Duapuluh tiga

811 68 1
                                    

Sedari tadi Hana menatap curiga pada Noe yang asik memperhatikan soal ujian miliknya. Hari ini hari terakhir ujian nasional. Hana merasa sudah cukup berusaha selama ini. Ia sudah belajar dengan baik dan sebagainya.

"Lo kenapa liatin gue mulu? Terpesona hah?" Tanya Noe sambil tersenyum jahil.

Hana berdecak. Kayak gitu mah, bukan Yoel. "Pede lo" katanya lalu berjalan kedepan hendak mengumpulkan hasil ujiannya.

Hana berjalan santai ke kantin sambil mengutak-atik handphone-nya. Ia mengirimkan chat pada Vella dan Caca lewat grup line mereka. Setelah itu, ia kembali memperhatikan Noe.

Noe dan Yoel memang rada mirip. Mereka bawel, pintar, dan warna mata mereka juga coklat muda. Tapi, bisa saja 'kan kalau itu hanya kebetulan?

Hana duduk di salah satu bangku, "Noe. Sini deh" kata Hana.

Noe yang tadi asik mengelilingi kantin, langsung berjalan dan duduk di hadapan Hana. "Kenapa?"

"Semalem gue mimpi" kata Hana mengawali ceritanya. "Gue mimpi tentang Yoel. Sebenarnya itu bukan mimpi, itu cuma sebuah kejadian nyata yang gue alami waktu SMP. Sayangnya gue lupa jadi gue gak pernah ngomong ke lo" lanjutnya.

"Terus? Mimpi lo apa?" Tanya Noe mengangkat kedua alisnya.

"Gue mimpi kalau Yoel ngomong gini ke gue, 'Gue pengen deh ganti nama jadi Noe' gitu. Ada kaitannya gak sih sama lo?" Tanya Hana.

Jantung Noe seakan berhenti berdetak. Rasanya darah berhenti mengalir di tubuhnya. Ah ya, dia memang sudah mati. Eh, gak deng, dia belum mati, hanya koma.

Ah sama saja.

Eh beda.

Eh tau dah.

eh beda nggak, sih?

Oke, kita udah OOT (Out Of Topic) Jadi mari kita kembali ke cerita.

Noe terdiam sejenak, ia menunduk. Hana memperhatikan Noe heran, tidak mungkin 'kan kalau Noe itu Yoel?

"HUAHAHAHA!" Noe tertawa keras. Sangat keras walaupun tidak ada yang mendengar.

Hana langsung berdecih kesal. Ya, tidak mungkin Noe adalah Yoel. Selera humor Yoel tidak setinggi ini, Yoel selalu tau saatnya bercanda dan saatnya serius. Dan tidak mungkin seorang Yoel tertawa keras bahkan sampai menangis di saat Hana bertanya serius.

"Gak jadi tanya deh gue" kata Hana kesal.

Noe masih tertawa, "Sori, sori. Tapi Na" Noe menarik nafas untuk menghentikan tawanya, "Gue sering denger dari orang maupun hantu, di dunia ini banyak orang kembar. Malahan semua orang punya kembaran di tempat yang berbeda."

"Oh" gumam Hana. Ia masih kesal.

"Gue tau lo sayang banget sama Yoel. Tapi Na, gue bukan Yoel oke?" ucapnya.

"Ya, lo bukan Yoel. Yoel itu bukan anak jail kayak lo" desis Hana, "Yoel itu baik hati dan tidak sombong. Gak kayak lo yang senantiasa jail ke gue!"

|<>|

"Hana? Masih marah?" Tanya Noe sambil berdiri disamping meja belajar Hana.

"Berisik" ucap Hana, "Pergi sana. Gue mau belajar."

Ya, belajar. Hana tidak bisa santai-santai sekarang. Ia harus belajar untuk ujian beasiswa besok. Entah kenapa Hana yakin kalau ia akan mendapat beasiswa nantinya.

"Sori, Na. Lo baperan amat sih" kata Noe, "Gue 'kan cuma ngomong jujur."

"Noe. Gue seneng seseorang ngomong jujur. Sayangnya, nada yang lo pakai buat ngomong tadi itu menyebalkan. Lo bisa 'kan ngomong sejujurnya tanpa perlu tertawa?" Tanya Hana dingin.

I With the Ghost {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang