Delapan belas

806 74 0
                                    


Hana duduk di bangku paling pojok. Lagi-lagi dia duduk sendiri. Hana heran, apakah takdirnya selalu sendiri? Bahkan duduk saat ujian pun sendiri, di ruang paling terakhir lagi. Yah, Hana juga tidak terlalu suka sih duduk bareng orang lain. Apalagi kalau orang itu bawel.

Hana sedikit beruntung karena bangku disampingnya kosong, jadi Noe yang menempatinya. Awalnya Noe tidak mau ikut dan memilih untuk berjalan-jalan berkenalan dengan hantu lain, tapi entah kenapa Noe langsung duduk di sebelah Hana.

"Gue gak mau ya bantuin lo ngerjain" kata Noe.

"Gue gak nyuruh lo lagian" balas Hana sinis.

Mereka terdiam. Hana masih kesal pada Noe karena semalam. Ya kali Hana disuruh tetap belajar sampai tengah malam, Hana 'kan manusia butuh tidur!

Hana menenggelamkan wajahnya di atas lipatan tangannya. Baru saja matanya terpejam beberapa detik, bahunya sudah digoyang-goyangkan. Hana berdecak, ia tak ada keinginan untuk bangun.

"Hana 'kan?" Tanya seseorang memastikan.

Hana hanya menggeram. Ia benci kalau seseorang menganggunya saat ia sedang mendapatkan kenyamanan.

"Gue kira gak ada yang bakal gue kenal" kata cewek itu lagi.

Hana jelas mengetahui suara ini. Suara orang yang hobinya dikuncir dua dibawah. Hana hanya diam dan memilih tidur.

"Hai, mai pembantu!" Teriak seseorang.

Hana diam dan tetap berusaha tidur. Panggilan laki-laki tadi jelas bukan untuknya, mungkin itu untuk Vella.

"Lo lagi, lo lagi. Rexa sialan" gumam Vella. "Ngapain lo!?" Tanya Vella kesal.

"Gue diam aja tuh."

"Lo ngapain duduk disamping gue!?"

"Lha? Gue emang duduk disini. Keknya lo emang ditakdirkan jadi pembantu gue ya. Jadi, bantu gue waktu ujian oke?"

"Gak mau!"

"No, no. Lo harus mau, ini perintah."

"Gue gak mau, Alden!"

"Terserah lo. Kalau lo gak mau, gue bisa gangguin lo atau gue bakalan sebar isi diary lo."

"Jing. Lo ngeselin!"

"Yes, i'am."

Hana menegakkan punggunya, "Berisik" desisnya kesal.

Vella dan Alden kompak menoleh pada Hana, "Sori, Na."

"Kalian bisa gak sih diam aja? Mau tidur aja susah" katanya kesal.

"Sori, sori lo bisa tidur sekarang" kata Vella, "Lo sih, Den!"

"Lha kok gue?" Tanya Alden menunjuk dirinya.

"Lo yang pancing gue marah."

"Lo yang marah ngapain nyalahin gue."

"Be. Ri. Sik." Hana menatap mereka marah dan berkata penuh penekanan. "Diam atau gue bunuh kalian."

Bukan hanya Alden dan Vella yang diam, tapi beberapa orang yang sudah duduk manis di bangku juga diam. Mereka semua kompak berkata, "Sori."

Noe tertawa keras, "Hana, Hana, kayaknya lo harus kurangi marah deh. Kasihan tau mereka yang gak tau apa-apa lo marahi juga."

"Bodo amat. Gue ngantuk" kata Hana. Ia menoleh pada Vella, "Bangunin gue kalau guru udah datang."

Setelah itu, Hana kembali tertidur.

|<>|

Hana menguap lebar di kantin. Caca dan Vella memandangnya kasihan, "Lo ngantuk banget ya?"

"Banget. Gara-gara Neo tuh" kata Hana. Neo langsung menembus benda dan pergi.

"Padahal tadi lo udah tidur" kata Vella.

"Tidur gue cuma sebentar tadi. Lo, Caca, dan teman sebangku kalian ribut mulu" dumel Hana.

Hana, Vella, dan Caca berada dalam satu kelas. Mereka beruntung, karena Rexa lah yang mengatur tempat duduk untuk ujian. Sekali lagi mereka beruntung.

Tapi, bukan Rexa kalau tidak jail. Rexa mendudukkan Vella dengan Alden. Selain mereka berdua, Rexa juga mendudukkan Caca dengan Vero.

Vella bilang, ia dan Rexa ingin menjadi mak comblang mereka berdua. Jadi Rexa sengaja mendudukkan Caca dengan Vero.

"Habis ini apa?" Tanya Vella.

"Bahasa Inggris" jawab Hana.

"Ohh..."

"Hana!" Sapa seseorang.

Hana berdecak kesal sementara Caca dan Vella menatap anak perempuan itu datar.

"Kalian temen Hana 'kan?" Tanya Ela.

"Ngapain lo?" Tanya Vella.

"Gak ada sih. Cuma mau mengingatkan" kata Ela, "Hati-hati aja sama Hana. Kali kalian tiba-tiba mati."

Hana tersenyum sinis, "Lo kenapa kesini? Udah gak punya temen?"

Ela tercekat. Ucapan Hana benar.

"Bener ya?" kata Hana, "Sebegitu kesepiannya lo sampai ngambil temen orang lain? Pakai fitnah segala lagi. Kalau gak punya temen, jangan keliatan ngenes. Kayak orang bego tau gak?"

Ela berdecih lalu pergi dari sana. Hana benar. Ela kini tak punya teman. Semuanya juga menganggal Ela hanya sampah. Berkat Ela yang mem-bully Hana dan mengikutsertakan anak lain, satu sekolah dihukum. Baik orang yang ikut ataupun tidak. Karena itu mereka tidak mau lagi berteman dengan Ela.

"Vel!" Seru seseorang, "Pesenin mi dong!"

Vella berdecak berkali-kali, "Iya!" Katanya balas berteriak pada Alden.

"Kok gue kasihan ya" kata Hana.

"Selama handphone Vella masih di Alden, Vella gak bisa apa-apa" kata Caca.

"Kenapa gak diambil aja?" Tanya Hana.

Caca menghela nafas lalu menjawab, "Alden bilang, dia bakal kasih ke Vella kalau Vella udah nangis kejer minta hapenya balik."

"Gue jadi Vella, udah gue hajar itu orang."

"Vella gak bakal berani kayak begitu. Dia bisa melawan, tapi dia gak pernah berani ke Alden."

Hana terdiam sambil terus memperhatikan Vella yang memberikan semangkuk mi ayam pada Alden. Melihat Vella, Hana seperti melihati dirinya saat SMP dulu.

Dirinya yang penakut dan tak bisa apa-apa, tanpa Yoel. 

Duh jadi kangen.

|<>|

I With the Ghost {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang