Chapter-2

5.7K 275 5
                                    

Sebulan berlalu. Tidak ada yang mengetahui perihal incident Ali Prilly malam party Burhan itu.Bahkan hubungan Ali dan Prilly tampak normal dan tidak menaruh curiga pada kedua orang  tua mereka. Prilly sejauh ini belum mengalami hal yang tidak tidak,ia tetap fokus pada kuliahnya. "Prilly,tumben muka kamu pucet?kamu sakit nak" Bunda Uli mempercepat langkahnya menuju dimana Prilly sedang duduk di sofa panjang ruang tamu.Prilly melihat wajahnya pada layar Iphone miliknya,benar pucat.Pikirnya.
Namun,Prilly tersenyum,ia tidak tau kenapa, sejak semalam perutnya terasa keram seperti di aduk aduk. "Jangan sembunyiin Nak. Bunda tau kamu sedang tidak baik baik. Kamu itu gak bakat bohong sama Bunda" Terkan Bunda Uli semakin mewanti wanti anaknya. "Gak bunda. Prilly cuma pusing dikit. Bunda taukan,Prilly pusing pasti pucet" Prilly mengelus bahu Bundanya ia sebenarnya tak tega melihat wajah khawatir bundanya.Jika boleh bersungguh sungguh,Prilly merasa badannya sakit, bahkan ia ingin sekali muntah,tapi begitu ia tahan.

"Tapi nak..."

"Gak Bunda. Ya udah Prilly berangkat ya, Ali tadi SMS katanya dia nunggu di luar" Sejujurnya Ali tidak mengirim pesan sama sekali untuk Prilly.Prilly tau kalau Iphone Ali ketinggalan,tadi Ali sempat telpon lewat Handphone milik teman kelasnya.Jadi intinya ia berbohong. "Tapi...."
"Udah bunda,aku pamit. Assalamu alaikum" buru buru ia mencium punggung tangan Bunda Uli,Prilly tidak mau bundanya semakin curiga melihat wajahnya yang semakin pucat itu.

"Tuhan,apa ini yang akan kau titipkan untukku" Bantin,mungkin hanya itu yang dapat bersuara saat ini. Rasanya bibir Prilly keluh untuk mengucapkan sepatah kata. Ada rasa takut yang amat banyak dalam dirinya,takut jika hal ini adalah tanda tanda yang ia tak inginkan,takut jika hal itu dapat membuatnya di usir dari rumahnya,takut jika Ali mengingkari janjinya dan masih banyak ketakutan yang ia alami saat ini. "Sekarang aku harus apa Tuhan apa ini hasil perbuatanku" Air matanya meleh bagaikan sebuah es yang terkena percikan api. Terasa panas dalam hatinya.
Prilly melihat sebuah taksi yang berjalan mendekat ke arahnya,ia memilih memanggil taksi tersebut untuk menuju kampusnya yang berjarak tidak jauh dari rumahnya.

"Mau kemana Neng?" Tanya supir taksi yang terlihat sudah seusia ayah Prilly. "Ke kampus Universitas Indonesia Pak" Jawab Prilly beserta senyumnya. "Wah anak bapak yang cewek kuliah di situ juga neng. masih semester satu.Bapak banting tulang nyekolahin dia setinggi mungkin. Bapak gak kena lelah neng buat dia sukses jadi Dosen" Prilly lagi lagi merasa sedih mendengar kata supir taksi itu. Ia mengingat ayahnya. Ayahnya kerja keras menyekolahkan dia,tidak kenal lelah demi Prilly bisa tumbuh cerdas. Tapi kembali lagi dengan kecorobohan itu. Andai saja ia tidak ke Party Burhan,andai saja ia tidak meminum minuman itu dan hanya andai andai yang bisa Prilly pikirkan saat ini.

Berselang beberapa menit,Prilly akhirnya sampai depan kampusnya. Sebelum pergi,
ia sempatkan memberikan uang seratus ribu 3 lembar kepada supir taksi itu,katanya untuk kuliah anak bapak.Namun,langkah-nya bukan ke arah kampus. Melainkan ke sebuah apotik terdekat 60 meter dari UI.

"Kalaupun benar,aku harap semoga dia baik baik saja.Aku akan bertemu Ali secepatnya.Iya secepatnya"

"Ada yang bisa saya bantu Mbak?" Tanya seorang pelayan Apotik tersebut. "Saya mau beli tespack Mbak" Jawab Prilly sebisa mungkin menetralkan dirinya. Tapi tatapan pelayan itu memandang curiga kepada Prilly,mungkin pikirannya sudah aneh aneh. "Eem untuk Tante saya Mbak" Segerelah pelayan itu mengangguk memberikan satu buah tespeck untuk Prilly. Setelah ia bayar,tidak tunggu apa lagi,Prilly berjalan,hanya berjalan. Menuju toilet kampus.

"Prilllyyyy"

Prilly menoleh mendapati Aurel sahabatnya yang sudah 3 tahun ini. "Eh kenapa Rel?" Tanyanya.Sekarang Prilly bingung,ia taruh dimana tespecknya. Atau mungkin di saku celana belakangnya? Itu lebih baik. "Lo mau kemana?Buru buru banget gue lihat" Tanya dengan mata yang memandang curiga.Dalam batin Prilly mencibirnya.

Perjuangan Sebuah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang