0.5 ; Hello

736 142 95
                                    

♡ lima : hello ♡

untuk kesekian kalinya di jam pelajaran sosiologi, luke menghela napas bosan. sedari tadi segala ocehan guru sosiologinya, bu tari, hanya masuk ketelinga kanan lalu keluar dari telinga kiri. sesusah apapun luke berusaha untuk fokus namun tetap saja gagal.

luke mengangkat tangan kanannya dan langsung mendapat perhatian dari bu tari yang yang nyatanya menghentikan segala ocehannya dan memusatkan perhatiannya pada laki-laki bertubuh jakung tersebut.

"kenapa, luke?" tanya perempuan berusia sekitar empat puluh tahun seraya menatap luke dengan tatapan bingung.

"izin bu," ucap luke lalu terdiam sebentar. "mau ke kamar mandi." lanjutnya. laki-laki itu mengabaikan tatapan aneh dari teman sebangkunya, michael. setelah mendapatkan izin, luke segera keluar dari kelas dengan senyum kemenangan bermain-main di wajah tampannya.

lantas luke mengedarkan pandangannya kesekeliling koridor. sepi-jelas, karena seluruh siswa masih didalam kelasnya untuk mengikuti pelajaran. kakinya melangkah menyusuri koridor. langkahnya terlihat menghentak mantap di lantai marmer yang dipijakinya.

langkah kakinya memasuki lorong koridor kelas sepuluh, luke tidak sungkan untuk menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri. tidak peduli bahwa ada beberapa adik kelasnya yang menatapnya penasaran. hingga iris biru miliknya bertemu dengan kedua iris cokelat yang sedang memandang keluar jendela kelasnya.

maura.

langkah luke melambat. irisnya tak juga meninggalkan manik cokelat yang tadi menangkap miliknya. luke mengulas senyum kecil.

"halo," bibirnya bergerak tanpa suara, namun dapat ditangkap oleh maura. pipi maura spontan memerah lalu membuang muka. mengabaikan luke yang kini terkekeh sendiri lalu kembali melanjutkan langkahnya.

dan luke memutuskan untuk kembali kekelasnya.

+++

luke melahap suapan kuah bakso terakhirnya sebelum akhirnya menyesap es tehnya hingga sisa sedikit. pandangannya mengedar keseluruh penjuru kantin. berharap menemukan maura bersama teman perempuannya. namun bukannya menemukan perempuan yang dimaksud, luke malah menemukan seseorang yang sejak dua minggu yang lalu ia hindari.

buru-buru luke mengalihkan pandangan saat perempuan itu menoleh-bukan, bukan maura yang ia maksud, tetapi gadis lain.

"liat maura nggak?" tanyanya terang-terangan kepada michael yang baru mengenggak minumnya. michael tersedak. kaget dengan pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya satu itu.

"gebetan baru?" michael melongo saat luke mengangguk lalu nyengir. "buset, baru aja dua minggu kemaren putus."

luke hanya terkekeh menanggapinya sebelum menenggak habis minumnya lalu beranjak dari duduknya. "gue duluan, mau cari maura." lantas luke berderap meninggalkan kantin, tanpa menyadari bahwa ada sepasang mata yang menatapi punggunya dengan pandangan beribu makna dan juga pesan tersirat.

pesan ingin seperti dulu, salah satunya.

langkah kaki luke membawanya menyusuri koridor yang ramai oleh lalu lalang para siswa. sesekali menyapanya-luke tersenyum menanggapinya. luke tidak sefamous itu sebenarnya, namun karena sebuah peristiwa, seluruh siswa mengenalnya, mengetahuinya.

"maura, ih, tungguin!'

"lama sih, bodo. gue tinggal." lalu suara tawa mengalun seiring dentam sepatu yang dapat didengar luke dengan jelas. laki-laki itu melihat maura, sedang berlari-lari kecil sembari tertawa disisi koridor yang berseberangan dengannya.

luke tersenyum kecil saat maura melewatinya tanpa sadar keberadaannya. laki-laki itu melanjutkan langkahnya menuju kelasnya sendirian dengan senyum kecil bermain-main di wajah tampannya, membuat beberapa anak yang berpapasan dengannya menatap luke heran. begitu juga wali kelasnya yang secara kebetulan berpapasan dengannya.

"luke tumben senyum-senyum," ucap bu rahma, guru geografinya. "jadi makin ganteng." lanjut beliau seraya tekekeh.

luke tergelak sebentar sebelum menggeleng kecil. "ah ibu bisa aja," balasnya. "duluan ya, bu."

guru paruh baya tersebut mengangguk seraya membalas senyum luke. laki-laki beriris biru tersebut memasuki kelasnya. pandangannya mengedar hingga menemukan teman sekelasnya yang sangat update tentang film-film. berderap, luke mendekati temannya itu hingga berhenti dihadapannya. luke menarik sebuah bangku lalu menempatkannya didepan temannya satu itu.

"woi mik," luke mendudukan dirinya didepan mika. "film yang lagi tayang dibioskop bagus-bagus gak?"

mika mengerinyitkan dahi sebentar sebelum menaikkan alisnya. "buat apaan emangnya?"

"buat ditonton, lah!"

mika memutar bola mata mendengar jawaban luke yang baru saja terlontar dengan menyebalkannya. "maksud gue, buat ditonton bareng keluarga atau-"

"gebetan. nonton bareng gebetan." mika manggut-manggut mendengarnya sebelum tersenyum miring. "ada tuh, satu, horor."

"apa-"

"jailangkung, horor, biar gampang modusnya." jelas mika seraya tersenyum senang. diikuti luke yang juga tersenyum lucu. benar juga. ah tapi, emang maura mau jalan bersamanya?

ah, itu akan ia pikiran belakangan. senyum luke belum juga pudar. "makasih mik," ucapnya pada mika-yang dibalas sama-sama oleh mika- sebelum beranjak dari duduknya dan kembali menuju tempat duduknya yang sebenarnya tepat saat bel tanda istirahat pertama selesai.

+++

wushwushuwhsu gue masih tanggal 15 yg masuk sekolah wushqsuhqush males mikir penjurusan mumet sendiri gue bye.

loveliness ♡ luke [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang