David memasuki istana-nya dengan aura dinginnya hingga dia tidak menghiraukan sapaan dari penjaga pintu utama.Cowok itu terus berjalan menuju ruangan yang akan membuatnya seperti dicekik. Meskipun ruangannya luas dan ber- ac namun entah kenapa saat memasuki ruangan itu David selalu merasa dirinya sangat tidak nyaman berlama-lama di sana.
Sejenak dia berhenti dan menatap pintu besar di depannya. Sebelum akhirnya membuang nafasnya kasar, lalu memasuki ruangan itu.
Dia hanya berdiri. Memandang sang papa yang sedang bercakap-cakap dengan salah satu anak buah terpercayanya. Menyadari David sudah memasuki ruangan, Reksa menyuruhnya untuk duduk dan tentu saja David menurutinya.
Setelah itu Reksa menyuruh anak buahnya tadi untuk keluar. Reksa menatap David yang sepertinya sangat tidak betah duduk di kursi-- ah lebih tepatnya di ruangan itu. Ruangan yang menjadi tempat Reksa membangun perusahaan-perusahaan yang kini sangat membesarkan namanya. Terdapat banyak lemari tempat menyimpan berkas-berkas penting di sana. Juga di ruangan kerja itulah yang membuat Reksa melupakan kebersamaan kecil bersama keluarganya. Laki-laki itu lebih banyak menghabiskan waktunya di ruangan tersebut, saat waktu luang atau saat sudah pulang dari kantor sekalipun.
"Papa sudah bilang kemarin, kalau besok ada meeting dengan Om Zaki, Om Michel, dan Marvel anak sulung dari om Zaki."
Mendengar itu, David sudah tahu ke mana arah pembicaraan sang papa.
"Papa minta kamu besok ikut, agar bisa belajar dari Marvel yang sudah menyelesaikan S1 Ekonomi dan Bisnisnya di Jerman."
"Papa sudah ngomongin ini kemarin dan David sudah setuju."
"Bagus. Papa hanya mengingatkan saja."
David diam.
"Oh iya, di mana kamu menemukan Sam adik kamu? Papa gak nyangka kalau anak itu akhirnya mau kembali ke rumah."
"Di mana David menemukan Sam itu tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah Sam sudah kembali."
Reksa mengangguk paham mendengar penjelasan putra sulungnya. Beliau juga tidak terlalu tertarik membahas masalah Sam. Karena jika bukan karena istrinya, Reksa tidak akan mau bersusah payah mencari anak yang menurutnya tidak berguna itu.
"Papa seharusnya menyambut dia. Rumah papa ini luas. Bukan hanya ruangan ini saja," ucap David dengan wajah datarnya.
Reksa menatap David dengan tatapan tak kalah datarnya.
"Apa maksud kamu," balasnya.
"Apapun yang terjadi, Sam itu anak papa yang pernah papa banggakan. Jadi apa salahnya melupakan masa buruk yang sudah berlalu dan mulai hidup baru dengan saling memaafkan."
"Kamu gak perlu ngajarin papa. Papa tahu apa yang terbaik."
"Sam sudah berubah. Jika mau, papa boleh kembali meminta Sam menjadi penerus papa menjadi CEO menggantikan David."
Reksa menautkan tangannya dan membenarkan posisi duduknya. Pria berwibawa itu memandang David dengan tajam.
"Sam punya posisi sendiri. Papa sudah pikirkan. Jika benar dia mampu, papa akan kirim dia ke luar negri untuk mengurus cabang perusahaan papa di sana."
"Apa papa tidak memikirkan bagaimana perasaan mama, jika saat itu sudah tiba? Mama tidak bisa berjauhan dengan Sam."
Reksa diam. Beliau membenarkan kalimat David. Jika sudah menyangkut istrinya, Reksa sudah merasa lemah. Dia tidak bisa melihat istri yang sangat dicintainya itu sedih.
"Biarkan Sam menggantikan posisi David di sini."
"Lalu kamu?"
"David yang akan pergi ke luar negri. Setelah menyelesaikan SMA di sini, David bersedia meng-handle perusahaan papa di sana."

KAMU SEDANG MEMBACA
Je T'aime[END]
Teen Fiction.....hingga pada suatu hari, kisah mereka harus terjeda bahkan sebelum sempat dimulai. "Je T'aime" Terlambatkah kata itu terucap di antara kita?