Rain & Hug

228 10 0
                                        

Backsound : Payung Teduh - Resah





Sejak dokter dan dua perawat keluar, tak ada yang membuka suara di ruangan VIP ini. David hanya berdiri mematung menghadap ke luar jendela, sedangkan Cindy duduk di sofa dengan berada di pelukan Marvel.

Semua menoleh ke arah pintu saat terdengar ada yang membukanya. Cindy membenarkan duduknya menjadi tegak. Wanita yang masih memakai pakaian formal ngantornya, masuk dengan semburat lelah serta khawatir di wajahnya, menatap kedua anaknya dan David secara bergantian. Lalu pandangannya beralih pada Sofia yang terbaring lemas di brankar. Kemudian wanita itu mendekat ke sana.

Cindy dan Marvel pun mengikutinya.

"Sofia, kamu kenapa lagi sih sayang?" Ucap Liana parau sambil mengusap rambut Sofia. "Please wake up dear"

"Mama aku--"

"Stop!" Liana memotong ucapan Cindy

"Kenapa bisa kaya gini? Kamu ninggalin dia lagi kaya tempo hari, iya?!"

Cindy menggeleng dengan cepat. "Enggak ma.. bukan gitu. Tadi itu tiba-tiba aja Sof--"

"Kamu mau bohongin mama lagi?"

Cindy tidak bergeming. Dia hanya menunduk menitikkan air mata. Tak berani menatap sang mama. Mulutnya pun kelu untuk kembali mencoba menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Kenapa kamu diem, bener 'kan kata mama?"

Cindy menutup mulutnya di tengah isakannya. Merasakan mamanya memang sudah berubah semenjak Sofia masuk ke dalam rumahnya. Namun Cindy tetaplah Cindy yang berhati emas, dia sama sekali tidak menaruh benci pada Sofia, karena yang ada dipikirannya hanyalah membuat Sofia merasakan hangatnya kasih ibu.

Melihat ini, David merasa bingung. Kenapa Cindy dan Marvel hanya diam saat sang mama membenarkan kalimat-kalimat bohong Sofia tempo hari. Dia tahu betul semua yang dikatakan Sofia tidak ada benarnya dan David rasa, Cindy atau Marvel bisa saja menjelaskan pada mamanya tentang hal ini. Namun yang dia lihat hanya kepasrahan kakak beradik ini.

"Maafin aku ma."

"Lebih baik kamu keluar, Cindy," Liana mengatakan itu sambil menahan tangisnya.

Cindy tercekat. Hatinya hancur. Kembali hancur. Cindy harap, kini telinganya bermasalah. Dia tidak percaya sang mama mengusirnya seakan beliau tidak mau Cindy berada di sana.

"Kamu dengar mama 'kan?"

Hancur seketika.

Telinga Cindy ternyata masih berfungsi normal. Gadis itu menggeleng seakan tak percaya terhadap apa yang sedang terjadi. Kemudian dia berlari ke luar dengan cerca air mata.

"Marvel, kamu tetap di sini. Biarkan dia sendirian."

Marvel yang akan mengejar adiknya, menghentikan langkah saat sang mama menyuruhnya diam di tempat. Tak ada yang bisa dia dilakukan saat ini. Sama seperti Cindy, mulutnya juga kelu untuk menjelaskan semuanya pada mamanya. Dia hanya bisa berharap adiknya tak mengambil hati ucapan sang mama, agar hati Cindy tak terlalu terluka. Sebab Marvel tahu, ini berat bagi Cindy yang belum pernah sama sekali dibentak oleh anggota keluarga yang notabene sangat menyayangi dan memanjakannya.

David sejenak menatap Marvel dengan tatapan yang seakan mengatakan "tenang aja", lalu dengan cepat dia ke luar untuk mengejar Cindy.

Dilihatnya Cindy sudah berada di dalam lift yang masih terbuka karena ada beberapa orang juga yang akan masuk. David langsung berlari secepat yang dia bisa, sebelum lift tersebut tertutup. Sayang, namanya juga rumah sakit--tempat umum, jadi ramai orang berlalu lalang dan tak sengaja David menabrak salah seorang dari keramaian orang tersebut.

Je T'aime[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang