Chapter-7

3.9K 214 0
                                    

Suasana pagi ini tampak begitu sedih untuk Arzha,sudah tidak di anggap oleh sang ibu bahkan ia sedih tidak melihat Ali selama ia pulang. "Li kalau ada lo, gue yakin Mama pasti gak giniin gue" Arzha menghembuskan nafasnya kasar, ia tidak sanggup hidup tanpa kasih sayang seperti ini.

Lain juga di rumah keluarga Averal, Uli masih sama yang dulu. Diam tanpa hendak menyapa suaminya.Pasya datang menghampiri sang bunda,ia memeluk bundanya seakan akan sebagai obat pengganti untuk kehilangan Prilly.Pasya menangkup pipi sang bunda yang agak mulai menirus semenjak adiknya Cintya Aprillu Averal pergi dari rumah. "Pasya tau, bunda sedih Prilly gak ada,Pasya ngerti gimana kesengsaraan bunda. Tapi Pasya mohon seenggaknya bunda istirahat dan makan.Pasya juga sama kayak bunda, berasa kehilangan Prilly" Pasya kembali tertunduk. Ia menangis melihat kondisi keluarganya yang berantakan. "Bunda, kita sama sama cari Prilly ya" mendengar penuturan sang putra,Uli mendongngakkan wajahnya. Rasa tegang akan tragedi dulu seakan akan menjadi memori rusak yang menari nari di otaknya. "Kenapa bunda tegang gitu?" Pasya memilih duduk di samping bundanya, ia takut jika bundanya mengalami penyakit serius,seperti depresi atau stres berlebihan. "Ja...jangan...sya.."
Pasya menautkan kedua alisnya, beberapa pertanyaan menguasai pikirannya. Kenapa jangan?Sebenarnya ada apa? Rahasia apa di balik ini?Semua pertanyaan itu hanya mampu ia rangkum dalam otaknya, bibirnya seakan keluh jika ingin bertanya.

"Kenapa?" Satu kata itu akhirnya lolos begitu saja dari mulut Pasya, entah dari mana keberanian itu datang.Uli seakan akan bungkam mendengar pertanyaan Pasya,apa ini artinya ia akan kehilangan Pasya juga setelah Prilly pergi dari rumah?.
"Hah?"....
Pasya semakin di buat bingung akan sikap bundanya yang tiba tiba saja menjadi aneh, seolah olah pertanyaanya itu tidak berarti. "Gak ada apa apa nak. Bunda gak nyembunyiin apapun dari kamu" Dari raut wajah,sudah terlihat jelas ada sesuatu yang di sembunyikan Uli dari Pasya.

"Apa karna rahasia tentang aku adalah anak pungut yang bunda ambil di tong sampah karena ayah menginginkannya, dan bunda menolak itu?" Mata yang tadinya biasa di setai sisa air mata, sontak membulat seketika. Bagaimana Pasya tau rahasia yang sudah 21 tahun ia rahasiakan itu terbongkar? "Kenapa diam bunda?jawab pertanyaan aku?" Pasya membuat dirinya senetral mungkin. Kenapa rahasia sebesar ini ia tau melalui tukang kebun rumahnya.

Saat itu Pasya baru pulang dari  Jerman, wajahnya terlihat letih usai melakukan penerbangan panjang. Tiba tiba saja Pasya mendengar suara bising dari belakang pos satpan di rumahnya. Dengan keberanian ia melangkah perlahan lahan agar suara tersebut lebih jelas ia dengarkan.
"Bibi saya sudah tidak sanggup bi, untuk trus merahasiakan kejadian 21 tahun yang lalu. Rasanya beban saya bertambah banyak" Suara seorang laki laki seperti sedang mengeluh itu, mulai lebih jelas Pasya mendengar suaranya. "Pak Udin tenang atuh,suaranya kecilin dikit ntar ada yang denger pembicaraan kita" Pasya juga mengetahui suara ini, suara ini adalah milik pembantu yang ada di rumahnya.

"Kalau Den Pasya tau kalau dia cuma anak pungut,yang di pungut tuan Rizal gimana ya?" Ucapan itu sontak membuat Pasya kaget sekaligus merasa sedih lantaran baru mengetahui fakta yang tersebunyi itu. "Pak Udin juga tau gak, nyonya Uli itu benci banget sama den Pasya, dulu pernah hampir di buang. Tapi Tuan Rizal marah trus nolong Den Pasya" Sahut Bibi Edah terlihat sedih.
Mendengar semua pembicaraan itu,Pasya berlari memasuki rumah megah keluarga Averal itu sambil diiringi deraian air mata.

Setibanya di kamar,Pasya berteriak begitu nyaring. Berat menerima kenyataan jika sebenarnya ia adalah anak pungut yang di benci oleh wanita yang ia anggap Bunda."Kenapa harus Gue!!Kenapa haahhh!!" Rambut Pasya seperti tak beratur lagi, hidupnya sudah hancur.

Flashback Off

"Maafkan bunda Pasya,maaf.Bunda gak maksud untuk merahasiskan itu" Air mata tak dapat di bendung lagi,sudah lengkap kesedihan yang Uli rasakan. "Maafkan Pasya bunda,Pasya tau.Sekarang bunda sudah berlaku  adil terhadap aku dan Prilly. Aku akan membantu bunda mencari adikku" Pasya dan Uli berpelukan,Uli tak lagi ada rasa sungkan mengakui Pasya sebagai anaknya,walaupun itu angkat. "Makasih sayang.Bunda janji,bunda akan berlaku adil untukmu dan adikmu" Pasya tersenyum dan mengangguk mendengar ucapan bundanya.

*

Sedangkan pagi ini,Ali tampak susah untuk di bangunin,sudah berulang kali Prilly mencubit pipinya,memencet hidungnya bahkan memukul pantatnya,namun semua itu nihil, tak ada hasilnya. Ali masih sama bergumam " iya nanti". Prilly sudah sangat kewalahan membangunkan suaminya itu,hingga ide jail tercipta di otaknya. "AAAAALLIIIIII BAANGGUUNN" Akhirnya Prilly mengeluarkan volume suaranya yang begitu nyaring.

"Ya allah kebakaran kebakaran" Ali sontak berlari mengelilingi tempat tidur dengan wajah pucat terkaget.Sedangkan Prilly berdiri sambil tertawa terbahak bahak bahak. " Hahaha.... gak ada kebakar sayang hahahaha" Prilly memilih untuk duduk dan tertawa,aneh sekali suaminya ini. " Ya Allah sayang. aku kira ada apaan" Ali memasang wajah di tekuknya sambil berjalan menuju arah Prilly untuk membantu istrinya itu berdiri. "Maaf ya,tadi aku bangunin gak mau sih. ya udah jadi aku teriak" Ali mengeleng geleng melihat tingkah istrinya ini,tidak kah bisa membangunkan secara lembut? "huh ini juga gara gara nurutin ngidam kamu tau" Bela Ali tak mau kalah.

"oohh jadi gak ikhlas ya,oke oke.Gue gak mau ngomong lagi sama lo!" Prilly langsung meninggalkan Ali yang cengo akan sikap istrinya yang mulai berubah ubah semenjak hamil. "Salah lagi salah lagi.Prilly....heyy sayang" Ali berusaha menggapai istrinya itu dan........
Hap,Ali berhasil menggapai tangan Prilly.

"maaf ya,jangan marah.Sumpah aku gak sengaja. maaf ya sayang" ini nih resep ampuh untuk para suami yang istrinya ngambek,pasang muka baby face,pasti luluh. "iya iya.ya udah sana mandi.ntar telat kerja" kan,terbukti. Resep Ali itu manjur. Ali segera melakssnaksn apa ysng tadi Prilly suruhkan.Tapi sebelum itu,Ali menyempatkan diri untuk membuat susu ibu hamil untuk istrinya, ya biar keadaan rumit begini,suami siaga pasti nyempetin.Habis itu,barulah Ali siap siap untuk membersihksn diri untuk bekerja.

Di samping itu,Prilly lagi menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya.Walaupun menu sederhana, Prilly bersyukur karena selama menikah dengan Ali,Ali tak pernah mengeluh.Malah dirinyalah yang banyak mengeluh. "Hey...makan dulu sayang" Setelah makanan sudah tersajikan,Prilly memanggil suaminya untuk sarapan. "Iya cinta" Tapi sebelum itu,Ali menyempatkan diri mengecup kening Prilly dan mencium perut Prilly yang belum buncit itu,masih umur 3 bulan lah.

"Oh ya sayang. kamu udah minum susu bumil yang tadi aku buat belum?" Tanya Ali sambil mengunyah makanannya. " Sudah dong cinta, kan itu demi buah hati kita" Jawab Prilly sambil membersihkan meja makan.Bentar deh, tadi yang ngomong  Cinta itu Ali,dan yang ngomong sayang itu Ptilly,kok ketukar gitu? aneh saja pasturi ini.
"Ya udah kamu jangan capek capek ya. Aku kerja dulu,doain semoga lancar kerjaan OB aku"

"iya sayang. hati hati" Balas Prilly sambil mencium punggung tangan suaminya.

Hari hari begitu tampak tak seindah dulu.Dulu meraka masih tinggal bersama keluarganya,dulu mereka hanya bertemu jika di kampus,dan dulu mereka hanya bersantai santai.Tapi sekarang,dunia seakan akan memutar balik takdir mereka,takdir yang membawa kedua insan manusia ini ketempat yang namanya perjuangan. Mereka harus tau,hidup itu tidak segampang membalikkan telapak tangan.Sepasang manusia ini harus lebih tau apa itu usaha dari nol, hingga pada waktunya mereka menempati posisi atas. Tuhan selalu menjanjikan hal terindah,tapi sebelum itu,Tuhan mengajak umatnya untuk merasakan susah dahulu sebelum kenikmatan menghampiri.

**

"Pagi Ali,wajahmu tampak tampan"
"Ali,mau aku bantu?"
"Ali,boleh aku sentuh tangannya"

Terkadang Ali merasa malas untuk bekerja, ia tidak suka dengan tatapan dan ucapan para karyawati atau pegawai wanita yang menggodanya.Tatapan tajam seolah olah Ali adalah santapan makan malam yang menggiurkan. "kenapa Li?" Suara itu seperti suara Ikhsan,Ali menoleh dan memang benar Ikhsan tengah menyapu lantai kantor. "Capek San. tiap gue datang wanita itu pada godain gue" Keluh Ali.Ikhsan terkekeh,sudah biasa jika rekannya ini mengeluh soal itu. " Namanya juga cewek Li, gak biasa ngelihat cowok ganteng.Nemu satu,matanya udah mau keluar" Ikhsan ketawa,Ali juga. Mereka berdua semakin akrab selama berkenalan di perusahaan ini.

Bersambung

Hai hai ketemu lagi. Thanks ya yang masih nunggu cerita saya.Jangan lupa Vote and comment guys.Maaf typo bertebaran :v

Perjuangan Sebuah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang