Author pov.
Grup butuh belaian (3)
PermenCaca: Oy, minggu depan udah ujian nih.
Vellasia: Ah, lo pake ngingetin segala. Malesin banget belajar.
HanaZ: Gue udah belajar dari kapan tau.
Vellasia: Cie, anak rajin.
PermenCaca: Na, ajarin gue dong.
HanaZ: Kapan dan dimana?
PermenCaca: Rumah Vella!
Vellasia: Kok gue!?
PermenCaca: Pertama, jangan di rumah gue soalnya suasana rumah lagi buruk. Kedua, di rumah lo ada Vero si pinter sama Raxa si ketos. Kali mereka bisa bantu.
HanaZ: Bilang aja lo mau ketemu Vero. Biar mood belajar.
PermenCaca: Hehe. Hana ya, kalau ngetik suka bener.
Vellasia: Tapi resiko tanggung sendiri ya kalau misalnya pacar si Vero dateng.
PermenCaca: Oke!
Vellasia: Hana, lo bisa 'kan?
HanaZ: Bisa kok. Kebetulan gue lagi gada kerjaan. Di rumah Gila sama temen-temennya ribut mulu. Noe juga ceramah panjang lebar gara-gara gue gak belajar.
Vellasia: Hantu kek Noe bikin kesel ya?
HanaZ: Banget!
PermenCaca: Gue otw rumah lo, Vel.
HanaZ: Gue juga.
Hana langsung mencari tasnya dan memasukkan beberapa buku paket dan buku tulis. Noe yang masih ingin menceramahinya menatap Hana heran, "Mau kemana lo?" Tanyanya.
"Ke rumah Vella. Gue belajar kok disana. Selow oke?" Kata Hana langsung agar Neo tidak ceramah lagi.
"Oke" kata Neo tajam, "Awas nanti kalau lo gak belajar."
"Iya, iya. Cerewet lo, kayak emak-emak aja" ucap Hana kesal.
Ia lalu keluar kamar dan langsung disambut dengan godaan teman-teman Agil yang gila itu.
"Hai cewek. Mau kemana tuh?"
"Cantik. Mau pergi ya?"
"Eh, cantik, ada yang ngikut tuh. Bak putri di kawal prajurit, deh."
Hana berdecih kesal pada godaan Gaga dan Dika. Ia hanya menanggapi perkataan Tera saja. Hana mengibaskan tangan, "Biasalah. Gue 'kan putri raja. Bahkan hantu aja mau ngawal gue" celutuknya.
"Hidih, najis amat gue ngawal lo" balas Noe.
"Nah lho, hantunya marah" ucap Tera.
"Idih, bodo amat" kata Hana cuek, "Gil, bilangin nyokap lo, gue ke rumah temen."
"Emang lo punya temen?" Tanya Dika.
"Punya lah. Contohnya, hantu di belakang gue. Contoh kedua, orang yang bakal gue datengi rumahnya" kata Hana.
"Lo lebih manusiawi ya sekarang" kata Gaga.
"Maksud lo?" Tanya Hana heran.
"Ya, lo gak cuek banget belakangan ini. Biasanya lo gak pernah nanggepin ocehan kita deh."
Hana hanya mengangkat bahu. Lalu berjalan keluar rumah. Ia bosan di rumah. Teman-teman Agil hanya berteriak-teriak membicarakan hal yang anu. Mentang-mentang BoNyok gak ada di rumah, mereka seenaknya saja.
"Na, habis SMA lo mau kemana?" Tanya Noe tiba-tiba.
Hana mengetukkan jarinya di dagu, "Mungkin gue kuliah ke luar negeri?"
"Oh. Kenapa?" Tanya Noe heran.
"Gue cuma gak mau merepotkan Bunda sama Ayah lagi. Kalau misalnya gue bisa kuliah keluar negeri, mereka bakal senang. Bukan hanya Bunda, tapi Mama dan Papa juga bangga sama gue 'kan?" Hana mengeluarkan ocehannya. Ia tidak peduli di tatap aneh oleh orang lain yang juga naik angkot karena bicara sendiri.
"Jadi lo mau ikut program beasiswa?" Tanya Neo memastikan.
Hana mengangguk, "Gue mau ikut beasiswa. Agak telat kalau gue memutuskan sekarang, karena nilai kelas 10 sama 11 semester 1 gue buruk sekali. Walaupun dalam pelajaran bahasa inggris dan sejarah gue bagus, nilai gue yang lain jelek banget apalagi matematika sama fisika" jelasnya.
"Terus lo mau ngambil jurusan apa?" Tanya Noe. Entah kenapa ia kepo dengan Hana dan masa depannya.
"Jurusan HI (Hubungan Internasional) mungkin?" Perkataan Hana malah mirip seperti pertanyaan pada dirinya sendiri. "Gue tau gue terlalu percaya diri. Tapi gue tertarik sama bidang itu. Asik 'kan bisa jalan-jalan keluar negeri dan ketemu sama beberapa orang berpengaruh?"
"Bagus tuh" gumam Noe.
"Kalau lo?" Tanya Hana sambil turun dari kendaraan itu dan berjalan masuk ke gang rumah Vella.
"Hah?" Noe terkejut, ia tak percaya Hana akan menanyakan hal ini padanya. Sedetik kemudian ia tersenyum, "Kalau gue sih terserah mau jadi apa. Ikuti alur aja gue mah. Tapi satu hal yang pasti, gue bakal bantu mewujudkan impian orang yang gue sayang" katanya.
Hana menatap Noe, "Apaan tuh. Gak bisa dong, gue udah ceritain keinginan gue. Kok lo malah jawab kayak gitu, sih?"
Ia kesal karena Noe menjawab dengan kata-kata seperti itu. Hana ingin Noe menjawab dengan sungguh-sungguh, tapi Noe malah menjawab seakan dia bercanda.
Noe terkekeh. "Iya, iya gak usah marah juga kali. Gue nanti mau jadi dokter. Klise banget ya."
"Ya, klise. Klise banget malah" ucap Hana pedas.
Noe terkekeh lagi, "Tapi buat keinginan yang mau impian orang yang gue sayangi terjadi, itu beneran lho."
"Lalu, siapa orang itu?" Tanya Hana.
Neo terdiam lama. Kemudain tersenyum, "Gue gak tau."
Hana menghela nafas, "Susah ya ngembalikan ingatan lo."
"Gue 'kan hantu rese."
"Ya, terserah lo deh."
|<>|
Kayanya kalian sudah tau ya.
Aku memang gak pinter bikin sesuatu ke yang misterius-misteriusan. Aku sendiri kan gak pinter jaga rahasia.
Masih polos aku.
*dih.
Vomment jan lupa ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
I With the Ghost {END}
JugendliteraturAku tak pernah menyangka akan bertemu dengan makhluk seperti ini.