........
Drrrrrrrrtttttt
Lamunan Cindy terbuyar kala dering ponselnya terdengar."Hallo ma?"
"Hallo sayang. Kamu gak lagi di kampus 'kan?"
"Udah pulang ma. Kelas Cindy hari ini cuma dari jam tujuh sampai 12 siang."
"Ohh..gitu. kamu kok gak jalan-jalan sayang? Gak bosen tuh di asrama mulu."
"Udah pernah."
Dari sebrang sana, Liana tersenyum maklum saat mendengar jawaban putrinya yang nampak datar. Dia tahu, Cindy memang sudah berubah sejak dia di kirim ke Paris dengan penuh air mata enam tahun lalu. Di tengah senyumannya, Liana menitikkan air mata. Dia hanya berharap putri yang dia sayangi akan kembali menjadi Cindy yang periang seperti dulu.
"Mama boleh tanya sesuatu sama kamu, sayang?"
"Tanya apa?"
"Kamu masih marah sama mendiang opa?"
Cindy membisu saat mendengar itu.
Ya. Opa Cindy; Raya Pramudia memang sudah meninggal tiga tahun setelah saat kepergian Cindy ke Paris karena penyakit jantung yang dideritanya. Dan saat diberi kabar tersebut, Cindy hanya mengatakan: "semoga di sana, Tuhan tidak akan memarahi Opa" sebagai tanggapan.
Sampai saat ini gadis tersebut memang belum sepenuhnya memaafkan sang Opa yang telah mengirimnya ke Paris dengan rasa penuh sesak di dadanya kala itu.
"Mama kenapa belum tidur? Di Indonesia bukannya udah jam 9 malem?" Elak Cindy yang berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya.. ngomong-ngomong papa di mana ma?" tambahnya.
Cindy selalu seperti ini ketika ditanyai tentang opanya. Liana-pun kembali memaklumi sikap putrinya. Dia mengerti betul bagaimana perasaan Cindy, oleh karena itu dia mengurungkan niatnya untuk memaksa putrinya menjawab pertanyaannya.
"Eem.. iya sayang ini mama lagi nunggu papa. Soalnya tadi pulang dari kantor, papa langsung ke rumah bang Marvel. Katanya kangen sama Raffa." jelas Liana.
Tak terduga, air mata Cindy mengalir di pipinya. Dia sungguh ingin berada di tengah-tengah keluarganya. Namun dia harus menunggu beberapa bulan lagi untuk menyelesaikan study-nya agar bisa kembali ke tanah air.
"Kangen," Cindy meloloskan satu kata yang mewakili banyak argumen di pikirannya.
"Sama. Mama juga. Tunggu beberapa bulan lagi ya sayang."
Cindy hanya meng-iyakan kalimat penenang andalan sang mama.
"Oh iya sayang, udah dulu ya, papa kayanya udah pulang. Mama mau turun dulu."
"Iya ma. Salam untuk papa."
"Ok princes. Nice day ya."
Tuuuut
Panggilan terputus.
![](https://img.wattpad.com/cover/113025433-288-k793007.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Je T'aime[END]
Novela Juvenil.....hingga pada suatu hari, kisah mereka harus terjeda bahkan sebelum sempat dimulai. "Je T'aime" Terlambatkah kata itu terucap di antara kita?