"Jadi, lo mati kayak gimana?" Tanyaku pada Neo yang duduk berhadapan denganku.
Kini aku sedang melakukan tanya jawab padanya, kemudian aku menulis jawaban itu di buku. Mungkin suatu saat berguna. Aku juga sudah tidak terlalu takut lagi padanya, selama dia pakai mode ganteng sih.
"Gue? Ketabrak" jawabnya, "Plis deh jangan ngomong mati. Gue belum mati" ucapnya kesal.
Aku yang sedang duduk di kursi meja belajarku terkejut. Kok mirip dia, ya? Apa jangan Noe itu dia? Yoel juga gak akan mati. "Kok lo mirip temen gue?" Tanyaku padanya.
"Who?" Tanyanya heran.
"Yoel. Lo kenal?" Tanyaku, "Kalian mirip. Yoel sekarang juga gak mati. Tapi dia koma" kataku.
"Yoel... Yoel..." gumam Noe sambil berusaha mengingat-ingat, "Gak tau. Gue gak kenal. Eh gak tau juga sih, gue 'kan hilang ingatan" katanya ambigu.
Aku berdecak kesal, "Okelah. Pertanyaan selanjutnya, kapan lo mati?" Tanyaku sambil menulis jawaban Noe tadi di buku yang selalu kugunakan untuk menulis apa saja.
"Kok gue berasa di interogasi, ya?" Tanya Noe pada dirinya sendiri. Lalu ia menatapku, "Kalau gak salah sekitar 2 tahun yang lalu" katanya sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.
Aku mengangguk-angguk sambil menulis jawaban itu. "Berarti itu kejadian waktu gue kelas 9, 'kan?" Tanyaku.
Noe mengangguk, "Udah interogasinya?"
Aku mengangguk, "Udah, tapi gue marah sama lo!" Seruku. Noe mengangkat alisnya heran. Aku menghela nafas kasar, "Lo udah gentayangan selama 2 tahun, tapi lo belum ingat apapun!?"
"Hehe" tawa Noe canggung, "Yah, kayaknya gue buruk soal ingatan."
"Kalau aja gue bisa nyentuh lo, gue bakal bunuh lo dua kali. Dasar merepotkan! Hobi lo ngerepoti orang ya!?" Kataku kesal.
Ia hanya tertawa lalu mentapku heran, "Temen lo yang namanya Yoel itu, sekarang dimana? Terus dia kenapa bisa anu" Tanyanya menggunakan kata anu. Ah mungkin dia gak bisa mengatakannya.
Aku tersenyum sedih, "Dia koma di rumah sakit. Yoel mati karena nolong gue. Sama kayak lo, dia ketabrak. Tapi dia belum mati."
Noe menatapku heran, "Belum? Berarti akan, dong?"
Aku terkejut, "Hah? Enggak!" Kataku sedikit kesal, "Yoel gak akan mati."
Noe tertawa kecil, "Nama lo Hana, 'kan?" Tanyanya. Aku mengangguk. "Jangan bilang belum, karena kalau belum itu berarti akan."
"Sok bijak lo" kataku sinis.
"Enggak ya. Gue ngomong kenyataan" katanya, "Sedih gue dibilang sok bijak."
Aku berdecak, "Ganti topik! Lo udah gentayangan selama 2 tahun, apa lo ketemu orang indigo?" Tanyaku heran.
Noe mengangguk-angguk, "Ketemu, tapi orang indigo itu malah naksir gue. Maklum lah, gue ganteng gini" katanya dengan tampang sok cool.
"Hidih" kataku berpura-pura jijik. Padahal, dia memang ganteng. "Terus kenapa lo gak minta bantuan dia aja?"
Noe mengangkat bahu, "Kalau gue minta bantuan dia, dia bakal naksir gue. Terus kalau tujuan gue tercapai dan gue menghilang, dia bakal sedih. Gini-gini gue gak mau bikin cewek sedih sekalipun dia gak sebegitu kenal gue. Kecuali kalau cewek itu emang gila dari sananya" jelasnya panjang lebar.
Aku manggut-manggut mengerti, "Terus lo ingat sesuatu gak tentang hidup lo sebelum mati?" Tanyaku.
Noe berdecak kesal, "Gue belum mati! Gue gak bakal mau mati!" Katanya kesal, "Gue ingat kalau rumah gue gak jauh dari sekolah lo. Makanya, gue coba ke sekolah lo kemaren dan gue ketemu lo."
"Oke" kataku, "Gue ini anak baik, jadi gue niat bantuin lo. Yah, seru juga sih bantuin hantu kayak lo."
"Emang gue hantu kayak apa? Baik yah? Ganteng?" Tanyanya antusias sambil berdiri mendekatiku.
"Gak" katak dengan tampang datar, "Tapi gue akui lo emang ganteng. Soal baik-buruk itu gue gak tau, karena gue emang baru ketemu lo kemarin lusa. Udah lo keluar sana gue mau belajar."
Noe mengangguk patuh lalu keluar dari kamarku. Aku membaca ulang tulisan data tentang hantu bernama Neo.
Neo (hantu gak jelas)
Dia baik, ganteng lagi. Sayangnya gue masih takut buat deketi dia. Gue ketemu dia di kamar sehabis gue pulang dari rumah sakit. Karena dia ngancam gue, gue memutuskan untuk membantunya. Jadi inilah info yang berhasil gue dapet soal Neo.
1. Dia ketabrak dan mungkin lagi koma (sama kayak Yoel) Neo juga gak tau dia ada di rumah sakit apa, belakangan ini dia mulai memasuki semua rumah sakit yang ada
2. Neo tipe orang yang suka ngancam dan marah-marah. Jadi kemungkinan besar dia anak yang bawel.
3. Neo mati 2 tahun lalu, tepatnya saat gue kelas 9. Sama kayak Yoel. Gue pikir mereka berdua satu orang tapi Noe gak inget ataupun kenal sama anak bernama Yoel.
Tujuan Neo:
Mencari orang yang berharga buat dia. Tapi, dia aja gak inget gimana gue mau cari? Gue rasa orang berharga buat Neo itu orang tuanya deh.Ingatan yang didapat:
1. Rumah Neo ada di dekat sekolah gue.Setelah selesai membaca, aku menutupnya. Kenapa aku mau membantunya? Aku bahkan tidak mengenalnya. Neo ya... aku gak pernah dengar. Tapi mukanya familiar.
Ya sudahlah, bantu saja. Ini gila memang, tapi aku merasa aku benar-benar harus membantunya. Setidaknya aku punya teman walaupun dia itu hantu gentayangan yang belum mati.
|<>|
KAMU SEDANG MEMBACA
I With the Ghost {END}
Teen FictionAku tak pernah menyangka akan bertemu dengan makhluk seperti ini.