Ketegangan di antara kedua kakak beradik ini masih terasa sejak beberapa tahun lalu.
"Sampai kapan lo kaya gini?".
"Obat sialan, balapan liar, mabuk-mabukan. Dan lo liat sekarang. Karena kecerobohan lo, lo nyaris ngilangin nyawa orang yang gak bersalah," sambungnya.
Sang adik hanya menunduk frustasi di balik jeruji besi itu.
"Kenapa lo nunduk? Bukannya selama ini lo bilang kalau nunduk itu cuma untuk pria lemah?".
"Gue tahu gue salah," jawab sang adik.
David mendengus. "Lo selalu bilang gitu kalau lo lagi kaya gini."
Sang adik mengangkat kepalanya
"Lo bisa gitu karena gak pernah di posisi gue Dav?! Lo gak tahu gimana rasanya jadi anak yang selalu dinomorduakan sama papa. Dia selalu mentingin lo! Sampai akhirnya gue milih ke luar dari sana, tapi apa? Papa mana pernah nyari gue. Dia gak pernah peduli sama gue."
"Coba kalau lo di posisi gue, gue juga yakin lo bakal jadi kaya gue. Jadi berandalan,ngedrugs, hidup gak jelas,putus sekolah," kata adiknya lagi.
"Lo harus pulang ke rumah," jawab David. Tak ingin berdebat, David hanya menanggapi santai perkataan adiknya.
"Buat apa sob? Buat apa? Gue cuma akan jadi bahan perbandingan lo di sana. Papa bakal banggain lo di depan teman bisnisnya. Sedangkan gue? Gue akan selamanya di cap sebagai pecundang sama papa karena gak pernah ngikutin semua arahannya. Gak ada yang ngarepin gu---"
"SAM INI UNTUK MAMA!!" Bentak David.
Setelah mendengar itu, adiknya diam.
"Sekarang dengerin gue," David menatap tajam ke arah Sam.
"Semenjak lo pergi, mama sakit-sakitan. Dia gak mau makan. Gue susah payah bujuk mama untuk sekadar makan. Semenjak lo pergi, kehidupan mama berubah. Di meja makan udah gak ada lagi masakan mama, bisnis restoran mama, gue yang handle karena mama seakan udah nglupain itu. Dia kepikiran lo terus. Ngeliat betapa menderitanya mama, papa nyesel dan mencoba untuk nyari lo. Papa kerahin semua koneksinya untuk nemuin lo. Meskipun gue tahu lo di mana, tapi gue gak pernah kasih tau mereka. Karena apa? Karena gue gak pengen mereka nemuin lo dalam keadaan rusak parah. Itu malah akan buat papa ngelakuin kesalahan yang sama dan mama akan semakin menderita," jelas David panjang lebar.
Sam masih diam, ia mencerna kalimat-kalimat demi kalimat yang dikatakan oleh David.
Sekarang ia sadar. Ia telah melupakan sesuatu sejak ia memilih keluar dari rumahnya. Mama yang sangat menyayanginya. Sam melupakan itu.
Sekarang ia ingin segera menemui mamanya. Namun apa yang dikatakan David mengenai dirinya yang 'rusak' itu ada benarnya.
"Lo bebas. Gue udah urus uang jaminan lo. Setelah ini lo akan di bawa polisi ke tempat rehabilitasi."
Dalam hati, Sam merasa bahwa David masih sama. Meskipun nada dingin yang digunakan David saat berbicara padanya terasa begitu menyebalkan, namun David tetaplah kakaknya yang selalu peduli padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Je T'aime[END]
Fiksi Remaja.....hingga pada suatu hari, kisah mereka harus terjeda bahkan sebelum sempat dimulai. "Je T'aime" Terlambatkah kata itu terucap di antara kita?