See you later

238 14 3
                                        


Di depan ruangan di mana David dioperasi, Cindy duduk di kursi yang tersedia dengan menautkan jari-jarinya, menunduk seraya berdo'a untuk keberhasilan operasi David. Di sampingnya, Tiara dan Diana juga melakukan hal yang sama. Sedangkan papanya dan Marvel mengurusi hal lain.

Lalu Hendra? Dia entah ke mana. Kita semua mungkin bertanya-tanya kenapa Hendra membohongi tuannya. Kenapa dia bisa mengatakan bahwa David hanya luka-luka ringan dan lain sebagainya. Hendra adalah anak buah yang segan terhadap tuannya, dia sudah menjadi anak buah Reksa sejak David dan Sam masih kecil. Sudah lama sekali.

Dia bisa memahami tuannya tanpa tuannya mengatakannya sekalipun. Hendra sudah menganggap Reksa sebagai saudara sekaligus sahabat, Reksapun sebaliknya. Dia tahu hari ini tuannya sedang tidak ingin diganggu. Dia merasa bahwa tuannya sedang bahagia bersama istri dan anaknya, oleh sebab itu dia tidak ingin mengganggu suasana hati tuannya dengan mengatakan bahwa David hanya luka-luka ringan. Dia pikir tidak akan menjadi masalah jika dia saja yang menangani masalah tuan mudanya--- David.

Sebab itulah dia mengarang cerita, tentang kecelakaan David. Semata-mata untuk tidak merusak rasa bahagia tuannya, karena dia sangat jarang melihat Reksa tersenyum dan baru akhir-akhir ini dia melihat tuannya tersenyum sedikit lama, oleh karena itu dia tidak ingin menghilangkan senyum itu dari wajah tuannya.

Namun jika tuannya tahu bahwa dia berbohong mengenai nyawa putranya, apakah tuannya akan tetap tersenyum? Entahlah.. tanyakan saja pada rintik hujan yang kian deras  mengguyur tanah Jakarta siang ini.

Seseorang yang berhenti di depan ruangan tempat David di operasi dengan nafas yang tersengal-sengal, membuat Cindy dan ke dua sahabatnya menoleh.

"Lo Sam 'kan?" Cindy mendekatinya.

Sam menoleh dan memandangi Cindy  serta ke dua sahabat Cindy hingga membuat kakinya menegang di tempatnya.

"Dua cewek itu 'kan...."  pikiran Sam melayang pada kejadian beberapa bulan lalu.

"Lo denger gue?"

Sam mengerjabkan matanya.

"Gimana keadaan David?"

Cindy menghapus air matanya walau masih ada yang mengalir pada kedipan selanjutnya. Gadis itu menggeleng lemah. "Kita serahin semuanya sama Tuhan. Berharap tidak ada hal buruk yang terjadi," jawabnya.

Sam mengusap wajahnya frustasi. "Siapa sih yang tega ngelakuin itu ke David? Padahal gue tahu dia bukan tipe orang yang punya banyak musuh."

"Lo siapanya David?" Tanya Diana pada Sam hingga membuat Sam menatap Diana dan Tiara bergantian.

"Gue Sam, adik kandungnya David."

"Ohh.. jadi David itu punya keluarga ya? Gue pikir dia sebatang kara."

"Tiara!" Bisik Diana. "Jaga bicara lo! Pergunain otak lo kali ini aja kenapa sih."

Tiara mengerucutkan bibirnya. "Sorry."

"Gak papa, gue paham," jawab Sam.

"Cin, lo tahu di mana Hendra?" Tanyanya pada Cindy.

"Pak Hendra? Tadi sih di sini, sekarang gue gak tahu di mana."

"Ohh gitu,"

Setelah itu suasana menjadi hening. Semuanya duduk di kursi tunggu dengan harap-harap cemas. Tak lupa rapalan doa diagungkan untuk kelancaran operasi David.

Dua jam berlalu, namun pintu di depan mereka itu belum juga terbuka tanda operasi belum selesai.

Cindy melihat jam yang melingkar di lengannya. Dia bisa menghitung sampai sepuluh, dan dihitungan ke sepuluh atau tidak sampai dari itu, bisa dipastikan gadis itu sudah harus--

Je T'aime[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang