Chapter-21

4K 251 14
                                    

"Kamu yakini diri sayang. Bahwa hati kamu sudah terbuka lebar untuk memaafkan segala kesalahan Papa kamu.Ingat Ali,Papa kamu yang selalu ada sewaktu kamu butuh atau gak butuh,sayang,Papa kamu benar benar menyesal. Besok kita ke Jakarta,kita bawa Riez. Kita datangi rumah Mama Papa kamu,dan rumah Bunda dan Ayah aku"

"Tapi Pril,aku belum bisa,luka aku belum sembuh. Bahkan bekas tamparan itu masih kerasa Pril. Aku belum sanggup"

Prilly tersenyum seraya mengusap pipi suaminya dengan penuh kasih sayang. Ya Prilly tau, masih banyak luka luka batin yang Ali rasakan,Alilah yang paling tersakiti disini. Prilly memaklumi, tapi ini menyangkut orang tua,harus sampai kapan mereka hidup layaknya yatim piatu, padahal kedua orang tua mereka masih hidup. "Denger aku. Sekecewanya kamu,semarahnya kamu, Papa kamu tetap orang tua kamu. Ayo harus yakin dong, kamu cuma perlu melawan ego kamu" Lagi lagi Prilly tersenyum,sambil mengusap bahu suaminya itu.

"Inshaa Allah akan aku coba" Senyum merekah di Prilly mendengar ucapan Ali,akhirnya setelah susah paya membujuk,suaminya itu akhirnya luluh. Dan Ali sadar,seharus ia tidak menuruti egonya,Ali juga Sadar,tanpa adanya Prilly mungkin tadi ia akan menolak. Tapi istrinya itu, benar benar bisa meluluhkan hati bekunya.

Sekilas percakapan semalam yang terlintas tiba tiba di otak Ali. Hari ini adalah dimana ia,Prilly dan juga Riez akan ke Jakarta mengunjungi rumah kedua orang tua mereka. Ya mereka seharusnya kembali meminta maaf. "Ayo sayang. Aku sudah siapa" Prilly menghampiri Ali yang terlihat melamun,dengan pelan Prilly menepuk pundak suaminya itu. "Eh" Ali menoleh dan mendapati Prilly sudah siap dengan pakaian santainya,dan juga Riez tetap berada di gendongan.

 "Eh" Ali menoleh dan mendapati Prilly sudah siap dengan pakaian santainya,dan juga Riez tetap berada di gendongan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah siap hem?" Sambil mengelus kepala Prilly lantas mengecup pipi gembul Riez. "Iya sayang. Dari tadi. Yuk,ntar macet" Ali segera mengangguk dan membukakan pintu untuk Prilly dan anaknya masuk.

Perjalan Bandung-Jakarta membutuhkan waktu 2 jam lebih,itupun jika tidak macet dan jalanan aman aman saja. Sepanjang perjalanan hanya ada suara musik yang beralun alun. Ali terlihat banyak diam,bukan fokusnya yang membuat suami Prilly ini terdiam,tapi bagaimana reaksinya jika bertemu dengan orang tuanya. Prilly menggenggam erat tangan suaminya yang berada di atas pahanya. Memberikan senyum seolah olah Prilly mengetahui kegelisaan Ali,walaupun dengan cara di tutup tutup. "Aku yakin kamu kuat sayang. Ada aku dan Riez di sini" Tutur tersenyum lembut. "Makasih sayang. Tanpa kamu,mungkin aku gak bisa bangkit lagi" Balas Ali tatkalah memberikan senyum untuk istrinya. Prilly mengangguk,dan masih setia menggenggam tangan Ali.

"Oooeeeekkk ooeeekkk"

Prilly menunduk melihat Riez menangis kencang. Bayi gembul ini akan menangis jika ia merasa lapar,dan saat ini Baby Riez kelaparan. "Aku nyusin Riez dulu ya,kamu fokus Puppy" Ali menoleh dan mengangguk sambil melemparkan senyum untuk istrinya. Rasa bahagia tiba tiba membuncak di dada Ali,rasa haru, dan bangga semua bercampur menjadi satu. Melihat senyum Prilly,yang berceloteh layaknya mengajak Riez berbicara, walaupun Ali tau,Riez tidak paham apa yang sedang bundanya katakan. Sedangkan Riez menatap mata Prilly,sesekali berkedip lucu, mata bulat ala Ali, membuat Riez mirip bayi bule. Yaiyalah,Ayahnya berdarah arab gitu.

Perjuangan Sebuah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang