olympiade

649 53 0
                                    

Ternyata olimpiade diadakan pada tengah malam, tepatnya jam 12 malam. Sebenarnya sedikit aneh, kenapa harus jam setengah dua belas? Itukan sudah sangat gelap.

Semua daftar nama peserta sudah ada di tangan profesor Flich. Semua peserta yang tadinya tenang sekarang menjadi sangat gelisah, terutama Clara. Bagaimana tidak, profesor Flich yang menjadi pembimbing dari olimpiade ini. Yang pastinya akan berdampak buruk pada Clara.

" Bisa mohon perhatiannya sebentar," gumam profesor Alcander yang sudah berdiri menghadap ke seluruh peserta olimpiade. " Pasti kalian bertanya-tanya, olimpiade apa ini? Bagaimana cara bermainnya? Dan apa yg harus kalian lakukan? " Ucap profesor Alcander tersenyum ramah.

" Jadi, ini adalah olimpiade yang rutin diadakan setiap tahun. Cara bermainnya sangat mudah, kalian hanya perlu mencari medali emas didalam labirin di taman belakang sekolah. " Gumamnya. " Sedangkan aturannya akan sedikit rumit yaitu : kalian tidak boleh menggunakan sihir, tidak boleh kerja sama dengan teman siapapun orangnya, tidak boleh bicara, dan batas waktu kalian di dalam hanya 120 menit. Jadi sebelum 120 menit kalian harus keluar, tidak ada alasan tidak ingin keluar. " Ucap profesor Alcander

" Dan ingat satu hal. Jaga diri kalian masing-masing, karena saya tidak ada di sini untuk mengawasi kalian. Dan jika terjadi sesuatu, saya tidak bisa menjamin keamanan kalian. " Gumamnya serius. " Jadi, selamat menjalankannya. " Ucap profesor Alcander lalu pergi dari aula utama.

Pukul dua belas malam itu. Ketika semua anak kelas satu dari kelas Element mengambil lentera mereka, udara dingin berembus ke dalam aula. Di luar akan sangat dingin dan Clara senang dengan jubahnya yang hangat. Kali ini, profesor Flich sendiri yang berdiri di dekat meja, dan menyerahkan lentera. Dia mengangguk suram kepada Clara ketika tangan mereka bersentuhan.

Pintu menuju taman belakang sekolah terbuka yang di pimpin oleh profesor Flich. Malam itu tidak ada bulan ataupun binatang, dan mereka mendongak melihat langit yang benar-benar gelap. Ketika mengangkat lenteranya, Clara melihat salju telah turun dan membeku menjadi permukaan es yang tipis. Salju itu berserak di bawah kaki mereka seperti kaca pecah.

" Aku tepat di belakangmu, Clara." Bisik Niora. " Teruslah berjalan. "

Clara berbalik dan melihat wajah ceria Niora diterangi oleh cahaya lentera.

" Semoga berhasil ! " Bisik Clara, " semoga kau menemukan medalinya."

" Diam, " bisik Keyla. " Bicara atau berbisik akan di hukum. "

Clara mendapati dirinya berada di sebuah tempat yang dikelilingi oleh pagar tanaman yang tinggi dan lebat. Di depannya ada lima arah jalan, dan Clara memilih jalan tengah.

" Menurutmu, kita berjalan ke arah yang benar ? " Bisik Clara.

" Siapa tahu. " Sahut Keyla.

Mereka berbelok di sebuah sudut yang tajam dan berjalan melalui sebuah lorong yang sangat sempit, sampai-sampai siku mereka menyentuh tanaman labirin ketika mereka lewat.

" Bagaimana kita tahu kalau sudah sampai di tengah ? Bisik Clara.

" Aku tidak tahu, " Ucap Niora.

" Aku juga tidak, " Ucap keyla.

Jalan berikutnya yang mereka pilih lebih mirip terowongan. Tumbuhan-tumbuhan itu telah menjalar membentuk sebuah terowongan yang sempit dan panjang. Mereka hampir separuh membungkuk agar kepala mereka tidak membentur langit-langit yang rendah.

Adventure Of Witches ElementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang