Tujuh

970 80 0
                                    

Aku memakan sarapanku dengan tenang. Tidak, aku tidak tenang. Tidak ada Noe disampingku rasanya aneh. Setelah Noe memperingatkanku tadi malam, kami bertengkar. Bahkan Agil yang kamarnya disamping kamarku bolak-balik ke kamarku-kamarnya.

Aku jadi keingat lagi kejadian tadi malam. Hiks.

"Jauhin Ela" kata Noe dingin.

"Hah?" Tanyaku tidaka mengerti. Aku berjalan ke meja belajar dan meletakkan tasku disana, "Buat apa?"

"Ela dia bukan anak yang baik" jawab Noe masih dengan nada datarnya. Lama-lama dia jadi menyeramkan kalau begitu terus.

"Dia anak baik" kataku, "Dia yang ngajak gue main kesana kemari."

"Ela mau balas dendam, Hana."

Aku menggeleng, "Gak mungkin."

"Lo sendiri tau kalau Ela mantan Yoel" kata Noe, "Dia belum maafin lo karena lo udah buat Yoel koma. Dia mau balas dendam."

Aku terkejut, "Gak mungkin. Lo bohong 'kan?"

"Apa gue keliatan lagi bohong?" Tanyanya. Wajahnya memang tidak menunjukkan tanda-tanda kebohongan. "Gue suka jailin lo. Tapi gue gak suka jail saat-saat begini."

"Gak!" Seruku marah, "Ela gak mungkin kayak gitu!"

"Dia kayak gitu Hana" ucap Noe.

"Gak mungkin!" Balasku dengan penekanan pada kata mungkin.

"Hana, kalau lo gak percaya. Yaudah" kata Noe, "Ini peringatan."

"Gak mungkin!" Teriakku, "Ela gak mungkin kayak gitu! Dia satu-satunya teman gue. Gue gak pernah punya teman lain kecuali dia!"

"Na?" Tanya seseorang dari arah pintu.

Agil berdiri disana menatap heran padaku yang pasti terlihat sedang marah-marah sendiri,"Lo ngapain?"

"Minggat sana" kataku tajam.

Agil sepertinya takut padaku, karena dia langsung pergi dari kamarku. Aku kembali menatap Noe, "Ela gak mungkin kayak gitu."

"Nyatanya dia kayak gitu" balas Noe. Ia menghela nafas lalu mengangkat bahunya, "Terserah lo mau percaya atau gak. Gue cuma mengingatkan saja."

Setelah itu, Noe pergi. Di pintu kamarku juga ada makhluk tak becus yang masih mengintip lalu pergi setelah kupelototi, makhluk itu kini duduk disampingku dengan wajah serius karena sedang menyetir.

Aku memakan roti yang masih ada di tanganku. Baru pertama kalinya aku telat bangun, sekalinya telat bangun malah telat banget. Sekitar 3 menit lagi, gerbang sekolah ditutup. Jadi mau tak mau Agil menyetir dengan cepat.

Padahal biasanya aku dibangunkan oleh Neo, kalau bangunku tidak sesuai waktu. Bahkan Neo yang biasanya mengingatkanku akan segalanya. Hah... ditinggal sosok hantu yang bagaikan waktu di kehidupan berat juga ya.

Sungguh, aku tak melihatnya lagi sejak kejadian semalam. Aku bahkan tak tau dia pergi kemana. Apa mungkin aku mencarinya saja? Yah, mungkin nanti.

"Oy, Na" panggil Agil, "Lo cepet turun duluan. Bujuk tu satpam."

Aku mengangguk dan langsung keluar untuk membujuk pak Satpam. "Pak, ini masih ada 1 menit lho. Bel juga belum bunyi, 'kan?" Tanyaku polos.

Satpam itu mengangguk, "Memang belum bunyi, tapi bu Yuni menyuruh saya untuk menutupnya sekarang."

"Tapi ada satu menit lho, pak" bujukku tetap dengan wajah polos.

Satpam itu menghela nafas lalu membuka gerbangnya, "Cepat."

I With the Ghost {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang