Harry duduk di atas singgasana dengan jengkel, wajahnya kusut tidak karuan. Sedangkan dua orang di sekitarnya hanya tertawa melihat tingkah laku Harry yang masih terlihat seperti anak kecil.
" Ayolah pangeran, kau terlihat tampan. Namun wajahmu harus sedikit diperbaiki. "
Tatapan tajam Harry langsung menatap Alcander ganas. " Aku tidak menyangka, baju dan jubah ini masih tersimpan rapi disini. "
Alcander tertawa. " Benda-benda kerajaan masih tersimpan pangeran. Sebentar lagi mahkotanya sampai. "
" Aku tidak ingin menggunakan semua ini ! " Tolak Harry kesal. Ia menatap jemu kearah pakaian yang ia gunakan.
" Jadi pangeran mau menggunakan pakaian lusuh itu? " Tanya Alcander dengan pelan. " Pangeran ikut rapat sebagai raja Harry Born, bukan sebagai warga. "
Baru saja Harry ingin menjawab, ketukan pintu membuat mereka semua menoleh. Pintu terbuka, menampakkan dua penjaga yang membawa dua mahkota. Mahkota yang tidak asing lagi bagi Harry.
" Mahkotanya sudah sampai pangeran. " Ujar Alcander mengambil salah satu mahkota tersebut. Alcander menyuruh dua orang itu untuk pergi, sedangkan mahkota satunya lagi di letakkan di atas sebuah meja. " Pakailah, kita harus segera ke ruang rapat. "
Harry mendengus kesal, memalingkan wajahnya dari mahkota itu. Membuat Alcander menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan sikap Harry yang masih kekanak-kanakan. Teringat sesuatu, Alcander menatap kearah Jasmine yang sedang duduk tenang di atas singgasana.
Jasmine menatap kearah Alcander dengan bingung, ia menatap pakaian dan penampilannya. " Ada yang aneh? "
Menggeleng, Alcander tersenyum kemudian berjalan kearah Jasmine. " Aku akan tunggu di luar, kau pakaikan mahkota itu kepada Harry. "
" Baiklah. " Jawab Jasmine seraya tersenyum. Alcander balas tersenyum, kemudian berjalan pergi keluar dari ruangan.
Setelah Alcander keluar, Jasmine mendekati Harry. Tangan kirinya terulur untuk memegang bahu Harry, sedangkan tangan kanan mengelus wajah Harry. Tahu bahwa Jasmine ingin menggodanya, Harry menghentikan tangan Jasmine.
" Jangan Jasmine! "
Jasmine tertawa kemudian mengambil salah satu mahkota. " Ayolah, jangan seperti anak kecil. " Ujar Jasmine seraya memakaikan mahkota tersebut ke atas kepala Harry.
" Urusan kita belum selesai Jasmine. " Ucap Harry seraya memakaikan mahkota satunya lagi ke kepala Jasmine. Seketika Harry langsung tersenyum, menatap lekat wajah Jasmine yang tersipu malu. " Jangan harap kau dapat bebas. "
" Perdana menteri sudah menunggu di depan pintu. " Kata Jasmine yang berusaha mengalihkan pembicaraan. " Tidak baik membuat orang menunggu. "
Harry tertawa mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Jasmine. " Ayo. " Ajaknya seraya merapikan jubah dan mahkota, kemudian berjalan dengan santai kearah pintu.
" Tunggu aku. "
Jasmine mengejar Harry kemudian merangkul tangan kanan Harry. Membuat Harry hanya tersenyum melihat tingkah laku Jasmine." Ini di high school, apa kamu akan seperti ini sampai di ruang rapat? " Tanya Harry kepada Jasmine. " Jika kamu ingin, aku juga tidak keberatan. "
Sadar akan maksud dari perkataan Harry, Jasmine langsung melepaskan rangkulannya. Dan Harry pun membuka pintu ruangan, menampakkan wajah Alcander yang sedang tersenyum manis.
" Aku kira kau akan berperan sebagai seorang profesor di acara itu. " Celetuk Harry ketika melihat pakaian yang digunakan oleh Alcander. " Ternyata sebagai raja Alcander. "
Alcander tertawa kecil. " Aku berperan sebagai dua orang di dalam acara itu. Namun jika ada dirimu, aku harus berperan menjadi tiga orang. Bukankah sangat merepotkan? "
" Ruang rapat dimana? Aku tidak tahu. " Tanya Harry. Jelas sekali ia tidak memperdulikan perkataan dari Alcander sebelumnya. Tapi tidak, bukan tidak peduli. Namun pura-pura tidak peduli agar tidak tercipta percakapan yang sangat panjang nantinya. " Yang aku tahu itu kerajaan Born, aku tidak pernah tahu tentang high school. "
" Mari ikut saya. "
Alcander berjalan memandu Harry dan Jasmine menuju ruang rapat. Di sepanjang perjalanan mereka hanya diam, tidak ada yang berbicara. Jangan tanya kenapa. Itu karena tatapan orang yang menatap mereka dengan tatapan tidak percaya, walaupun ada juga sebagian yang menatap mereka biasa saja.Melihat Alcander masuk ke salah satu ruangan membuat Harry berhenti, dan Jasmine yang berada di sampingnya pun berhenti. Tatapannya tertuju kepada seluruh orang yang ada di dalam ruangan tersebut, dan yang membuatnya menjadi lebih enggan lagi ketika tatapan orang-orang itu menatapnya dengan tajam.
" Pangeran Harry? "
Satu pertanyaan itu terlontar dari mulut seorang raja dari kerajaan George, membuat Harry hanya bisa mendesah pasrah.Dengan pelan Harry melangkahkan kakinya untuk masuk ke ruang itu. Tatapan-tatapan yang sangat susah di artikan itu tetap terus mengikutinya, bahkan ketika ia sudah duduk sekalipun. Harry menatap Alcander yang duduk di sampingnya, mengatakan lewat tatapan mata bahwa ia tidak nyaman seperti ini. Mengerti akan maksud dari tatapan Harry, Alcander langsung berdeham membuat semua orang yang menatap Harry langsung menatap kearah Alcander.
" Selamat datang semuanya di high school, terima kasih sudah hadir di rapat ini. " Alcander membuka acara. Sekali-kali menatap kearah Harry yang tampak bosan, tidak tertarik sedikitpun. " Saya akan langsung masuk ke permasalahan yang akan kita bahas. "
" Saya mohon maaf kepada kerajaan Born, Alcander, George, Curcio, dan Russel karena telah membiarkan pangeran dan putri dari kerajaan kalian untuk pergi dari high school. " Harry dan raja Curcio langsung menatap tajam kearah Alcander. Alcander tahu, hanya mereka berdua yang tidak tahu tentang putri dan pangeran mereka. " Clara, Rian, Edward, Keyla, Carlos, dan Niora telah pergi untuk menjalankan tugas dari kami. Maaf kami tidak meminta surat izin terlebih dahulu, karena pada saat itu keadaan benar-benar mendesak. "
" Tugas apa? "
Harry langsung bertanya, tatapannya lurus ke depan, tidak menatap Alcander yang berada di sampingnya. Membuat Alcander menunduk, tidak berani menjawab pertanyaan dari Harry. " Tugas apa !? " Ulang Harry dengan intonasi yang lebih keras." Membunuh raja iblis. "
Seketika bunyi hentakan keras membuat semua orang terkejut. Harry telah bangkit dari duduknya dengan tangan yang menggepal sempurna. Alcander hanya dapat menunduk dan menutup mata. Ia tahu, Harry sangat marah padanya.
" Selama ini aku menyembunyikan keberadaan mereka dari iblis-iblis itu, lalu kenapa sekarang kalian malah menjadikan mereka umpan! " Bentak Harry marah.
" Kami tidak menjadikan mereka umpan. " Sergah Alcander. " Aku mengira Clara lah yang dapat membunuh raja iblis itu, namun kami salah. "
Harry kembali terduduk, memegang kepalanya yang sakit. Dengan sembarang ia melempar mahkota yang ia gunakan, kemudian menangis. Membuat semua orang menatapnya bingung. " Aku tidak ingin kehilangan putriku lagi Alcander, aku tidak ingin. "
Alcander menatap Harry dengan bingung. " Apa maksudmu pangeran? "
" Tepat ketika Clara lahir, Harry tiba-tiba terlihat akan masa depan Clara. " Jawab Jasmine. Kini semua tatapan mata menatap kearahnya. Sedangkan Jasmine hanya menundukkan kepalanya. " Harry melihat, bahwa Clara mati di tangan iblis itu. Itulah mengapa kami berusaha untuk mencegah itu terjadi, kami tidak ingin itu terjadi. "
Semuanya terdiam. Termasuk Alcander yang sudah merasa sangat bersalah.
" Dengan sangat, aku mohon. Jangan sampai aku kehilangan Clara untuk yang kedua kalinya. " Harry kembali berujar, kali ini seraya bermohon di depan Alcander.
" Kepada kerajaan George, Curcio, Russel, Aloysius, dan Ferguson. Apakah kalian bersedia, membantu kami? " Tanya Alcander.
Semuanya saling tatap, kemudian dengan serentak mengangguk setuju. Alcander tersenyum, menatap kearah Harry. " Kita akan membawa pulang mereka kembali, dalam keadaan baik-baik saja. "
" Siapkan pasukan, kita akan menuju kerajaan iblis. " Titah Alcander. Di dalam hatinya ia sangat berharap, bahwa anak-anak itu masih selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventure Of Witches Element
FantasyUlfa adalah seorang gadis yang bersekolah di sekolah sihir. Tanpa dia sadari ternyata ia mempunyai saudara laki-laki. Setelah bertemu dengan kakaknya, Ulfa bersama teman-teman nya berencana untuk mencari orang tuanya. Di saat ingin mencari keberadaa...