya capek, ibunya sih berdiri melulu" Prilly terkekeh geli mendengar ocehan Ainun, sungguh dia bahagia memiliki asisten rumah tangga seperti Ainun, dia bahkan seperti saudara untuknya. "Tapi kak, Prilly juga pengen bantuin" Prilly menampakkan wajah puppy eyesnya, jikalau sudah begini sangat sulit untuk Ainun menolak permintaan adik kecilnya ini. "Huuuff ya sudah, kamu bantu kakak buat nasi goreng ya" Prilly sontak begitu bahagia, dengan telaten dan hati hati ia mulai mengolah bumbu raciknya membuat nasi goreng,sedangkan Ainun dan koki di dapur itu sibuk membuat makanan penutup dan juga ayam panggang.

Sekitar pukul 06.15 WIB Ali baru turun dari kamarnya. Maklum,sehabis sholat ia memilih tidur kembali. Ia tersenyum haru melihat kesederhanaan istrinya itu, walaupun mereka sudah memiliki banyak harta, tapi sikap sederhana tidak pernah hilang. Prilly yang baru saja menyiapkan sarapan pada meja makan,mulai sadar akan hadirnya suaminya yang memperhatikan gerak gerik dirinya. "Puppy, ayo sarapan dulu. Trus kita ke kampus bareng" Ali mengangguk dan tersenyum lalu mengikuti istri kecilnya itu. "Gimana Puppy?enak?" Tanya Prilly penuh binar ketika Ali mulai menyantap nasi goreng buatannya. "Enak banget sayang" Sanjung Ali sambil mengusap kepala istrinya itu. "Alhamdulillah,lanjut makan Puppy".
Keduanya masih asyik menyantap sarapan pagi ini.

***

Keadaan semakin memburuk di keluarga Averal. Semenjak Prilly di usir dari rumah itu,sikap Rizal berubah menjadi begitu keras dan pemarah. Uli hanya mampu diam dan terus mencari tau keberadaan putrinya. Sedangkan Pasya hanya mampu bolak balik ke kamar adiknya,memeluk sisa baju Prilly yang ia tinggalkan sekitar lima bulan setengah itu. Bahkan tak jarang ia menangis. Dengan kesibukannya sebagai maneger di perusahaan milik ayahnya sendiri,Pasya selalu menyempatkan mencari adiknya.

Perjuangan Sebuah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang