Matahari menampakkan sinarnya seakan mengajak para penduduk bumi untuk memulai aktivitasnya.
Tak terkecuali Cindy.
Ia memulai harinya dengan membuka tirai sekaligus jendela kamarnya dan menghirup udara segar di pagi hari ibukota yang mungkin beberapa jam ke depan udara itu sudah bercampur dengan debu dan asap kendaraan.Setelahnya ia mandi dan bersiap untuk segera ke sekolah.
Menuruni anak tangga dengan bernyanyi kecil dan tas ransel kecil yang sudah menggantung di sebelah pundaknya, Cindy menuju ruang makan dan melihat keluarganya sudah ada di sana untuk sarapan bersama seperti biasanya.
"Pagi ma, pagi papa, pagi bang Marvel, cowok ganteng yang sampai sekarang masih jomblo," menyapa keluarganya dengan penuh keceriaan memang sudah menjadi kebiasaan Cindy.
"Pagi sayang," jawab papanya yang sedang membaca koran paginya sambil sesekali menyesap teh hangatnya.
"Pagi sayang, ini susunya," jawab mamanya.
"Wah mama denger 'kan, masa Marvel dikatain gitu ma sama Cindy," adu Marvel berlaga tersakiti.
"Ngaduan banget sih bang," cibir Cindy yang sedang memakan supnya.
"Cindyy," tegur papanya agar berhenti menggoda kakaknya.
"Hehe iya pa, Cindy kan cuma bercanda pa," jawabnya dengan cengiran khasnya.
Sedangkan mamanya yang sedari tadi melihat itu hanya tersenyum melihat kedua anaknya yang selalu bercanda.
Marvel tersenyum penuh kemenangan melihat Cindy yang mengerucutkan bibirnya.
Setelah menyelesaikan sarapan, satu persatu anggota keluarga keluar rumah untuk melakukan aktivitasnya masing-masing di luar rumah.
Mama Cindy berangkat menuju butik miliknya. Sebelum mengurusi butiknya beliau memang selalu menyempatkan untuk membuat sarapan untuk keluarganya.
Sungguh ibu yang diharapkan semua anak.
Papa Cindy pun berangkat menuju kantornya. Sedangkan Marvel juga ikut bersama papanya karena akan belajar mengendalikan perusahaan setelah menyelesaikan kuliahnya.
Lalu Cindy? Sudah jangan di tanya. Ia sudah nangkring di dalam mobilnya dan siap melaju menuju sekolah.
Cindy menikmati perjalanan dengan mendengarkan radio di mobilnya. Mengendarai mobil dengan kecepatan normal sambil sesekali melantunkan lagu yang sedang terputar di radio tersebut.
Beruntunglah sebab pagi ini tidak terlalu macet. Ia memberhentikan mobilnya. Bukan. Bukan karena sudah sampai, tapi karena lampu merah.
Cindy menjentikkan jarinya di kemudi mobil. Ia sengaja membuka kaca jendela mobilnya.
Gadis itu terlalu fokus menunggu warna lampu lalu lintas menjadi hijau sampai tidak sadar jika di sebelah kendaraannya ada seseorang yang memerhatikannya dari dalam helm fullfacenya.
Seseorang yang Cindy sangat ingin ketahui kehidupannya. Cowok itu kini menatap setiap pergerakan wajah Cindy. Cantik. Siapapun mengakui kecantikan Cindy Ulva Prisilia, termasuk David.
Lampu berubah menjadi hijau. Semua pengendara yang terjebak lampu merah kini perlahan melajukan kendaraannya menuju tujuan masing-masing.
Cindy kembali mengemudikan mobilnya dengan masih tidak menyadari jika ada yang diam-diam mengikutinya dari belakang meskipun motor itu bisa saja melenggang lebih dulu menuju sekolah, namun David memilih berada di belakang Cindy.
Tak lama setelah itu, Cindy pun tiba di sekolahnya. Memakirkan mobilnya dengan sudah tidak ada David di belakangnya tentunya.
Sebab David sudah beralih ke parkiran bagian motor.
![](https://img.wattpad.com/cover/113025433-288-k793007.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Je T'aime[END]
Teen Fiction.....hingga pada suatu hari, kisah mereka harus terjeda bahkan sebelum sempat dimulai. "Je T'aime" Terlambatkah kata itu terucap di antara kita?