Limabelas

868 71 4
                                    

Aku bersedekap menatap Ela yang duduk di depanku. Aku menghela nafas, "Lo niat gak sih minta maaf-nya?" Tanyaku kesal.

"Gue gak niat" ucap Ela, "Tapi demi gue balik sekolah, gue niat-niatin aja."

"Jadi sebenarnya lo gak niat?" Tanyaku.

"Enggak" jawabnya santai.

"Cewek bego" umpat Noe di sampingku.

"La, kalau lo gak niat minta maaf mending jangan minta maaf" kataku. "Karena Yoel gak suka hal kayak gitu" ucapku. Skakmat, Ela terdiam. Aku memegang kartu AS Ela.

"Iya, iya" kata Ela, "Sekali lagi, gue minta maaf Hana Zelinda, gue minta maaf sudah bully lo. Gue minta maaf. Gue kesel sama lo. Gue cemburu sama lo. Gue benci lo. Karena Yoel lebih dekat sama lo daripada gue."

"Dia segitu sukanya sama gue ya" gumam Noe lirih, tapi masih dapat kudengar.

Aku langsung menoleh, "Maksud lo?"

Nie nyengir, "Gak papa. Anggap aja angin lalu."

Mataku menyipit curiga, "Lo bukan Yoel, 'kan?" Tanyaku lirih.

"Bukan, elah. Tuh si Ela ngeliatin lo" kata Noe.

Aku memalingkan pandanganku lalu menghembuskan nafas, "Oke, La, gue maafin lo. Gue minta maaf balik kalau gue bikin lo cemburu."

"Thanks" kata Ela, "Berarti gue besok bisa sekolah" gumam Ela.

"Ya, terserah lo. Oh ya, besok jangan duduk sama gue ya" ucapku.

Ela mengernyit heran, "Kenapa?"

"Gue eneg liat muka dua lo" kataku sadis, "Lo duduk sama anak lain aja. Kalau gak salah ada anak yang gak masuk tadi mungkin besok juga gak masuk."

"Jahat amat lo" kata Noe.

"Be de em te."

Aku menunggu Ela dijemput. Sebenarnya aku malas banget ketemu Ela, tapi kupikir Ela akan menangis meminta maaf. Ternyata, Ela tidak sampai seperti itu. Yah, tidak mungkin juga Ela akan seperti itu.

Jadi nyesel pulang. Mendingan aku di rumah Vella sampai sore. Itung-itung tambah teman.

Aku kembali ke kamar saat Ela sudah pulang. Hah... memaafkan itu sulit. Mulut memang bilang 'gue maafin lo' tapi hati belum tentu bilang hal yang sama.

|<>|

Aku berjalan keluar kelas. Aku menaikkan alisku melihat dua orang perempuan yang nyengir sambil berdiri di depan kelas.

"Kita ke kantin yuk" ajak Vella.

"Yakin lo?" Tanyaku, "Lo tau kalau lo dikejar cowok yang namanya Alden itu, tapi kenapa lo masih aja ke kantin?"

"Soalnya gue laper. Lagian kalau gak ke kantin, kemana dong?" Tanya Vella.

"Ke perpus?" Kataku yang lebih mirip dengan pertanyaan.

"Lo kutu buku banget!" Seru Caca.

"Gue gak kutu buku ya, gue cuma numpang wifi doang disana" kataku.

"Ck. Bahkan anak kayak lo gak bisa lepas dari wifi ya."

Aku hanya mengangkat bahu, "Jadi kemana?"

"Ke kantin ya? Plis..." kata Vella.

"Oke" kataku terpaksa mengiyakan. Sebenarnya aku tidak ingin ke kantin, pasti aku digosipi lagi. Ck.

I With the Ghost {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang