Sepuluh

851 72 0
                                    

Walaupun aku berhasil mendapatkan rasa kasihan dari guru BK tersebut, guru itu tetap saja menghukumku. Bukan hukuman yang berat dan aku senang-senang saja menjalaninya. Akunya senang, tapi Noenya malah ceramah panjang lebar.

Padahal ya, hukumannya cuma sekedar di skors. Lagipula, di skorsnya cuma 4 hari doang.

Dipastikan saat aku masuk nanti semua orang sudah semakin menganggapku pembunuh. Yah, bodo amat lah ya.

By the way, ini hari terakhirku di skros. Aku males banget masuk besok. Membosankan. Di sekolah juga aku bakal mendekam di perpustkaan saja. Untuk urusan Hp, aku sama sekali tidak menyentuhnya. Selama di skors, aku berkeliling bersama Neo untuk mencari tau tentangnya.

Aku memilih untuk mematikan Hpku. Karena aku tau, kalau aku membuka Hpku yang ada aku malah sakit hati. Aku tau pasti kalau aku sudah di keluarkan dari grup kelas. Mereka tidak lagi menganggapku bagian dari mereka. Ya, dari kapan tau mereka juga gak pernah menganggapku. Jadi untuk apa sedih lagi kalau ternyata sudah pernah mengalaminya?

Aku memasuki lobi rumah sakit. Aku berjalan ke lift bersama Neo, bersamaan dengan seorang perempuan yang seumuran denganku juga.

"Hana?"

"Ela?"

Kami bertatapan, "Lo ngapain disini?" Tanya kami berdua berbarengan.

Aku dan Ela tertawa kecil. "Gue jengukin Yoel" ucapku sambil tersenyum.

"Gue juga" balas Ela.

Kami berjalan bersama ke kamar yang dihuni Yoel. Kalau Noe, dia sudah pergi lebih dahulu untuk berkeliling rumah sakit. Katanya gini,

"Kali aja gue ketemu diri gue sendiri."

Aku dan Ela memasuki kamar Yoel. Di sofa, ada perempuan yang menatap kami. Ia tersenyum senang, "Hana dan emm... Gabriela, 'kan?" Tanya tante Meisya memastikan. Kalau kalian lupa, tante Meisya adalah ibu Yoel.

Ela mengangguk, "Iya tan. Saya Ela. Mantannya Yoel."

"Iya... sabar ya diputusin sama anak saya" kata tante Meisya, "Kamu gak berniat bunuh diri 'kan?" Tanyanya khawatir.

Aku nyaris tertawa keras mendengar pertanyaan tante Mei. Yah, berharap aja Ela gak marah. Aku melirik Ela yang tetap tersenyum sambil menggeleng, "Gak kok, tan. Saya gak papa, walaupun sekarang sudah berubah status jadi mantan."

"Emm... kalau boleh tau, kenapa Yoel mutusin kamu? Padahal kamu cantik gini."

Ela mengangkat bahu, "Katanya sih, dia suka sama seseorang."

Entah hanya perasaanku saja atau beneran, tadi Ela sedikit menekan kata seseorang. Aku punya firasat buruk akan Ela. Semoga saja tidak terjadi. Aku hanya diam sambil memainkan Hpku, sesekali tertawa kecil mendengar percakapan tante Mei dengan Ela.

"Eh, kamu sama Yoel habis putus gimana?" Tanya Tante Mei.

"Ya gak gimana-gimana, tan. Yoel masih nyapa aku kalau ketemu di koridor gitu" jawab Ela.

Tante Mei mengangguk, "Baik ya anaknya" gumamnya, "Emang biasanya Yoel di sekolah sama siapa?"

"Emm... biasanya sama Hana, tan. Mereka deket banget, kemana-mana bareng" jawab Ela. Aku nyaris tersedak ludah sendiri mendengarnya.

"Ohh. Kamu gak cemburu?" Tanya Tante Mei polos.

Anjir. Ngapain tanya kayak gitu segala. Aku jadi ngerasa gak enak sama Ela. Memang waktu Ela dan Yoel pacaran, aku tetap dekat dengan Yoel. Bahkan menurutku, Yoel lebih dekat denganku daripada dengan Ela.

I With the Ghost {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang