Author pov.
Hana mengetuk pintu rumah Vella. Perlu sekitar 3 detik hingga pintu terbuka menampakkan seorang laki-laki yang terperangah menatapnya.
"Lo Hana, 'kan?" Tanya cowok itu ragu.
Hana mengangguk datar. Cowok itu langsung membungkuk sembilan puluh dejarat, "Maaf, kami tidak menerima tamu bernama Hana."
Kemudian pintu tertutup. Neo tertawa keras, "Na, kayaknya muka datar lo diubah deh. Coba lo senyum sedikit."
Bug...
"RION BEGO!"
Teriakan itu berasal dari dalam rumah. Jelaa sekali itu suara Vella. Sepertinya Vella sedang memaki orang yang baru saja membuka pintu.
Kepala Vella menyembul, "Sori ya, adek gue emang kurang ajar" katanya lalu membuka pintu lebih lebar lagi. "Masuk, Na."
Hana mengangguk lalu masuk ke dalam rumah Vella. "Tadi adik lo?" Tanya Hana.
Vella mengangguk, "Namanya Rion. Dia anak terakhir di antara kami berlima."
"Ohh" gumam Hana. "Mana Caca?" Tanyanya.
Vella mengangkat bahu, "Gak tau. Palingan dia ngaret lagi."
Hana melayangkan pandangan pada 4 anak laki-laki yang langsung mundur teratur. "Kok gue ngerasa ditakuti banget ya" ucapnya sambil duduk di sofa.
"Mereka gak usah di pikirin. Hari minggu gini, biasanya mereka membusuk di kamar. Tapi entah kenala mereka tiba-tiba keluar" kata Vella, "Katanya sih, mereka pengen tau muka orang yang ditakuti di sekolah selain Alden."
"Oh."
"Coba deh lo senyumin mereka. Nanti juga mereka langsung luluh" kata Vella acuh.
"Sori, gue mah gak biasanya senyum" jawab Hana.
"Biasanya lo senyum ke gue" celutuk Neo.
"Itu ke elo, setan. Bukan ke manusia" kata Hana kesal.
Ia tak sadar kalau 4 anak laki-laki yang sedari tadi terus memperhatikannya bertambah takut karena melihat Hana bicara sendiri.
Vella menghela nafas, "Na, bukannya gue apa ya. Tapi gue cuma mau mengingatkan, kalau mereka itu penakut" katanya sambil menunjuk ke arah 4 laki-laki yang semakin menjauh dari area sofa. "Jadi sebisa mungkin lo bisa gak, jangan berkomunikasi sama Neo?"
Hana tertawa canggung, "Sori. Kalau gue gak bales omongan Neo rasanya gatel."
"Hai, epribodi. Sori gue telat!"
Vella, Hana, dan 4 anak laki-laki yang berada di pojokkan menoleh pada Caca. "Tukang ngaret" ejek Vella.
Bukannya membalas ucapan Vella, Caca malah mengernyit heran melihat adik Vella di pojokan. "Ngapain kalian disana? Boker bareng?" Ceplosnya.
"Sori ya Caca, rumah ini suci. Jadi jangan keluarkan kata-kata kotor lo di rumah ini" kata Vella menginstrupsi.
"Oke, hehe" kata Caca lalu duduk di sebelah Hana, "Jadi belajar apa kita?"
"Tunggu. Kalian kesini buat belajar?" Tanya seorang laki-laki sambil melangkah maju, "Kenapa gak di rumah Caca aja?" Tanyanya lagi.
Hana menatap laki-laki itu. Sebenarnya Hana menatap anak itu datar tanpa ada kalimat tersembunyi, tapi entah kenapa anak itu malah melangkah mundur. "Gajadi, abaikan aja pertanyaan gue."
Caca, Vella, dan Neo kompak tertawa keras. "Buset dah, Na. Mungkin lo emang lebih baik tidak bertampang datar deh."
"Mereka takut banget sih sama lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I With the Ghost {END}
Teen FictionAku tak pernah menyangka akan bertemu dengan makhluk seperti ini.