Lima

1K 87 0
                                    

Aku dan Noe menghela nafas bersamaan di kamar. Kami tidak mendapat apa-apa saat mencari petunjuk tentang rumah orang tua Noe. Tadi aku malah makan es krim dan ke rumah Yoel.

Bukan aku yang mau, tapi orang tua Yoel yang mengajak. Saat aku sedang berkeliling bersama Noe, tante Meisya kelur untuk membuang sampah dan ia melihatku. Aku tidak pernah lagi ke rumah Yoel sejak Yoel koma, tadi pertama kalinya.

Aku dan orang tua Yoel cukup dekat. Saat aku mengenal Yoel, dia mengajakku ke rumahnya. Jangan berfikir aneh-aneh, dia hanya mengajakku karena kami sekelompok untuk tugas bahasa Indonesia. Jadi saat itulah aku mengenal tante Mei, kemudian kami cukup dekat karena aku selalu sekelompok dengan Yoel.

"Deket banget keknya" kata Noe datar.

"Hah?" Tanyaku tidak mengerti.

"Itu sama tante--siapa tadi?"

"Ohh..." gumamku, "Tante Mei, dia mamanya Yoel."

"Kayaknya hubungan lo sama Yoel lebih dari sekedar teman, deh" kata Noe.

"Hah?" Aku tidak percaya Noe akan bilang seperti itu, "Hahahaha!" Tawaku.

"Lucu ya?" Kata Noe kesal, "Iya deh gue emang lucu."

"Gue sama Yoel cuma teman dekat aja" kataku, "Yoel itu teman pertama gue di SMP. Dia yang paling pertama ngajak gue kenalan, padahal di SD gue ini gak pernah punya teman" jelasku.

"Curhat, mbak?"

Aku berdecak, "Gak, cuma jelasin aja kalau misalnya lo tanya lagi" kataku kesal.

Makhluk di depanku tertawa kecil. Entah kenapa dia terlihat tampan kalau tertawa hingga matanya menyipit. Aku mengalihkan pandangan agar tidak terus-terusan berfikir Noe itu lebih ganteng daripada Yoel. Hadeh, otakku konslet kayaknya.

"Btw, kok gue lapar ya?" Tanya Noe.

Aku mengernyit menatapnya, "Hantu bisa lapar ya?"

Noe mengangkat bahu, "Gatau."

"Hantu macam apa lo, gak tau tentang hantu!?" Tanyaku kesal.

Cklek.

Buset. Akau langsung mengambil Hp yang tergeletak di sampingku dan berpura-pura menelfon seseorang. Aku dapat melihat dari ujung mataku kalau Agil sedang menatapku heran.

"Bentar ya, ada adik gue" kataku pada entah siapa. Lalu aku melihat Agil, "Apa?"

Agil menggeleng, "Gue kira lo ngomong sendiri" katanya.

"Idih, bodo ah, Gil" kataku, "Baru pulang lo?" Tanyaku.

Agil mengangguk, "Baru aja."

"Oh, minggat sono" kataku.

Agil berjalan pergi dari kamarku setelah menutup pintu. Aku menghela nafas sambil meletakkan Hp di meja, Noe yang duduk di jendela malaj tertawa keras, "Sukurin" katanya.

Aku hanya berdecak kesal. Apa aku bilang aja ya ke Agil sama tante om kalau aku bisa liat Noe? Mungkin nanti saat makan malam. Yah, semoga saja mereka tidak menganggapku aneh atau apalah.

|<>|

Aku menelan air yang berada di mulutku, lalu sedikit melirik Noe yang kini berdiri di tengah-tengah tante dan om. Noe menatapku, "Ayo, cepet bilang."

Aku menghela nafas, "Om, tante. Aku mau ngomong" kataku untuk mengawali pembicaraan yang tidak pernah muncul di kepalaku.

"Apa?" Tanya tante.

"Umm" gumamku ragu, "Aku bisa liat hantu. Tapi cuma satu, sih."

Agil tertawa keras, sementara om dan tante hanya mengernyit heran, "Masa? Tapi kamu dari kecil gak pernah liat hal kayak gitu."

I With the Ghost {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang