Pembunuh keluar dari kelas kami!
Sialan.
Aku tau ini pekerjaan Ela. Aku hanya diam berpura-pura tak mengetahui apapun. Berjalan santai menaruh tas di bangku, mengambil headseat dan Hp, lalu pergi keluar kelas.
Entah hanya perasaanku atau tidak, koridor yang ramai tadi menjadi sepi. Padahal bel akan berbunyi 10 menit lagi. Aku memakai headseat dan memilih lagu kesukaanku.
Crak...
Sialan.
Aku menoleh ke belakang. Sekelompok orang--tidak, seluruh murid di sekolah-- berkumpul disana dengan tatapan bencinya padaku. Aku menatap mereka, "Kenapa?"
"Pembunuh!" Seru seseorang, entah siapa.
"Lo pembunuh, 'kan? Korban pembunuhan lo banyak!" Seru yang lain.
"Korban pertama, orang tua lo. Korban kedua, seseorang bernama Yoel. Dan korban ketiga, teman kita dan adik kelas lo."
Aku menatap mereka heran, "Lha emang gue pernah bunuh adek kelas?"
"Gak, lo gak bunuh dia. Tapi lo buat dia susah bernafas!"
Aku berusaha mengingat-ingat dengan gaya songong yang sebenarnya hanya kedok agar mereka tidak tau aku begitu terpukul. "Hmm...ah, ya, cabe kemarin itu, 'kan?" Tanyaku memastikan.
"Dia bukan cabe!"
"Kalau dia bukan cabe, kenapa dia sengaja numpahin air ke gue, hah!?" Tanyaku marah. Mereka diam. "Jawab!" Gertakku.
"Itu karena lo emang pantas diperlakukan kayak gitu" kata seseorang. Ia melangkah maju dan berdiri di depan mereka semua layaknya seorang ketua. "Lo gak berhak hidup di dunia."
"Oh, gitu?" Tanyaku sok polos.
"Lo sudah bunuh banyak orang. Lo bunuh Yoel, lo bunuh orang tua lo sendiri, dan lo bikin temana sekolah kita punya penyakit!" Teriak Ela.
"Ya, ya, ya" ucapku, "So?"
Tiba-tiba sebuah batu meluncur mulus. Aku berhasil menghindar. Sayangnya untuk selanjutnya aku tak bisa menghindar, karena mereka semua menyerang bersamaan. Entah itu batu atau telur.
"Kalian tau gak kalau kombinasi antara batu dan telur itu buruk?" Sindirku yang sayangnya tidak dipedulikan oleh mereka.
Tanpa bsa menghindar, sebuah batu meluncur ke arah kepalaku. Aku menatap marah dengan tangan kiri memegang kepalaku yang terkena batu cukup besar, "Bangs lo semua!"
Oke, aku tidak bisa berfikir apapun. Aku menerjang cewek yang melemparku dengan batu dan kupukuli dia hingga babak belur. Bodo amat aku di skors atau di keluarkan dari sekolah. Lagipula ini bukan salahku.
Yang lain sempat terkejut melihatku memukuli temannya.
Sakit. Kepalaku pening.
Mereka melempar batu dan telur itu pada kepalaku. Tubuhku berbau amis sekarang.
Aku melihat Noe yang sangat marah dari ujung mataku. Dia tak bisa berbuat apa-apa. Aku juga memaklumi dia yang merupakan seorang hantu. "Cari Agil" kataku, "Dan Tera, dia bisa liat elo."
Noe mengangguk dan melesat pergi.
Aku berdiri, "Kenapa!? Cepat lempar lagi. Kehabisan batu ya!?"
Ela menamparku, "Gara-gara lo, Yoel mati, lo emang gak pentes hidup dasad pembunuh."
Aku menatapnya, "Siapa yang mati? Yoel? Dia gak mati tuh. Dia masih hidup! Dia berhasil di selamatkan!" Teriakku.
Tanpa bisa dicegah, aku memukul Ela hingga ia tersungkur. "Karena lo udah bikin kepala gue berdarah, kepala lo harus berdarah juga" ucapku dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
I With the Ghost {END}
Teen FictionAku tak pernah menyangka akan bertemu dengan makhluk seperti ini.