Chapter-24

3K 215 15
                                    

Malam kembali menyapa kota bandung,hawa dingin angin malam terasa menusuk sampai ketulang tulang tulang. Prilly memeluk tubuhnya sendiri menatap nanar pepohonan rindang yang berhadapan langsung dengan balkon kamarnya. Setitik air mata tiba tiba menetes dari mata indahnya, hati rasanya hancur,bahkan ia rasa harapan untuknya hidup tidak ada lagi. Prilly menghapus air matanya, menghirup dalam udara malam yang rasanya sesak untuk di hirup. Bagaimana nanti nasib anak dan suaminya ketika ia benar benar pergi,siapa yang mengurus Riez, putranya itu masih bayi,masih butuh seorang ibu. Apa Prilly harus mencarikan Ali istri baru, tapi ia belum senggup untuk di madu. 'Tuhan aku harus apa'. Sungguh Prilly berada dalam titik terendah di hidupnya, rasanya dunia seolah olah sedang mempermainkannya. Di awali dengan incident itu, hidup susah hingga di pandang sebelah mata oleh orang orang. Jika ada yang berkata jika hidup Prilly sekarang baik baik saja, semua ito bohong. Ia justru menderita dengan penyakit ini.

Tiba tiba sebuah lengan kokoh memeluk pinggangnya,dan mencium puncak kepalanya. Prilly buru buru berecting memperlihatkan senyum palsunya untuk Ali,suaminya. "Kenapa malam malam disini hmm?" Prilly segera membalik badannya menghadap suaminya itu dan berkata "Gak kok,suka aja disini". "Masuk yuk, dingin tau" Mau tak mau Prilly mengikuti ucapan Ali. Toh itu juga demi kebaikannya. Diliriknya Riez yang tengah terlelap dibox bayinya. "Kenapa sayang?" Ucapan hangat dari bibir Ali terasa hangat terdengar dalam telinganya. "Hemm,gak papa kok. Tidur yuk,aku udah ngantuk" Ali hanya mampu menganggukkan kepalanya atas ucapan istrinya.

Sekitar jam 3 Prilly masih terjaga, ia takut ketika ia tidur,ia tidak bisa bangun lagi. Prilly tidak mau itu terjadi. Bagaimana nasib suami dan anaknya jika ia benar benar pergi meninggalkan dunia ini dalam sekejap saja. Perlahan lahan kakinya melangkah menuju box bayi Riez,bayi mungil itu terlihat tersenyum dalam tidurnya. "Mimpi apa sih nak,kok tidurnya sambil senyum gitu" Sahut Prilly terkekeh,ia kemudian mengangkat tubuh gembul Riez,menepuk nepuk pantat bayinya. "Bunda sayang Riez,ketika suatu saat Bunda tiba tiba pergi,bukan berarti bunda gak sayang Riez. Hanya saja tugas Bunda di dunia ini sudah selesai, oh ya tetap ceria ya nak,tetap jadi anak kesayangan Ayah dan bunda,semangatin Ayah kamu ya nak,bunda tetap di sini,di hati Riez" Setetes air mata kembali menetes,perih rasanya mengatakan hal itu dihadapan putra satu satunya.

"Riez kembali bobo ya,doain bunda,semoga bunda masih bisa bangun keesokan harinya" Setelah itu,Prilly kembali membaringkan tubuh Riez pada box bayi,lantas ia kembali ke tempat tidurnya berusaha memejamkan mata dan memeluk erat suaminya. "Selamat tidur sayang, semoga besok aku masih mampu melihat kamu" lirih Prilly sambil mencium singkat kening milik Ali.

***

Pagi kembali menyapa, suasana pagi ini terasa sangat sejuk,namun sangat aneh untuk Prilly rasakan. Bagaimana tidak,ia kembali dalam posisi lemah,darah kembali keluar dari hidungnya, bahkan kepalanya kembali berdenyut, bukan berdenyut biasa,tapi terasa seperti di hantam benda keras. "Aarrgghh please,jangan sekarang" Prilly menggenggam erat bawahan baju tidurnya, menahan rasa sakit yang amat parah itu. "Ya Allah, sakit" Air mata tak bisa ia tahan,sungguh sakit ini perlahan lahan membunuhnya.

Tok...Tok...Tok...

Suara ketokan dari luar kamar mandi membuat Prilly kembali berecting seolah olah ia baik baik saja,Prilly sudah tau jika orang di balik pintu kamar mandi itu adalah Ali,suaminya. "Kamu baik baik aja kan sayang?" Nada khawatir terdengar jelas dari suara Ali,ya mungkin teriakan Prilly cukup keras sehingga Ali bisa mendengarnya. "Hah,iya sayang,tadi ada ada,eemm ada kecoa" Prilly segera membuka pintu kamar mandi,memasang wajah yang sangat ceria, iya, ceria yang di buat buat.

"Kamu ini ya, oh ya Riez udah bangun tuh. Kayaknya di lapar deh, kamu kasi ASI deh" Pintah Ali sebelum ia bergegas untuk segera mandi.

Disinilah Prilly,menahan rasa sakit dengan air mata dan di tambah lagi menyusui bayinya yang berusia 6 bulan. "Riez sehat sehat ya nak, supaya bisa jagaiin Ayah saat bunda udah gak ada" Bayi gembul itu hanya mampu menatap Prilly sambil tangannya memegang pipi Prilly. "Bunda gak tau,sampai kapan bunda bisa bertahan, tapi sebelum waktu itu tiba,kamu udah gak ASI lagi, kan usianya udah 6 bulan kan nak" lagi lagi Riez hanya mampu mengedipkan matanya sebagai respon dalam ucapan bundanya.

Setelah menyusui Riez,Prilly menyiapkan perlengkapan kantor suaminya,sesekali ia mengelus pakaian Ali dengan sayang. "Mungkin gak lama lagi,kamu sendiri yang nyiapin ini sayang. Tapi aku janji,sebelum aku pergi,aku akan memperkenalkan wanita yang akan menjadi pengganti aku,menjadi ibu sambung Riez" Lirih Prilly tersenyum sedih. Dalam lubuk hatinya, sangat berat untuk melakukan itu,tapi jika bukan dia yang mencari penggantinya sendiri,trus siapa lagi?Ia takut Ali salah pilih.

Seperti biasa,pasangan ini akan turun bersama sama untuk sarapan,Riez yang senantiasa berada di pelukan Ali.

"Pagi Prill,tuan Ali" Sapa Ainun dengan lembut.

"Pagi juga" Jawab Ali dan Prilly berbarengan sambil tersenyum.

Kalau sudah suasana sarapan seperti ini,Riez akan di asuh oleh Lisa dan Eemhy, sedangkan Nita dan Ainun akan menyiapkan sarapan dan juga membersihkan meja makan setelah sarapan telah selesai.

"Hemm,sayang muka kamu kok akhir akhir ini pucat,kamu sakit?" Ucapan Ali sukses membuat jantung Prilly hampir copot,sungguh hal ini sangat Prilly hindari. "Bener loh Prill,muka kamu akhir akhir ini pucat" Nah Ainun juga nambahin ucapan Ali. 'Duhh mesti ngomong apa ini' Batin Prilly bertanya. "Kamu sakit sayang?" Ulang Ali lagi. "Ohh engg...enggak... Kok sayang,cuma gak make up doang kali ya makanya pucat" Entah jawaban dari mana itu,tapi bisa membuat Ali dan Ainun mengangguk atas jawabannya. "Udah gak usah di pikirin,aku baik baik aja kok. Nah cepet sarapan, keburu telat ke kantornya" Alipun hanya bisa mengangguk atas perintah istrinya ini.

***

"Prill,ada tamu tuh di luar" Nita tiba tiba menghampiri Prilly sambil menggendong baby Riez. "Oh ya siapa kak ?" Tanyanya mengambil alih Riez yang berada di gendongan Nita. "Gak tau, ceweknya cantik,putih, berhijab juga" Jelas Nita. Prilly semakin penasaran atas penjelasan Nita. Kemudian Prilly,Ali dan Riez yang berada di gendongan Ali segera menyusul tamu tersebut.

"Prillyyyyy...." dengan tergesah gesah cewek berhijab tersebut langsung berlari dan memeluk erat Prilly dan di balas pelukan erat oleh Prilly. "Aaaaa lo kok gak ngomong ngomong mau ke sini sih,dihh kesel gue gak ada kabarin" oceh Prilly sambil memeluk cewek itu. "Gimana mau ngabarin tau, kontak lo aja kagak ada" Balas cewek tersebut sambil menyudahi acara pelukannya.

"Dihh sih Ali,apa kabar bro?" Kini giliran Ali yang di sapa ala ala cowok oleh cewek berhijab ini. "Ahahaha lo masih sama,masih tomboy. Gue baik kok" Ucap Al sambil membalas salaman cewek itu.

"Dan ini,aaaaa lutuna baby" Tanpa ada aba aba, cewek itu langsung mengambil Riez dalam gendongan Ali. "Aaiiiss mirip Ali bet ini, gemes pengen bawa pulang. Namanya ciapa cihh cayang" Cewek itu tak henti hentinya menghujani Riez dengan ciumannya,dan lihat bayi itu terlihat gembira.

"Namaku Rieznan Syarfani Alifarzha onty panggilannya Riez" jawab Prilly seolah olah mewakili Riez. "Hallo baby Riez" lagi lagi bayi itu tertawa ketika cewek berhijab yang tak lain sahabat Ali dan Prilly sendiri.

'Ya dia orang yang kumaksud,dia penggantiku kelak' Batin Prilly tersenyum pedih.



Bersambung.

Yeeaahh setelah sekian lama gak next,akhirnya ada kesempatan nextnya😅mohon maaf ya readers,jarang next soalnya sibuk sekolah juga adminnya😂 doain aja semoga selalu ada kesempatan next cepat😉Vote and comment minimal 10+ comment targetnya,baru bisa next😅maaf yoo typo bertebaran😂

Perjuangan Sebuah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang