Chapter-18

3.5K 217 6
                                    

Malam harinya, Dirga dan Sifa istri serta Andin anak mereka yang  berusia sebelas tahun, baru tiba di rumah sakit tempat Prilly di rawat. Beruntung mereka tiba di kamar inap Prilly sekitar pukul delapan malam.

"Gimana Pril,udah sehat gak nih?" Tanya Sifa sambil mengelus kepala Prilly. "Alhamdulillah Teh Sifa,aku baik kok" Oh Prilly memang memanggil Sifa dengan sebutanTeteh/Teh itu atas permintaan Sifa sendiri. Awal kenal dengan Prilly sekitar tiga bulan yang lalu. Entahlah,Sifa langsung merasa sayang terhadap Prilly. "Syukurlah. Teteh mau nginap  disini,jagaiin adek teteh ini. Tapi, anak Teteh lagi pilek" Wajah Sifa yang semula ceria mendadak masam,Prilly yang tau keinginan Tetehnya itu hanya mampu mengembangkan senyum. "Gak papa Teh,kan masih bisa jenguk ntar di rumahkan" Pungkas Prilly.

"Ah iya ya Pril,pokoknya gak sabar pengen ngajak baby Riez ngobrol,gak sabar denger baby Riez berceloteh,ah pasti gemes" tiba tiba saja Sifa langsung ngehalu,membuat Prilly mau tak mau tertawa. "Hahaha teteh mah,masih lama itu" Ucap Prilly dengan sisa sisa ketawanya. "Biarin Pril, gak sabar sih"

Sedangkan Dirga dan Ali begitu serius mengobrol.

"Trus lo udah fix bakal kelarin kuliah lo dan wisuda mendadak bulan depan?" Dirga tercengah mendengar penuturan Ali jika ia akan mempercepat wisudanya bulan depan. "Iya bang. Biar gue yang turun tangan sama perusahaan. Biar gue gak ngerepotin lo, dan Bang Doni juga" Jawab Ali tersenyum mantap. Dirga menepuk bahu Ali, ia sebenarnya bangga melihat semangat juang Ali, apalagi di usianya yang masih dua puluh tahun. Dirga tau persis,bagaimana Ali dulu,seorang lelaki belasan tahun yang bekerja sebagai OB, tinggal di kontrakan kecil bahkan kontrakannya sering bocor. Jika mengingat kisah Ali,Dirga seperti ingin menangis,membayangkan saja dirinya menjadi Ali sudah tidak sanggup,apalagi jika ia yang berada di posisi Ali.

"Trus sekarang,bang Dirga kan temennya yang punya kampus itu,sekaligus istrinya bang Dirga punya temen yang bisa ngelulusin mahasiswa tertentu, jadi Ali minta tolong ya" Dirga mengangguk setuju. Mungkin memang waktunyalah Ali yang bertanggung jawab atas perusahaan pusat kakek Adi yang telah di wariskannya. "Makasih banget bang Dirga" Mereka berdua berpelukan layaknya kakak Adik.

***
Setelah menginap selama empat hari di rumah sakit,akhirnya Prilly kembali pulang ke mansion di temani oleh Ali.
Para pekerja yang ada di Mansion itu tampak sangat bahagia melihat kedatangan anggota baru di keluarga ini. Apalagi  akan menambah suasana baru lagi,setiap saat mendengar tangisan bayi.

"Ya Allah,gemes banget. Baby Riez" Eemhy langsung menghampiri Prilly yang tengah cengo melihat tingkah Eemhy yang menurutnya sangat berbeda. "Aduh Pril,boleh gendong gak sih. Aku tuh gemes banget" Prilly menggeleng gelengkan kepalanya,dengan senang hati memberikan baby Riez kepada Eemhy. "Selamat datang kembali Pril di mansion ini. Kangen aku sama kamu" Yani langsung memeluk erat Prilly,tanpa sungkan mengelus puncak kepalanya. "Aaaa aku juga rindu kak Yani. Kak Yani sih datang jengukin cuma sebentar" Bibir Prilly mengerucut,dengan gemas Yani malah mencubit pipinya. "Ah gak usah gitu. Gemes kan sama Bundanya baby Riez" Mendengar ucapan Yani,Prillypun cengengesan di buatnya.

"Tuan Ali,mari biar saya yang membawa barang Prilly ke atas" Ucap Lisa membuat Ali langsung mengalihkan penglihatannya dari keasikan Prilly dan Yani. "Oh ini Lis, makasih ya" Lisapun mengangguk dan segera membawa koper dan tas Prilly dibantu oleh Nita juga.

***
Malam kembali menyapa,suasana dingin begitu terasa. Rembulan dan bintang seolah olah mengerti akan kebahagiaan sepasang suami istri ini. Prilly memeluk tubuhnya sendiri,sambil memejamkan matanya menikmati hembusan angin malam. Dingin ia hiraukan,meskipun layaknya menusuk di kulit mulusnya. Alam seolah olah mengerti akan kebahagiaannya saat ini, memiliki keluarga lengkap dan bahagia. Ia bahkan tak henti hentinya bersyukur kepada sang Pencipta, atas segala kharunianya untuk Ali dan juga dirinya. Ali yang baru saja menempatkan baby Riez di boxnya,tersenyum seraya menghampiri istri mungilnya.

Mata Prilly sontak melek, ia merasakan pelukan suaminya dari belakang menghangatkan tubuhnya. Wangi bau maskulin dari suaminya sekali lagi menambah kehangatan dalam kedinginan malam ini. "Kamu kenapa masih disinu hem?masuk gih dingin sayang" Suara serak milik Ali membuat Prilly seketika membalik dan tersenyum lembut,tangannya memegang rahang kokoh suaminya itu,membuat sang empuh kembali memegang tangannya. "Aku suka disini sayang,biarin seperti ini dulu" Ucap Prilly dengan lembut. Pandangan keduanya sama sama saling bertemu. Ali menjelajahi setiap sudut wajah istrinya,sangat cantik dan natural. "Kamu tau,aku itu adalah laki laki paling beruntung yang bisa memiliki kamu,menjadikan kamu istri aku walaupun kita menikah karena MBA,tapi aku gak pernah menyesal,karena aku tau semua dari itu Allah menyiapkan takdir indah buat kita. Memang awalnya sangat sulit,berkat kakek Adi semuanya berubah. Bahkan aku bisa menemanimu melahirkan buah cinta kita. Terima kasih sayang" Mendengar semua ucapan Ali,perlahan lahan air mata Prilly menetes. Bukan,ia bukan menangis sedih. Ia menangis bahagia sekaligus haru. Ia benar benar tidak menyangka, bisa sekuat sampai sekarang. Padahal ia pernah berfikir akan lemah dan tidak berdaya akan kondisinya dulu,tapi adanya Ali yang mampu menguatkan hidupnya, hingga ia bisa bertahan sampai sekarang.

"Aku yang harus berterima kasih sama kamu sayang. Tanpa kamu,mungkin aku gak bisa setegar ini,tanpa kamu mungkin aku gak bisa hidup dan ngelahirin bayi kita. Hadirnya kamu mengganti semua sakitku menjadi kebahagia, yang gak akan aku rasa kalau kamu gak di sisiku. Tetap sama aku ya Li,aku bener bener gak mau kehilangan kamu" Ali mengangguk akan ucapan istirinya,tanpa Prilly meminta ia tetap akan berada di sisi Prilly,sekuat apapun badai menghadang.

"Hem ya udah kamu tidur ya. Udah malam juga. Gak baik untuk kesehatan kamu" Tegur Ali mendapat anggukan dari istri mungilnya ini.

"Gendong"

"Gandeng aja ya"

"Aaa gak mau. Pokoknya gendong"

"Gandeng deh,ntar aku beliin permen"

"Aaaa gak mau permen,cium kek" Prilly tertunduk sambil tersenyum malu. Wajahnya tiba tiba memanas,tunggu saja suami tengilnya ini akan menggodanya,membuat pipinya akan semerah tomat. "Kok minta cium malah nunduk,natap aku dong" Nahkan dugaan Prilly benar,Ali bahkan mencolek dagunya. Prilly meruntuki dirinya mengatakan itu,kan jadi di godain sekarang. "Ayo,natap aku. Kan mau di cium" Bujuk Ali tersenyum jail,masih dengan mencolek dagu Prilly. "Iihh Ali mah aku malu tau" gerutu Prilly tanpa ada niat untuk menatap suami jailnya itu.

"Oh gitu ya,ya udah"

Prilly merasa langkah Ali mulai menjauh, ia kemudian mengangkat kepalanya,tanpa ia sadari Ali kembali menghampirinya,dan mencium bibirnya,selama lima detik,dan mencium kening istrinya itu. "Aku cinta kamu" Tanpa rasa bersalah Ali malah kembali ke tempat tidur.

Tau kondisi Prilly?Prilly sekarang benar benar bahagia,ia bahagia tapi juga malu. Sampai sekarang ia bengek tanpa ekspresi. Bagaikan patung yang masih berdiri. Bahkan pipinya seakan akan ingin meledak sekarang. Tatapannya juga tidak lepas dari suaminya. Prilly buru buru merapatkan bibirnya yang sempat mangap akibat perlakuan suaminya itu. Nampak ia sudah siap siap mengeluarkan suara delapan oktav yang ia punya.

"AAAAALLLIIIIIII IH KOK NGESELIN BANGET SIHH" Mendengar teriakan istrinya,Ali cuma mampu menutup kedua telinganya tanpa niat membuka matanya. Prilly melangkah menghampiri suami tengil plus jailnya ini. Prilly naik di tubuh Ali sambil memukul dada suaminya itu.

"Dasar suami tengil,suami somplak,suami jail, suami...

Cup

Prilly kembali terdiam,bagaimana tidak,Ali tiba tiba saja bangun dan mencium bibir istrinya itu. "Udah bawelnya,sakit tau dada aku kamu pukul. Jangan berisik ntar baby Riez bangun loh" Ucap Ali sambil mengedipkan sebelah matanya.

"AAAAAA POKOKNYA GUE KESEL SAMA LO. DASAR ALIBABA" Memang,beginilah aslinya mereka. Aneh sih,tapi begitulah caranya menikmati kebahagiaan tanpa rasa malu malu meong,eh malu malu kucing.

"Uustt udah tidur ya" Ali langsung memeluk Prilly. Bahkan posisi mereka saat ini,Ali berada di bawah dan Prilly di atasnya.Kemudian Ali memiringkan badannya,jadi sekarang posisinya saling berpelukan.

"Tidur ya sayang. Good night sweetyheart"

"Good night too honey"

Bersambung.

Yeah akhirnya bisa next juga. Lama ya😁 Maaf ya soalnya saya sibuk persiapan sekolah😪 target lagi deh 30+ vote✌. Jangan lupa comment juga. Makasih banget udah baca cerita ini. Kenapa saya memakai nama Ali Prilly?Karena saya lebih suka dengan nama mereka,meski saya tau mereka gak sama lagi. Huh saya tunggu vote dan comment bawelnya. Btw banyak typo,dan mungkin chapter ini abstrak banget😅😂

Perjuangan Sebuah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang