David dan Cindy menyusuri trotoar di sekitar menara Eiffel. Ke duanya saling menanyakan apa saja yang mereka lakukan selama enam tahun ini. Aura kebahagian sudah mulai terasa dari ke duanya meskipun tidak ditunjukkan.
"Boleh saya tanya sesuatu?" Tanya Cindy di tengah langkahnya.
"Tentu. Kenapa enggak."
"Kenapa kamu memilih Paris untuk tempat kamu menyelesaikan S2?" Tanya Cindy.
"Padahal banyak sekali kota besar di dunia ini yang bisa kamu singgahi," lanjutnya.
"Kamu sendiri kenapa milih Paris sebagai kota favorit kamu?"
"Ya-yaa karena saya jatuh cinta dengan kota ini, sejak saya pertama kali mengenalnya. Ada banyak hal dari Paris yang susah dijelasin dengan kata-kata."
"Itu juga alasan saya."
Mereka berdua berhenti tepat di depan menara Eiffell. Cahaya dari menara tersebut membias ke wajah ke duanya.
Berdiri menatap keindahan kemilau sang menara. Malam kian larut, namun masih banyak pengunjung di sana. Ada para model yang melakukan sesi pemotretan, ada yang bercengkrama dengan rekan-rekan, ada pula yang berduaan dengan pasangannya. Bahkan ada pula yang sedang sibuk menetralkan detak jantung.
Siapa dia? Yap! Tentu saja dua insan yang berdiri bersisian dengan sama-sama memasukkan tangan ke saku jaket ini.
"Pacar kamu gak marah, kamu jalan dengan saya?"
"Saya masih sendiri."
David menoleh menatap Cindy. "Kenapa?"
"Apanya?"
"Kenapa kamu masih sendiri?"
"Itu penting untuk kamu?"
David tersenyum tipis. Sangat tipis. Dia kembali menatap ke arah menara Eiffell.
Kini gantian Cindy yang menoleh menatap David.
"Kamu sendiri, sudah menemukan pengganti Hanna?"
David menoleh. "Itu penting untuk kamu?"
"So suck!"
Pria itu terkekeh melihat kekesalan Cindy.
Kemudian hening sesaat. Sebelum akhirnya Cindy kembali membuka suara.
"Lucu ya. Dulu saya pernah dengan lancangnya mencintai kamu yang padahal belum move on dari masa lalu kamu."
Cindy terkekeh dan memandang ke segala arah. "Dan sampai sekarang, bahkan perasaan ini masih tumbuh dengan tidak tahu dirinya," lanjut gadis itu.
"Boleh saya tahu, sejak kapan kamu mempunyai rasa dengan saya?"
"Itu penting untuk kam--"
"Itu penting untuk saya," potong David.
"Owh..okay.." Cindy menghela nafasnya.
"Sejak kamu menemukan kunci mobil saya yang terjatuh. Kamu ingat? Itu sangat berkesan sekali untuk saya, karena saat itu pertama kali saya mendengar suara kamu."
David mengangguk-angukan kepalanya. "Kamu jatuh cinta dengan saya, satu tahun setelah saya jatuh cinta terlebih dahulu dengan kamu."
Cindy menautkan alisnya. Dia lantas menoleh menatap David. "Apa??"
"Sejak Hanna meninggal, saya memang menjadi sangat berantakan. Namun ketika saya melihat senyum kamu pertama kali saat pembagian kelas dan ternyata kita sekelas, sejak itulah rasa itu muncul. Saya menyayangi kamu dan rasa itu terus tumbuh. Namun saya tidak menemukan rangkaian kata yang tepat untuk menyatakan cinta saya."
Cindy menggeleng tak percaya. "Kamu bohong. Bukannya waktu kamu membawa saya ke panti asuhan, kamu bilang Hanna selalu hidup di hati kamu?"
"Kamu memotong pembicaraan saya waktu itu," jawab David.
"Saya memang mengatakan jika Hanna masih tinggal di hati saya sebagai sahabat sekaligus wanita pertama setelah ibu dan bu Sania yang sangat saya sayangi. Dia ada di satu sudut yang terkunci rapat, di sana gelap, dan mungkin pengap. Namun dia hanya menempati satu sudut di hati saya dan bukan seluruhnya, jadi masih ada ruang untuk orang baru.." David menoleh ke arah Cindy dan memegang ke dua pundak gadis tersebut untuk berhadapan dengannya.
"...dan orang itu kamu," lanjut David.
"Jika benar begitu, kenapa kamu tidak mengatakannya sewaktu saya menyatakan perasaan saya pada kamu?"
"Karena saya belum memikirkan kata-kata yang tepat untuk mengatakannya. Dan sekarang saya rasa sudah waktunya."
David berlulut di depan Cindy yang pura-pura memandang ke segala arah, perlakuan David ini disaksikan oleh Eiffell beserta para kemilaunya. Pria itu mengeluarkan sebuah kotak
cincin berwarna merah dari saku jaketnya."Malam ini, di tempat ini, akan saya ungkapkan sekarang semua perasaan saya," ucapnya sambil membuka kotak cincin tadi. Dan nampaklah sebuah cincin dengan ukiran Eiffel kecil di tengahnya. Sangat cantik.
Cindy masih belum mau menatap David.
"Will you marry me?"
Cindy refleks menoleh menatap David. Gadis itu menatap lekat bola mata David dan tak ia temui sedikitpun kebohongan di sana.
"Maaf mungkin ini mengejutkan untuk kamu. Namun kamu harus tahu bahwa saya sudah lama memikirkan ini dan saya tidak ingin menunggu lagi."
"Maaf saya belum bisa."
"Kenapa?"
"Ya-yaa karena untuk saat ini saya harus menyelesaikan S2 saya begitu juga dengan kamu. Jadi, kita tidak bisa menikah sekarang."
Mendengar itu David lalu berdiri dengan excited. Perasaannya membuncah, senyum bahagia tak dapat dia sembunyikan. "So?"
Cindy menatap David dengan tatapan penuh arti. "Yes, i will," jawabnya tanpa ragu dengan mengulurkan jarinya pada David.
Dengan cepat, David memasangkan cincin itu ke jari Cindy. Setelah itu David menarik Cindy ke dalam pelukannya. Keduanya terlihat sangat bahagia. Bahkan cairan kebahagiaan ke luar dari mata Cindy.
Cindy tidak mengira bahwa ternyata kisahnya akan berakhir seindah seperti angan-angannya. Semuanya terwujud.
Ya, Cindy akan menikah dengan cinta pertamanya. Dengan seorang pria yang semasa SMA adalah siswa yang paling misterius. Tidak pernah tersenyum, jarang berbicara dan menyembunyikan identitas orangtuanya karena dia tidak ingin banyak yang menyanjungnya.
Dan malam ini, adalah malam terindah bagi Cindy setelah enam tahun merawat semua kepingan-kepingan lukanya.
"Live always about suprising."
Cindy membenarkan ungkapan itu sekarang. Karena dia mengalaminya sendiri betapa hidupnya selalu tentang kejutan. Entah kejutan yang menyedihkan; seperti tiba-tiba ia diberitahu bawa kepergiannya ke Paris dibuat satu tahun lebih cepat oleh mendiang opanya, atau, kejutan membahagiakan seperti malam ini.
Dia dilamar oleh seseorang yang sejak lama ia kagumi. Bahkan tidak hanya sampai di situ, ia juga dilamar tepat di depan maskot City of light seperti Tom Cruise melamar Katie Holmes dulu.
David mengeratkan pelukannya. Pria itu lega sekarang karena bisa menyatakan perasaan yang selama ini ia jaga untuk gadis yang ia sayangi. Dia bahkan mengabaikan Sofia yang mencintainya sebelum ia tahu keberadaan Cindy setelah ia bangun dari koma dan tetap berharap dia akan bisa menemukan Cindy.
Di telinga Cindy yang tertutup syal, David membisikkan sesuatu dengan lembut.
"Je T'aime mi amor."
Lalu sebuah kecupan mendarat di kening gadis yang tengah sangat berbahagia itu.
"Cinta tak lepas dari sebuah penantian panjang. Jika memang seseorang yang kita nantikan ditakdirkan untuk bersama kita, maka selama apapun penantiannya dan sejauh apapun jarak yang memisahkan, percayalah semesta akan selalu turun tangan untuk mempertemukan."
🌷End🌷
![](https://img.wattpad.com/cover/113025433-288-k793007.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Je T'aime[END]
Roman pour Adolescents.....hingga pada suatu hari, kisah mereka harus terjeda bahkan sebelum sempat dimulai. "Je T'aime" Terlambatkah kata itu terucap di antara kita?