Chapter-28

2.4K 140 33
                                    

Dokter Salsa baru saja tiba di apartemennya yang berada di Singapura tidak jauh dari rumah sakit tempat Prilly di rawat, setelah menjalani rutinitasnya merawat dan menjaga pasiennya apalagi pasien tersebut adalah Prilly sahabat karib adiknya. Prilly sudah ia anggap sebagai saudara,Prilly baginya sama dengan Aurel. Tapi bedanya Aurel terlahir dengan keadaan sehat sampai sekarang,namun Prilly berbeda semenjak ia di lahirkan memang sudah di takdirkan menjalani hidup tidak jauh jauh dari jangkauaan rumah sakit.

"Lekas sembuh ya Prill" sebelum terlelap di tidurnya,Salsa masih sempatnya memikirkan keadaan dan kondisi Prilly.

*

Bunyi alat penditeksi jantung begitu nyaring di ruangan Icu ini,bau khas rumah sakit sangat menyengat di indra penciuman. Setelah operasi yang di jalani 4 hari lalu,masih belum ada tanda tanda Prilly tersadar dari mimpinya,entahlah apa yang sedang ia mimpikan.

Dan disinilah Prilly tempat yang begitu sangat indah, dengan berbagai tanaman bunga, kursi taman putih,rumput hijau putih,bahkan hewan seperti kelinci dan kuda pun berwarna putih. Sungguh ia sangat menyukai tempat ini, rasanya ia enggan untuk meninggalkan tempat tersebut. "Aku mohon biarkan saja aku disini, tempat ini sungguh luar biasa indahnya" Gumamnya tersenyum penuh bahagia. "Dan saat ini,aku malah lebih sehat, tidak ada lagi rasa sakit yang aku rasa, tidak ada rumah sakit, cek up,dan darah yang tiba tiba turun dari hidungku" Lanjut Prilly lagi.

Ia asyik mengelus kepala kelinci yang baru saja ia tangkap, angin sepoi sepoi menambah kesejukan tempat yang tidak Prilly ketahui ini. Kelinci yang sekarang dia pangku cukup unik, mata dengan paduan berwarna pink dan biru, serta bulu bulunya berwarna putih dengan bercak pink, sangat jarang ia temui kelinci seperti ini. "Uuuncchh imut banget sih kamu" Prilly lagi lagi mengelus hidung milik kelinci itu yang mengendus layaknya sedang mencium  bau.

Prilly melepas kelinci tersebut lalu berlalari menghampiri seokor kuda putih bersih, ya sangat bersih layaknya kuda poni  di negeri dongeng,Prilly benar benar bingung ia sebenarnya dimana. "Kamh juga lucu, sayangnya aku gak bisa menaikimu" Kekeh Prilly sambil mengelus pucuk kepala kuda itu.

Mungkin sudah keasyikan bermain dengan hewan hewan yang super cantik cantik itu, Prilly tidak sadar bahwa ada seorang pria dan anak laki laki tengah memanggilnya. "Prilly sayang pulang ya,aku kangen sama kamu" Lirih pria itu yang tak lain adalah Ali, suaminya.
Prilly yang tampak sadar dengan suara itu, mengalihkan penglihatannya menatap Ali bersama Riez bayinya yang tengah berada di gendongan Ali. Prilly menatap ibah pada suami dan anaknya yang terus merengek memintanya untuk kembali, namun keindahan tempat ini mencegahnya untuk pulang.

Kenapa? Tempat ini seolah olah menjanjikan kenyamanan yang tidak akan ia dapat jika ia kembali. Kesehatan,tanpa berhubungan dengan rumah sakit,dan semuanya yang tidak akan ia temukan jika Prilly mengikuti suaminya.

"Ayo Pril,kita pulang. Tempat ini bukan tempat kamu" Telinga Prilly seolah olah ia tulikan. Ia mengabaikan ucapan suaminya dengan memberi seulas senyum. "Maaf Li,aku gak bisa ikut kamu. Mungkin ini sudah takdir kita. Cukup sampai disini,aku mohon jaga Riez ya,walaupun tanpa aku" Prilly perlahan lahan mendekati Ali dan Baby Riez yang terhalang oleh cahaya layaknya kaca seperti benteng.
Prilly menyatukan tangannya dengan Ali walaupun ada cahaya di tengah tengah mereka.

"Aku yakin kamu bisa tanpa aku. Maaf selama ini selalu merepotkan kamu. Maaf aku belum bisa jadi istri yang baik Li. Jaga Riez ya, kalau kamu rindu aku,tatap mata Riez,mataku sama dengannya,anggap saja aku hadir di tengah mereka" Lirih Prilly sembari menghapus air mata yang tiba tiba bercucuran di pipinya.

"Gak,kamu gak boleh pergi Pril,apa jadinya aku tanpa kamu. Riez?dia butuh sosok bunda, dan itu cuma kamu sayang. Kamu ikut ya" Ali ikut meneteskan air mata,rasanya jaraknya dengan istrinya semakin menipis dan berkurang. "Gak sayang,Aurel,dia Bunda sambung Riez kelak. Tolong perlakukan Aurel seperti kamu memperlakukan aku, tolong jaga Aurel seperti kamu menjagaku, karena dia adalah takdir kamu yang Tuhan kirimkan. Maaf Ali, aku benar benar tidak bisa lagi bertahan di sana, udara yang aku hirup semakin hari semakin berkurang.Jangan lupa menikahlah dengan Aurel Li" Ucap Prilly melemah.

Perjuangan Sebuah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang