"Na, bangun! Bentar lagi kita sampai."
Hana mengerjap-ngerjapkan matanya menyesuaikan dengan cahaya yang masuk lewat jendela disampingnya. Ia menguap, "Iya, gue bangun."
"Lo doyan banget ngebo" kata Caca, "Ngebo boleh, tapi sesuaikan dengan tempat dan waktu dong."
"Gue ngantuk banget, Ca" balas Hana.
"Lo mah kapan sih gak ngantuk?" Tanya Caca kesal sambil berjalab keluar dari pesawat.
"Waktu malem gue gak ngantuk" jawab Hana nyengir.
"Yee, itu gara-gara lo insom" cibir Caca, "Kayaknya lo keturunan kelelawar deh."
"Terima kasih pujiannya" balas Hana.
"Kalian bisa diem gak sih? Berisik" kata Alden tiba-tiba.
"Selow ae bos!" Ucap Caca sambil menepuk bahu Alden. "Sekarang?" Tanya Caca lirih. Alden mengangguk.
Mereka berdua berjalan di belakang Hana yang masih ber-celoteh ria dan menjauh darinya perlahan. Hana sama sekali tak sadar kalau dirinya kini berjalan sendirian di tengah kerumunan banyak orang.
"Ya 'kan, Ca?" Tanya Hana.
Tidak ada jawaban. Hana menatap sekelilingnya, "Ca?"
Tidak ada Caca, ataupun Alden. Hana menghentak-hentakkan kakinya kesal. "Temen sialan! Seenak udel ninggalin gue!" Dumelnya sambil menunduk memperhatikan kakinya.
Bruk!
Hana sukses menabrak seseorang karena ia tidak menghadap ke depan. Ia mundur beberapa langkah sambil mengelus kepalanya yang menabrak dada laki-lakii tersebut.
"Sakit" rintihnya lirih, "Sori, gue gak liat ja--" Ucapannya terputus saat ia melihat laki-laki itu.
"Sakit? Sori ya, Na" ucap laki-laki itu sambil mengelus kepala Hana.
Mata Hana berkaca-kaca. Ia tak percaya akan orang dihadapannya ini. Hana mengangkat tangannya memegang tangan laki-laki itu. Nyata, tangannya bisa disentuh.
Air mata Hana meluncur mulus ke pipinya. Ia mengusapnya, tapi air mata terus keluar dari matanya.
Laki-laki tersebut menoleh ke kanan dan kiri dengan bingung. Beberapa orang menatapnya seakan dia orang yang telah membuat Hana menangis. Ia menunduk menyejajarkan wajahnya dengan Hana yang masih menutupi wajahnya.
"Jahat lo. Lo jahat, Yoel!" kata Hana.
"Eh, kok gue?" Tanya Yoel sambil menunjuk dirinya. "Bukannya lo yang salah ya? Gue 'kan udah bilang jangan kabur. Kenapa lo tetep kabur? Lo jadi gak tau 'kan."
Tangis Hana makin keras. Yoel membawa Hana keluar dari bandara. Ia tak ingin dirinya dikira orang jahat.
Yoel berdiri di depan mobilnya, "Iya, gue yang salah. Maaf."
Hana menggeleng, "Lo gak salah. Gue yang salah. Gue minta maaf. Harusnya gue gak kabur."
Yoel tersenyum lalu menghapus air mata Hana dengan ibu jarinya, "Udah jangan nangis. Gue gak mau dikira yang aneh-aneh."
Hana balas tersenyum, "Gue minta maaf."
"Cewek kayak lo memang harus dilestarikan ya" kata Yoel, "Lo harus punya banyak keturunan yang sifatnya kayak lo."
Hana menatap Yoel yang tersenyum jahil dengan heran, "Apa?"
Yoel tersenyum lalu mengatakan sesuatu yang membuat Hana berteriak kesal.
"YOEELL!"
|<>|
Ending gaje. La la la~
Akhirnya end! End! END!! Cerita kedua yang end! Aku senang!
Terima kasih kepada kalian semua yang setia membaca cerita gaje ini!
Sequel cerita ini lagi aku bikin! Kalau sudah aku publish, baca ya!
Sekali lagi, Thank You So Much Guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
I With the Ghost {END}
Ficção AdolescenteAku tak pernah menyangka akan bertemu dengan makhluk seperti ini.