Aku merasa sedikit menyesal telah kalap di kantin. Sedikit. Karena aku melakukan itu, kini banyak anak yang memandangku aneh dan gosip-gosip mulai bertebaran. Aku hanya duduk di bangku, sementara Noe berkeliling mencari info.
Sekarang Noe sudah seperti anak buahku saja. Dia mau mau saja aku suruh ini-itu. Aku sedikit merasa tidak enak padanya, tapi ya sudahlah. Oke, jujur, aku memang sedikit egois.
"Oy."
Nah, ini nih, anak buahku.
Aku menoleh, "Gimana?" Tanyaku lirih.
"Semuanya mulai bikin gosip aneh tentang lo. Ada yang bilang lo itu pembunuh, ada yang bilang lo psikopat, bahkan ada yang bilang lo itu pernah masuk penjara" kata Noe. Ia lalu menggeleng-geleng, "Gue gak habis pikir, kenapa mereka bisa sebar gosip aneh kayak gitu."
Aku tersenyum kecil,m dan menahan tawaku. Aku melihat keluar jendela, "Dari dulu juga gue selalu kayak gitu."
Aku yang masih SMP itu duduk diam di bangku dekat jendela. Bangku disampingku kosong, tidak ada yang mendudukinya. Aku menghela nafas dan memalingkan pandangan. Pembicaraan mereka tentangku terdengar jelas.
"Eh, itu kenapa sih?"
"Kok kayak suram ya?"
"Deketin sana."
"Ih, gak. Nanti diamuk lagi."
"Jangan-jangan dia troublemaker lagi?"
Mereka menggosipiku macam-macam. Hanya karena aku duduk sendirian dan wajah yang terlihat dingin, aku langsung mendapat cap buruk. Dasar orang liat dari luar doang.
"Eh, tapi, pengen deh punya temen kayak dia. Keren gitu" ucap seseorang.
Aku langsung menatapnya. Apa?
"Ih, yang ada sakit hati setiap hari nanti."
Cewek itu menggeleng, "Enggak. Kelihatannya aja kayak gitu, bisa aja 'kan dia anak baik?"
"Kalau gitu lo deketi aja sana" kata temannya dingin.
Cih. Cuma karena cewek baik itu berkomentar lain, cewek itu langsung dicap pengkhianat. Ah, kalau sudah begitu, gak mungkin dia mau mendekatiku.
Ternyata dugaanku salah. Cewek itu berdiri dan menghampiriku, "Halo. Nama lo siapa?"
Sebelum menjawab, aku melirik sedikit pada teman-teman cewek ini. Aku nyaris tertawa saat melihat mereka kembali menggosip tentang cewek ini. Percayalah, kalau aku menerima cewek ini sebagai temanku, dia akan langsung dibenci.
Jadi aku memutuskan, aku tak perlu dekat dengannya. Cukup aku saja yang dibenci, cewek ini jangan. Aku menatap cewek didepanku dingin, "Gak usah sok dekat."
Ia terpaku. Lalu pergi meninggalkanku dan duduk di tempatnya yang tadi. Ia mendumel kesal. Teman-temannya menerima cewek itu lagi.
Hah.
Brak!
"Belum telat 'kan?"
Aku menoleh. Seorang cowok masuk dengan penuh keringat. Ganteng, oy!
"Yoel! Belum telat kok. Santai aja" balas seseorang.
Cowok bernama Yoel itu menghembuskan nafas lega. "Untung deh. Gak ada tempat lagi apa ya?" Tanyanya sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas. Pandangannya terhenti padaku, atau bangku di sebelahku.
Jangan. Sampai. Dia. Duduk. Di. Sini. Jangan! Aku gak mau. Baru saja aku ingin memindahkan tasku ke bangku di sebelahku, dia keburu duduk.
Tidak!
KAMU SEDANG MEMBACA
I With the Ghost {END}
Teen FictionAku tak pernah menyangka akan bertemu dengan makhluk seperti ini.