Makan Siang para Keluarga "ningrat"

226 12 0
                                    


Pernahkah kamu mengagumi seseorang, mencintainya begitu dalam dan menjaganya diam-diam, namun kamu tidak ingin memilikinya?

Saya pernah.

-David-


Ke dua gadis itu menghentikan langkahnya. Mereka memandang keramaian di depannya. Halaman samping dari kantor yang luas didekorasi sedemikian indahnya. Terdapat pula panggung di sana. Tak lupa kursi dan meja yang jumlahnya puluhan juga sudah mulai disusun. Lampu-lampu hias juga mulai dipasang di setiap sudutnya. Semua nampak sibuk dengan tugasnya masing-masing. Bunga-bunga juga turut menghiasi beberapa sudut halaman tersebut.

Red Carpet tak lupa digelar untuk jalan dari pintu masuk hingga ke panggung megahnya.

Papa Cindy sengaja memilih outdor dari pada di gedung untuk perhelatan megah tersebut, sebab ingin bintang dan bulan di malam hari ini juga menjadi bagian dari kebahagiannya.

Karangan-karangan bunga ucapan selamat untuk papa Cindy pun sudah tampak memenuhi setiap sudut kantor sejak kemarin.

"This is amazing.. do you feel the same?"

Cindy mengangguk. "I'm so proud of my dad. For me, he is a grateful man. I love him," ucapnya sambil memandang penuh arti ke arah papanya yang sedang tertawa dengan para rekannya.

Sofia terdiam mendengar jawaban Cindy.

"Dorr!"

Ke dua gadis itu terkejut, lalu menoleh.

"Is nyebelin banget sih lo Bry!"

Cowok itu tertawa melihat wajah kesal Cindy.

"Weiss santai dong Cin," ucapnya seakan tanpa dosa.

"Bodo," Cindy bersedikap masih dengan wajah kesalnya.

"Nah, ngambek dia. Jadi yang bang Marvel ceritain ke gue tentang lo yang masih suka ngambek itu bener ya."

Cindy refleks menoleh, menatap Bryan tajam. "Maksud lo?!"

"Tuli-kah?" Jawab Bryan dengan logat menyebalkannya lalu dia tertawa.

"Rese banget heran," ketus Cindy.

"Udah gede, masih juga pakai jepit ginian.. belum bisa move on dari masa kecil?"

Cindy menganga tak percaya saat Bryan meloloskan jepit pita biru dari rambut indahnya.

"Bryan, ngapain sih lo ngelepas ngelepas jepit rambut gue."

Bryan memandangi jepit rambut di tangannya itu. "Halah kaya ginian doang,"

"Iya tapi 'kan rambut gue yang depan jadi berantakan. Bawa sini gak," geram Cindy.

"Mau? Ya kejar gue dulu."

Bryan lantas melenggang.

"Bryannnnnn!!!!"  Seloroh Cindy.

Dia pun berlari mengejar Bryan yang dengan iseng mengangkat tinggi jepit rambutnya saat Cindy berusaha meraihnya.

"Nih ambil kalau bisa."

"Awas aja lo Bry"

Ke duanya berlarian di antara hiruk pikuk pendekorasian. Papa Cindy dan para rekannya; termasuk papa Bryan, yang melihat itu lantas tertawa geli karena melihat Cindy dan Bryan yang masih seperti kanak-kanak dulu.

Sebagian wajah Cindy tertutupi oleh sebagian rambutnya. Hingga dia sedikit susah melihat. Hingga saat akan mengejar Bryan dia merasakan tubuhnya menabrak seseorang hinga terhuyun ke belakang nyaris terjatuh, namun dengan cepat seseorang itu menahan Cindy.

Je T'aime[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang