Sembilan belas

785 70 1
                                    

Hana tersenyum senang melihat kertas yang tertempel di papan tulis kelasnya. Hasil belajar Hana selama beberapa hari tidak sia-sia. Ia mendapat ranking 3 di kelasnya. Ia senang, begitu juga Neo.

"Ada kemungkinan lo dapat beasiswa" kata Neo, "Tapi itu kemungkinan kecil."

Hana mengangguk dan berjalan kembali ke tempat duduknya, "Gue tau. Gue rada beruntung sekolah ini pakai tes buat dapet beasiswanya. Tapi itu juga mengandalkan nilai rapot. Gue jadi ragu."

"Jangan pesimis, Hana" kata Neo, "Nilai rapot kelas 10 dan 11 lo gak sebegitu buruk. Pokoknya lo terus belajar aja. Emang tes buat dapat beasiswanya kapan?" Tanyanya.

"Setelah ujian nasional kelas 12 selesai" jawab Hana, "Setelah ujian, anak-anak yang ingin beasiswa ikut ujian. Hanya 5 anak yang bakal dapat beasiswanya" jelasnya.

"Percayalah, dari antara 5 anak itu lo bakal masuk" kata Neo sambil tersenyum menenangkan.

Hana menghela nafas lalu ikut tersenyum. "Semoga."

"Hana!" Teriak seseorang.

Hana dan Neo menoleh lalu berjalan keluar kelas. Vella dan Caca berdiri di luar kelas.

"Lo dapet ranking berapa nih?" Tanya Vella.

"Tiga" jawab Hana sambil tersenyum.

"Sama" kata Caca, "Tos dulu!" Serunya.

Saat Caca dan Hana ber-tos riat, Vella cemberut. "Kok gue merasa, gue paling bodoh ya?"

Caca tertawa geli dan menjitak Vella, "Makanya belajar."

"Gue belajar ya!" Serunya kesal, "Bahkan semalaman gue dimarahi terus sama Rexa. Tapi kenapa gue cuma dapat ranking dua belas?" kata Vella pelan.

"Berarti otak lo memang mentok sampai situ, doang!" Kata Hana sambil terkekeh geli.

"Duh, bentar lagi kelas 12 nih" kata Caca.

"Tinggal satu tahun masa sekolah kita" kata Vella.

"Dasar tukang galau" kata Hana sambil tersenyum.

"Gue galauin Vero nih. Kalau gue lulus, kita bakal kuliah di tempat berbeda" kata Caca, "Apalagi, ada kemungkinan gue di luar negeri."

"Gue galauin Alden" ucap Vella sangat pelan.

Caca dan Hana langsung menatap Vella terkejut, sedetik kemudian mereka tertawa keras. "Lah, lo ngapain galauin dia?"

"Percaya gak sih kalau gue mulai suka sama dia?" kata Vella sambil tersenyum.

"Gak."

"Percaya."

Caca dan Vella kompak menoleh pada Hana. Caca menatap Hana heran, dan Vella menatap Hana sambil tersenyum senang.

"Gue udah tau bakal jadi apa kalian berdua" kata Hana, "Kisah kalian itu klise tau gak?"

"Tau, kok tau" kata Vella sedikit kesal.

"Gue udah tau sejak pertama kali liat lo dan Alden. Keliatan jelas kalau Alden suka lo sejak entah kapan, sayangnya dia belum sadar. Dan lo" Hana menggantungkan ucapannya dan menunjuk Vella, "Keliatant banget kalau lo nyaman dengan Alden."

"Gue segitu kebacanya ya?" Tanya Vella.

Hana hanya mengedikkan bahunya acuh sambil tertawa geli. Ia tak menyadari kalau Noe menatapnya instens sedari tadi. Entah kenapa, Noe merasa sedikit kesal pada Hana.

Ia heran, kenapa Hana tidak pernah menyadari hal itu padahal Noe selalu senantiasa mengodenya dimana pun dan kapan pun? Apa ingatan Hana sudah mulai berkarat?

|<>|

"Jadi, kita ngapain disini?" Tanya Noe begitu sampai di depan rumah Vella.

"Entahlah. Vella yang nyuruh gue sama Caca kesini" jawab Hana sambil mengetuk pintu rumah Vella.

Pintu terbuka, menampakkan Vella. "Hai. Masuk, Na."

Hana mengangguk, "Lo ngapain nyuruh gue kesini?" Tanyanya.

"Gak ada sih. Gue cuma butuh teman. Walaupun di rumah ada 5 anak, tetap aja gue kesepian" kata Vella.

"Lha? Pembantu lo?" Tanya Hana heran.

"Lo gak tau?" Vella balas memandang Hana heran. Hana hanya menggeleng. "Pembantu gue udah gak kerja dari beberapa bulan yang lalu. Gue cewek sendiri disini."

"Betewe, Vero de ka ka mana?"

"Mereka ada" jawab Vella, "Cuma mereka di kamar. Makanya gue jadi ngerasa sepi walau gak sendirian."

"Sabar ya. Caca mana deh?" Tanya Hana mengalihkan pembicaraan.

Tok. Tok.

"Nah itu dia" kata Vella, "Gue jadi pengen buat Caca sama Vero berduaan deh" lanjutnya. Ia sama sekali belum beranjak dari sofa untuk membukakan Caca pintu.

Hana tersenyum jahil, "Gue bantuin" katanya.

Vella mengangguk semangat lalu berjalan ke arah pintu. Sedetik kemudian, wajahnga yang bersinar kembali suram.

"Hai, La" sapa Caca canggung.

Hana merasa heran dan berjalan mendekat ke pintu. Sama seperti Vella, wajah Hana langsung suram.

"Halo, kakak-kakak!" Sapa cewek yang berdiri di samping Caca.

Cewek itu, penikung Caca, teman Caca, dan pacar Vero.

"VEROO!!" Teriak Vella marah.

Ia langsung meninggalkan Hana dan Caca yang masih berdiri di pintu. Hana tersenyum canggung, "Masuk?" Katanya.

"Kayaknya lo gak bisa bikin Caca sama Vero jadi deh kalau perempuan ini masih ada" kata Noe.

"I know" kata Hana sambil mengikuti Caca dan perempuan yang masih Hana tidak ketahui namanya masuk.

"Kalau gitu, kita berdua minggat aja yuk?"

"Gak makasih" tolak Hana, "Emang mau kemana?"

"Jalan yuk!"

Hana tersenyum, "No, thanks Neo."

"Yah..." kata Neo kecewa.

I With the Ghost {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang