♡ dua : nama ♡
perban berwarna putih beserta hansaplast sudah menempel menutupi luka di siku kanan luke. maura menghela napas pendek sebelum menjauhkan dirinya dari laki-laki yang belum ia ketahui namanya tersebut seraya mengambil kembali barang-barang yang tadi dibawanya sebelum beranjak dari duduknya.
"kelas berapa?" tanya luke. kedua iris birunya mengikuti kemana maura berjalan menuju tempat sampah lalu menjatuhkan beberapa kertas yang sepatutnya untuk dibuang.
maura menoleh dengan dahi berkerut, "sepuluh," jawabnya singkat.
bibir luke membentuk 'o' seraya mengangguk paham, "pantes, ngga pernah liat."
kakak kelas. kata-kata itu langsung muncul didalam otaknya saat mendengar ucapan luke. perempuan itu tersenyum kecil lalu berjalan menuju meja dimana sebelumnya ia duduk.
luke beranjak dari ranjang sebelum melangkahkan kakinya mendekati pintu uks, namun laki-laki itu berhenti lalu memutar tubuhnya menghadap perempuan yang tadi mengobati lukanya. luke menyandarkan pundak kirinya di pintu.
"nama lo siapa?" pertanyaan itu mampu membuat maura mendongakkan kepala, memutus fokusnya dari layar ponsel, menatap luke dengan tatapan ragu.
"gue?" tanya maura bodoh. lalu perempuan itu berdeham saat menyadari pertanyaan yang tadi dilontarkan jelas-jelas untuknya. "maura," jawabnya.
"maura," luke membeo. "thanks ya, gue duluan."
"iya," maura mengangguk lalu tersenyum kecil. "sama-sama."
maka dari itu, luke mendorong pintu uks lalu keluar dari ruangan berbau obat tersebut. ia berderap menyusuri koridor hingga berpapasan dengan michael dan larut dalam percakapan seraya berjalan hingga lapangan parkir.
keesokan harinya, rambut berwarna kecokelatan milik maura bergerak seiring langkah kakinya berderap di koridor sekolah yang sudah lumayan ramai. namun langkahnya perlahan berhenti saat ia ingin menaiki tangga untuk mencapai kelasnya, dirinya berpapasan dengan seseorang.
melihat sepasang sepatu yang berhenti tepat dihadapannya, maura mendongakkan kepala dan detik itu pula kedua manik hitam legamnya bertemu dengan manik biru yang terasa familiar.
sosok itu—luke, tersenyum lalu menyapa. "hai, maura."
maura mengerjap beberapa kali lalu balas tersenyum, "pagi, kak..."
"luke aja"
"pagi, kak luke."
luke berdecak pelan, sebelum menggelengkan kepalanya menyerah. "yaudah deh terserah lo," ucapnya seraya mengibaskan tangan.
maura tersenyum kecil lalu pandangannya beralih pada siku kanan luke kemudian beralih lagi ke wajah laki-laki dihadapannya. "itu semalem perbannya ngga diganti ya?"
dahi luke mengerut. "kok tahu?"
bibir maura bergerak meloloskan kekehan pelan. "iyalah, keliatan," balasnya cepat. "yaudah ntaran diganti, gue mau ke kelas,"
menyadari bahwa ia menghalangi jalan, luke buru-buru bergerak untuk berpindah tempat, "belajar yang bener."
maura menggumam pelan seraya mengangguk. "iya, duluan ya kak." ucapnya sembari menaiki tangga menuju kelasnya dengan langkah hati-hati tanpa tahu bahwa dibelakangnya ada seseorang yang tersenyum.
perempuan itu menatap langkah kakinya dengan sesekali menoleh kedepan untuk memastikan ia tidak menabrak seseorang.
jantungnya berdegup kencang. sejak semalam. those beautiful blue eyes, his dimple, his smile. maura mengulum bibir sebelum berbelok memasuki kelasnya lalu berjalan menuju bangkunya.
+++
dahi luke mengerut. "kok tahu" tiba-tiba namira keluar dari persembuyiannya seraya berseru, "KARENA MAURA BUKAN TEMPE!"
dan detik selanjutnya, luke dan juga maura serempak memasukan namira kedalam tongsampah terdekat. :-)
![](https://img.wattpad.com/cover/113636120-288-k63909.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
loveliness ♡ luke [✓]
Fanfiction"you're the thing that i can't quit." © 2017, Namzcake.