Hana kini sudah kelas 12. Noe semakin giat menyuruhnya belajar, belajar dan belajar. Noe bilang, sudah cukup bersenang-senangnya saat karyawisata kemarin sekarang saatnya belajar. Dan seketika Hana langsung berdecih kesal. Tapi, sebuah keberuntungan ia bisa sekelas dengan Vella dan Caca.
Sayangnya Vella berkata lain. Bagi Vella kelas 12 ini adalah setengah beruntung setengah sial. Ia berkata seperti itu, karena kelas 12 ini Vella akan sekelas dengan orang gila bernama Alden.
Lain lagi dengan Caca, Caca justru sujud syukur saat ia tau dirinya sekelas dengan Vero. Ia bahkan mentraktir Vella, Rexa, dan Hana. Padahal Rexa tidak ada sangkut pautnya.
"Bodo! Penting hari ini gue seneng!"
Begitu kata Caca saat Hana mengingatkannya tentang Rexa.
"Eh, gue heran sama lo Na" celutuk Vella.
"Emang kenapa?" Tanya Hana.
"Ya, lo tuh selalu duduk sendiri" kata Vella, "Udah gitu lo selalu duduk di pojok lagi!" Lanjutnya bersemangat.
Hana mengangkat bahu, "Mungkin guru itu tau kalau bangku sebelah gue selalu di khuskan oleh Noe yang sekarang lagi duduk di sebelah gue" katanya sambil terkekeh geli.
"Gue gitu lho!" Teriak Noe bangga, "Gue 'kan senantiasa selalu mengikuti Hana pergi kemana pun!"
Hana menatap Noe aneh, "Lo gila ya? Lo teriak gitu gak bakal ada yang denger! Bego" kata sambil tetap tersenyum geli.
Vella dan Caca yang melihatnya tersenyum, "Lo jadi lebih manusiawi ya, Na."
"Hah? Makasih lho, makasih" kata Hana.
Vella berdecak lalu tertawa. Ia jelas mengetahui perubahan Hana. Hana berubah sejak karyawisata kemarin. Vella dan Caca tidak tau apa yang dilakukan Neo, tapi entah kenapa tiba-tiba Hana tertawa. Dan itu merubah Hana.
Mereka berdua tak pernah tau kalau hal yang membuat Hana tertawa adalah Noe yang mengejek Vella dan Caca. Mereka tak pernah tau kalau Noe membeberkan aib mereka berdua pada Hana.
Seperti sekarang.
"Masa ya, kemarin gue lihat si Vella itu ngambek di mall" kata Noe.
Hana mengernyit heran, "Sumpah?"
Noe mengangguk semangat, "Bener. Dan masalahnya cuma karena dia iri karena gak dibelikan mainan."
"Dih, sekekanak-kanakan itu?" Tanya Hana sambil menahan tawanya.
Noe mengangguk, "Bukannya udah keliatan kalau Vella itu kekanak-kanakkan."
"Gitu-gitu dia ada yang suka lho" ucap Hana sambil tersenyum geli.
"Siapa?" Tanya Noe.
"Alden" jawab Hana lirih kemudian tertawa.
"Oy, sori ganggu" kata seseorang, "Tapi lo ngapain ketawa-ketawa sendiri?"
"Panjang umur yang diomongin" kata Noe.
"Gak papa" kata Hana sambil tertawa.
"Makin lama, kok gue makin liat lo aneh ya?" Kata Alden.
Vella langsung menjitaknya, "Bukannya bagus kalau Hana jadi lebih manusiawi."
Alden mengusap bagian kepala yang merupakan korban tangan Vella, "Manusiawi, sih manusiawi. Tapi jangan ketawa sendiri dong."
"Iya, iya" kata Hana.
Sejak Hana di kelas ini, ia makin dekat dengan Alden dan juga Vero. Mereka berdua memutuskan untuk mencoba berteman dengan Hana. Perbuatan mereka didasari karena orang yang mereka sukai berteman dengan Hana.
Maksudnya, Vero menyukai Caca dan Alden menyukai Vella. Kelihatan jelas dari tingkah mereka berdua. Yah, walaupun Caca dan Vella gak peka. Kalau kalian ingin tahu, Vero sudah putus dari teman Caca --yang bahkan Hana sendiri tidak tau namanya sampai sekarang-- Jadi lah, Vero mulai mendekati Caca dan Vella senang melihatnya.
"Na, gue pengen deh duduk di tempat lo. Tukar gitu. Gue males banget duduk bareng Alden" kata Vella.
"Hah? Gak makasih" balas Hana, "Harusnya lo senang duduk bareng Alden. Coba deh lo liat Caca sama Vero" katanya sambil menunjuk bangku di depan bangku Vella.
Mereka berdua asik mengobrol dan tidak mempedulikan sekitar. Seakan-akan teman sekelasnya hanyalah lalat yang tidak perlu diperhatikan dan hanya menganggangu.
"Orang lagi kasmaran mah beda" cibir Alden.
"Cemburu lo?" Tanya Hana, "Lo gih sama Vella."
"Hana!" Seru Vella kesal, "Gak sudi gue sama dia!"
Hana hanya mengangkat bahu tidak peduli. Sepertinya pengacakan tempat duduk yang dilakukan wali kelasnya barusan merupakan hal yang benar. Terbukti oleh Caca dan Vero yang asik mengobrol atau Alden yang memerintah dan Vella yang mendumel kesal.
"Mereka beruntung" gumam Hana lirih. Tapi Neo masih bisa mendengarnya.
"Kenapa emang?" Tanya Neo.
"Yah, mereka punya orang yang sayang sama mereka" kata Hana.
Neo tersenyum, "Lo 'kan juga punya Hana."
"Siapa?" Tanya Hana heran.
"Lo punya orang tua Agil, mereka sayang sama lo" jawab Noe.
"Bukan mereka yang gue maksud" kata Hana gemas, "Maksud gue orang yang sayang itu, seorang laki-laki gitu!"
Noe tersenyum lagi, "Ada kok yang sayang lo."
"Siapa?"
"Gue" jawab Noe.
"Hah?" Tanya Hana bingung.
"Gue sayang lo Hana."
"Halah! Receh mas" kata Hana.
Noe terkekeh, "Gue sayang lo, beneran deh."
"Sayangnya gue gak sayang lo" kata Hana, "Gue sayang Yoel."
Noe tetap tersenyum walaupun dalam hati ia sangat gemas ingin berkata sesuatu pada Hana. Ia tak ingin mengatakan hal yang membuat Hana terjerat sesuatu mengacaukan pikirannya.
Noe adalah hantu, bukan manusia. Kalau dia mengatakan hal itu, gak pasti dia akan hidup.
|<>|
KAMU SEDANG MEMBACA
I With the Ghost {END}
Teen FictionAku tak pernah menyangka akan bertemu dengan makhluk seperti ini.