a Secret

225 11 0
                                    


Cindy berjalan menuju kelasnya dengan terburu-buru.  Setelah menangis cukup lama di taman belakang, barulah dia ingat bahwa dia harus secepatnya masuk ke kelas karena hasil UAS akan segera diumumkan.

Lorong-lorong yang dilaluinya terasa lengang sebab para siswa sudah masuk ke kelas masing-masing untuk menerima rapor mereka. Cindy terus berlari...dan brukkk! Gadis itu terjatuh karena menabrak seseorang yang juga tengah berlari.

"Ckck.. princes princes. Kalau lari liat liat dong. Jadi nabrak 'kan."

Cindy mengurungkan niatnya untuk meminta maaf saat tahu siapa yang dia tabrak. Wajahnya berubah menjadi tak bersahabat. Kemudian dia berdiri dan membersihkan roknya. Saat akan berjalan meninggalkan cowok tersebut, tiba-tiba tangan Cindy dicekal.

"Lepasin gue!" katanya sambil berusaha melepaskan genggaman tersebut.

"Gue mau ngomong sama lo Cin."

"Emang dari tadi lo ngapain, tidur?".

"Gue serius."

"Gue buru-buru, lepasin gue,"  gadis itu masih meronta. "Lepasin gue lepasin."

"Cindy dengerin gue, please."

"Sayangnya gue gak tertarik sama omongan lo. Buang-buang waktu gue, ngerti?".

"Cin tolong sekali ini aja."

"Dan gue juga tekanin sekali lagi sama lo, Deon Richard Permana ter.hor.mat. lepasin gue atau gue teriak biar semua orang keluar dan lo bakalan dipermaluin seluruh siswa dengan dilemparin banyak kertas."

Mendengar ucapan Cindy yang sepertinya tak main-main, terlebih lagi ini lingkup sekolah, jika sekali saja Bu Berliana yang menurut Deon sialan itu mendengar bahwa dirinya kembali berulah memakai seragam sekolah bisa-bisa dia masuk ke dalam bui seperti yang tertulis dalam surat perjanjiannnya tempo hari. Akhirnya dia melepaskan cekalannya.

Cindy menatap meremehkan cowok tersebut, kemudian kembali melangkah menuju kelasnya.

"Cin, gue bener-bener sayang sama lo," gadis itu sudah tak peduli lagi dengan ucapan Deon; orang yang sangat dibencinya itu.

"GUE AKAN SELALU NUNGGUIN LO CIN, LO HARUS INGET ITU."

Cindy terus berjalan. Tak menghiraukan teriakan Deon. Sesampainya di depan kelas, dia mengumpulkan nyalinya untuk membuka pintu.

Dia mulai memegang kenop pintu dan membukanya secara perlahan. Terlihat wali kelasnya sudah mulai membagikan rapor.

"S-selamat pagi, Bu."

Semua menoleh ke arah Cindy.

"Dari mana kamu, Cindy?" Tanya gurunya yang bernama Rida itu.

"I-itu bu..tadi saya ada urusan. Maaf saya terlambat."

Bu Rida mengangguk. Cindy duduk di kursinya dengan perasaan lega. Beruntung wali kelasnya bukan macam guru killer.

"Cin lo darimana sih?" bingung Diana.

Cindy menghela nafasnya. "Ceritanya panjang."

"Ceritain sinopsisnya aja Cin kalau panjang," sahut Tiara santai.

Diana terkekeh mendengar perkataan Tiara. Begitupun dengan Cindy

"Gak papa. Tadi gue lagi ada urusan aja."

"Lo yakin?".

"Cindy Prisilia Ulva," belum sempat gadis itu menjawab pertanyaan Diana, namanya sudah dipanggil oleh Bu Rida untuk giliran menerima rapor.

Je T'aime[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang