A Mysterious boy

476 21 0
                                        

Sebenernya lo siapa? Kenapa lo bisa punya wajah tanpa ekspresi gitu?

-Cindy-




Para siswa bergegas menuju parkiran dengan wajah sumringah. Wajah yang selalu mereka tunjukkan saat mendengar bel pulang berbunyi.

"Nis gue pulang bareng lo ya," pinta Diana di sela-sela membereskan bukunya.

Nisa mengangguk. "Yuk pulang, udah belom."

"Udah, yuk."

"Tir mau bareng gak lo," tawar Nisa.

"Enggak Nis thanks, supir gue udah jemput," jawab Tiara "gue duluan ya  girls daa."

"Yaudah, ati ati lo."

"Pasti," Tiara pun berlalu menuju parkiran.

"Cin kita juga duluan ya," pamit Diana setelahnya.

"Ok take care," jawab Cindy yang masih sibuk memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

Tak lama setelah ketiga temannya pulang. Cindy yang telah selesai berkemas itu pun keluar dari kelasnya.

Sekolah sudah tampak sepi. Cindy berjalan menyusuri lorong sekolah dengan santai.

Setibanya di parkiran sekolah ia melihat sosok yang selalu bisa menarik perhatiannya. David Rahadian. Ya siapa lagi kalau bukan dia?

Ia melihat cowok itu memakai helm full facenya dan menaiki motornya. Cindy lalu berlari kecil menuju mobilnya dan masih memperhatikan gerak-gerik David.

Saat melihat David melajukan motornya, Cindy pun ikut melajukan mobilnya di belakang motor sport milik David tersebut.

"Apa salahnya gue ikutin?"



Dari sebrang jalan Cindy bisa melihat David memakirkan motornya di sebuah rumah bergaya sederhana  dengan gapura besi bertuliskan Panti Asuhan Intan Permata.

David tinggal di panti asuhan.
Itulah kesan pertama yang ada di pikiran Cindy saat melihat David memasuki rumah itu.

Namun dugaan Cindy belum sepenuhnya ia yakini. Karena mana mungkin anak panti bisa bersekolah di sekolahan yang tergolong elite, membawa motor sport yang Cindy tahu harganya mahal bukan main karena kakak laki-lakinya juga mempunyai motor seperti itu.

Lagi, gaya berpakaian David juga terlihat bermerk dengan jam tangan, sepatu, tas yang Cindy tahu itu hanya ada di mall - mall ternama seperti  biasa ia dan mamanya berbelanja.

Mungkin David akan menemui seseorang. Itu dugaaan Cindy yang berikutnya. Tentu itu menambah rasa keingintahuan Cindy tentang siapa yang akan di temui David.

Cindy memutuskan untuk ikut masuk ke dalam untuk memastikan. Namun belum sempat ia keluar dari mobilnya, ponselnya berdering.

Ia pun mengurungkan niatnya dan memilih mengangkat telpon itu, lebih-lebih lagi id caller nya membuat Cindy tak bisa mengabaikan panggilan itu.

Je T'aime[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang