Chapter-16

3.7K 219 2
                                    

Ali dan Prilly baru saja tiba di mansion megah milik mereka berdua. Tampak mansion ini sudah sangat bersih setelah mereka kembali. "Sayang aku harus ke kantor sekarang" Ali buru buru menyambar kunci mobil yang terletak di atas meja tamu. Prilly yang melihat itu langsung mengerutkan keningnya. "Kenapa cepat sekali Li? Bukannya kamu sering ke kantor jam 9 ya? Itupun kalau kamu gak ke kampus" Prilly masih enggan melepaskan pegangannya pada lengan Ali. Suaminya itu,tiba tiba saja panik setelah pulang dari taman. "Ada urusan mendadak Prill, ada berkas yang harus ku tanda tangani. Soalnya jam 10 nanti aku harus ke kampus" Setelah mendengar penjelasan dari Ali,perlahan lahan pegangan tangannya terlepas. "Kamu hati hati ya Puppy" Sahut Prilly lirih,entahlah ia merasa tidak ingin ditinggalkan suaminya. "Iya sayang" Sebelum Ali keluar dari mansion itu,Ali mencium kening istrinya lama,kemudia mengelus pucuk kepala Prilly lantas memperlihatkan senyumnnya.

Mobil ferarry merah itu melaju dengan kecepatan rata rata,setelah menerima telpon di taman tadi, Ali buru buru mengantar istrinya pulang. Ternyata telpon itu dari Doni pemegang perusahaan cabangnya di Jakarta,Ali buru buru berangkat ke perusahaan pusat,perusahaan terbesar di Asia, tepatnya di Indonesia,Bandung,yang kini menduduki posisi jejeran perusahaan international world. Perusahaan tersebut kini berganti nama menjadi Farzha Group sedangkan perusahaan cabang yang berada di Paris berganti nama AP Company perusahaan yang Dirga pegang atas perintah Ali. AP singkatan nama dari Ali dan Prilly,itupun juga atas permintaan Dirga. Perusahaan cabang yang terdapat di Jakarta bernama Adli Group singkatan dari nama kakek Adi dan juga Ali.

Drrett...drreett...drreett....

Bunyi deringan handphone milik Ali mengalihkan fokusnya dari menyetir,buru buru ia mengangkat telpon itu yang ternyata dari Doni,sahabatnya sekarang.

"Iya bang Don"

"Li berkas itu sudah ada di kantor pusat. Lo cepet tandatangani. Itu berkas yang menguntungkan perusahaan kita,dari bahaya para pembisnis dunia"

"Iya bang,ini gue udah di jalan. Gue tutup ya, ntar gue hubungi lagi"

Percakapan singkat itu,segera Ali akhiri. Beruntung jalan Bandung di semacet Jakarta, jadi Ali tidak perlu berdesak desakan di jalan untuk segera sampai di kantornya. Dalam hati,Ali sangat berat untuk meninggalkan istrinya itu, ia takut ketika ia tak bersama Prilly, istrinya itu tiba tiba kontraksi dan melahirkan tanpanya. Segera Ali membuang pikiran aneh itu yang membuatnya merasa pening.

Sekitar lima belas menit perjalanan,Ali segera memarkirkan mobilnya di halaman kantor yang begitu luas. Jangan sangka Ali berpakaian rapi ala CEO CEO umumnya,Ali kekantor hanya menggunakan celana pendek selutut,baju kaos polos serta sepata snekker putihnya serta jambulnya itu.

"Astaga CEO kita,ganteng banget sumpah"

"Aaaarrghhh bad boy banget"

"Pengen gue embat deh"

"Pokoknya dia fix ganteng maximal"

Ali mengacukan bisikan bisikan yang sudah pasti untuknya. Ia malas untuk mengganti pakaiannya, hanya karena untuk kekantor mentada tangani berkas penting itu. "Dilah, bagaimana berkas itu sudah ada?" Tanya Ali kepada sekertarisnya untuk memastikan ucapan dari Doni di telpon. "Sudah Pak,berkas itu ada di meja bapak" Alipun hanya mengangguk dan segera menuju mejanya itu.

Ali meneliti setiap kata demi kata yang ada pada berkas tersebut,terdapat kontrak kerjasama antara perusahaannya dan perusahaan Cv.Clean  yang ada di Amerika sekitar empat bulan mendatang. Kontrak kerja sama dari perusahaan Edward Group yang ada di Singapore, dan terakhir perusahaan...

"Pt. Axello,Papa" Lirih Ali membaca nama perusahaan itu. Tubuhnya tiba tiba melemas,ia tidak menyangka akan bertemu dengan Papanya dan itu akan terjadi dua bulan kemudian, tangan Ali bergetar hebat memegangi pulpen untuk segera mentandatangani surat kontrak tersebut. "Apa gue sanggup ketemu Papa" tanyanya lirih pada dirinya sendiri. Jujur saja,jauh dari lubuk hati paling dalam,Ali begitu menginginkan untuk kembali berkumpul dengan keluarganya,namun ia takut,jika kehadirannya akan di tolak dua keluarga itu. Tidak ada pilihan,Ali mentandatangani surat itu. Biarlah,takdir yang membawanya kembali kepada keluarganya.

Perjuangan Sebuah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang