♡♡ ; Bonus Chapter

733 99 82
                                    

little note : if you like the last chapter, don't read this, but up to you. thank you so much for reading. stay positive xo.

bonus chapter ; back to you


7 tahun kemudian

him :

tujuh tahun yang lalu, gue-luke hemmings- dapat mendengar dengan jelas ucapannya. ucapan seorang perempuan cantik dengan gaun mini yang membungkus tubuh mungilnya setelah acara pertunangan itu. dengan sebuah kalung yang sudah terpasang di leher, dia melangkah mendekati gue dan berhenti tepat beberapa langkah dihadapan gue, tersenyum.

kala itu, iris kecokelatan miliknya menatap iris biru milik gue, tatapannya menyiratkan sesuatu. tatapan gue turun, mendapati tangannya bergerak, seperti memberi kode untuk gue mengikutinya.

maka, gue menegakkan badan dan melangkahkan kaki mengikutinya yang berjalan keluar rumah. gue dibelakangnya, menatap punggungnya yang tertutupi kain berwarna biru dongker dan membiarkan rambutnya jatuh menyentuh pundak.

terlihat sangat cantik.

malam itu, kami berdiri di tepian teras rumahnya. gue menatap beberapa tamu yang datang bergantian dan membiarkan maura menyapa beberapa orang yang dikenalnya.

angin malam tidak membuat maura memilih untuk kembali kedalam rumah. setelah dia selesai dengan urusannya, dia menoleh kearah gue. sejenak, gue termenung saat mendapati dirinya tersenyum tipis seraya menyelipkan helai rambut kebelakang telinga.

"makasih udah dateng," ucapnya pelan. gue menaikkan alis. "gue kira, lo nggak bakal dateng. but you're being a gentleman. thanks." lanjut maura lalu terdiam sejenak.

gue membasahi bibir yang terasa kering sebelum mengangguk rikuh dan menjawab, "iya, sama-sama."

"thank you for understand my choice. to be honest, gue masih sayang sama lo, still. perasaan gue masih sama seperti dulu, waktu kita pertama kali kenalan. when i gave my first kiss to you, masih sama," dia terdiam sejenak. gue menoleh, mendapati maura sedang menatap gue seraya tersenyum kecil, "i'm with michael now, and i'm happy."

gue hanya tersenyum dan mengangguk, "i know. your eyes are shining," hanya itu yang bisa gue katakan dan selebihnya gue hanya diam karena gue menyadari bahwa setiap kata yang gue keluarkan malam itu akan membuat gue semakin sadar bahwa gue sudah tidak punya hak atas perempuan yang beridiri disamping gue.

maka gue hanya diam. menelan bulat-bulat kenyataan bahwa maura sudah milik michael.

dan ucapan maura setelahnya yang sampai sekarang masih gue ingat secara jelas di kepala. sama sekali tidak hilang, bahkan gue masih dengan jelas mengingat bagaimana nada serta tatapannya.

masih teringat dengan jelas.

"go your way, luke. and i'll go mine, if we're meant to, i'll meet you there."

maura tersenyum.

dua bulan yang lalu, gue menghadiri sebuah rapat kerja yang akan membahas sebuah project. sebagai pemimpin, gue berusaha sebaik mungkin agar tidak terlambat, setidaknya gue harus ada didalam ruang meeting lima menit sebelum meeting benar-benar dimulai. saat itu, gue membuka pintu ruangan secara perlahan dan mendapati beberapa orang sudah duduk mengitari meja, beberapa diantaranya menoleh kearah gue lalu melempar senyum sopan.

gue mengangguk kecil dan berderap menuju kursi yang sudah disediakan, khusus untuk gue dan saat tangan gue menyentuh sandaran kursi, gue membeku, terdiam, terkejut.

seorang perempuan yang sedari tadi duduknya membelakangi pintu-yang mana tidak mengetahui kedatangan gue-mendongak. tidak ada tatapan atau terkejut sama sekali, melainkan sebuah tatapan dan senyum sopan lalu berbicara, "selamat siang, mr. hemmings."

untuk gue, umur 25 tahun tidak menjadi halangan bahwa gue harus memakai pakaian yang berbeda. no, gue masih suka pergi kemana pun kecuali kekantor, menggunakan skinny jeans hitam dan juga kaos. tiga hari sebelumnya, gue sudah membuat janji bersama maura untuk sekadar berbicara, karena terakhir kali kami berbicara selain urusan pekerjaan adalah bertahun-tahun yang lalu, setelah maura bertunangan dengan michael.

gue membuka pintu café ternama yang hari ini tidak terlalu ramai dan mengedarkan pandangan keseluruh ruangan.

gue tersenyum seraya melangkahkan kaki memasuki café dan berderap kearahnya.

we we're really meant to.

★★★

her :

"hai"

sapaan itu--suara itu kembali menyapa telinga gue dengan lembut setelah sekian tahun gue kehilangan dia dan sekitar 2 bulan yang lalu, gue bisa melihatnya lagi. gue putus--well, setelah tiga tahun bertunangan dan menjalin hubungan, gue dan michael memilih untuk mengakhiri hubungan kami. gue dan michael sadar, sejak michael diterima di universitas yang diharapkannyaa—ITBhubungan kami berubah.

bukan hanya karena jarak, mungkin juga karena kesibukan gue saat kelas dua belas; pendalaman materi, bimbel, dan segala hal-hal yang mengikuti dibelakangnya dapat membuat gue dan michael susah berkomunikasi.

dan pada tahun ketiga, michael mengaku dan menyadari bahwa hubungan kami memang berubah, benar-benar berubah.

michael juga mengaku bahwa dia menemukan seseorang yang baru, yang selalu menemaninya saat di bandung—sedangkan gue berada dikota lain— echak namanya.

am i jelaous? nggak, nggak sama-sekali. bahkan gue sudah memastikan hal ini akan terjadi jauh sebelumnya. bukannya gue nggak percaya sama michael, hanya saja; gue tahu, itu hukum alam.

gue diterima di universitas gajah mada—kampus yang sangat diidam-idamkan oleh sebagian bahkan hampir seluruh populasi kelas gue.

dan disini gue sekarang, duduk berdampingan dengan seseorang yang sejak dua bulan lalu, kami kembali berkomunikasi, tanpa canggung ataupun rasa rikuh atas apa yang terjadi di masa lampau.

tidak banyak yang berubah setelah beberapa tahun. gue sama-sekali tidak tahu gerak-gerik luke, tepat setelah dia lulus dari bangku sma. hanya bahunya yang melebar, tubuhnya menjadi lebih tegap dan kini wajahnya ditumbuhi rambut-rambut halus.

"maura," gue mengerjapkan mata beberapa kali, lalu merasakan suhu permukaan wajah gue meningkat, "stop staring at me like that, i know—"

"okay, i'll stop," potong gue dengan nada meledek. bibir luke melengkung kebawah, membuat raut sedih. gue tertawa. "how are you? 24 or 12?"

"i take both, because I'm 24 but still—"

"so, you're 36?" potong gue, lagi-lagi meledek. luke mencebik, lalu menyisip minuman yang berada dihadapannya sebelum berbicara, "you're idiot."

bukannya membalas ucapannya, gue hanya tergelak pelan sebelum menyandarkan punggung dan menatap luke.

ia membasahi bibir. kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyum yang sama sejak saat itu, sejak pertama kali kami bertemu--di uks.

"saya mau bawa kamu kesuatu tempat," ucapnya, tiba-tiba. "boleh?"

"kemana?"

luke hanya tersenyum. tanpa menjawab pertanyaan gue, dia mengulurkan tangannya dihadapan gue. gue tersenyum, menerima uluran tangannya dan kami sama-sama berdiri dengan tangan yang saling menggengam satu sama lain.

dan saat itu pula, gue percaya bahwa untuk kali ini gue yakin bahwa gue kembali menaruh hati gue yang sempat diporak-porandakan olehnya, ke orang yang sama.

dan gue bahagia.

+++

•fin•

loveliness ♡ luke [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang