Pagi ini, pukul 7.15 semua siswa sudah on time duduk di kursi masing-masing. Para pengawas mulai membagikan LJK dan soal UAS penentuan kenaikan kelas tersebut.
Cindy melirik ke arah David yang nampak tenang menerima LJK beserta soalnya. "Semangat Dav," batinnya.
Kemudian dia mulai mengerjakan soalnya. Dia bisa mengisi soal tersebut tanpa kendala, sebab yang di pelajari semalam keluar semua di UAS. Soal 50 bisa dikerjakan dengan cepat bagi seorang Cindy Ulva Prisilia yang memang berotak encer.
Ketiga sahabatnya juga nampak tenang pada soal mereka. Hingga pada akhirnya di menit terakhir, bel berbunyi tanda UAS jam pertama selesai. Para siswa mengumpulkan lembar jawaban mereka. Lalu kemudian keluar kelas.
"Kantin yuk ajak Diana."
"Yok lahh," jawab Cindy dan Tiara bersamaan sementara Sofia hanya mengangguk.
"Gue aja yang pesen. Lo bertiga pesen apa?".
"Gue kaya biasa aja deh."
"Gue juga Cin."
Cindy mengangguk. "Kalau lo Sof?".
"Gue samain aja kaya kalian."
"Oke deh."
Cindy menuju stan batagor dan jus alpukat.
"Bu pesen kaya biasa ya."
"Oke mbak Cindy. Bentar ya."
Cindy mengangguk. Dia melihat-lihat ke penjuru kantin. Sambil celingukan seperti mencari seseorang. David. Ya siapa lagi kalau bukan dia? Di setiap kesempatan, diam-diam Cindy selalu curi-curi pandang pada cowok pendiam itu. Namun sepertinya David tidak ke kanti-- eh..
"Bu batagor sama es teh manis 1."
"Iya mas David, bentar ya."
Keduanya berdiri bersisian. Namun tak ada yang berani menyapa duluan. Mereka hanya diam dan yaa..sibuk menetralkan detak jantung masing-masing.
"Gimana UAS pertama tadi, lancar?".
Jantung Cindy terasa semakin kencang berdetak. Meskipun kemarin sudah menghabiskan waktu bersama, namun tetap Cindy masih merasa gugup kalau berada di samping David.
"L-ancar. Lo sendiri?".
David hanya mengangguk sebagai jawaban.
Suasana kantin cukup ramai. Namun terasa hening untuk keduanya. Setelah itu tak ada lagi yang membuka suara. Meskipun banyak kata-kata yang dipikirkan, namun entah kenapa mereka tak bisa mengeluarkannya. Yaps! Cindy jadi ingat kata-kata Nisa.
"Lo bisa jadi segila-gilanya kalau pas lagi sahabat, tapi lo juga bisa jadi pendiem, sediem-diemnya di dekat orang yang lo suka."
Dan Cindy membenarkan kata-kata Nisa itu sekarang.
"Mbak Cindy ini pesanannya."
Suara dari ibu kantin tersebut akhirnya memecah keheningan di antara ke duanya.
Cindy mengulurkan uang lalu meraih nampan berisi batagor dan beberapa gelas jus alpukat. Sebelum melangkahkan kaki, Cindy sempat melirik lagi ke arah David yang sibuk dengan ponselnya sambil menunggu pesanannya siap.
"Gue duluan, Dav."
"Cin."
Cindy menghentikan langkahnya tanpa menoleh, dia diam menunggu David melanjutkan kata-katanya.
"Semangat untuk UAS selanjutnya."
"Ini gak mimpi 'kan?" Batin Cindy saat mendengar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Je T'aime[END]
Teen Fiction.....hingga pada suatu hari, kisah mereka harus terjeda bahkan sebelum sempat dimulai. "Je T'aime" Terlambatkah kata itu terucap di antara kita?