0.8 ; Ujian

607 123 89
                                    

♡ delapan : ujian atau jadian? ♡

maura menarik buku paket biologi dari meja belajar dan menjatuhkan diri diatas kasur empuknya. seragam yang tadinya melekat di tubuhnya sudah berganti dengan kaus berwarna biru kesukaannya dan juga celana selutut. rambut panjangnya sudah dicepol asal. beberapa minuman dingin dan juga snack sudah memenuhi nakas dekat tempat tidur guna menemaninya belajar hingga malam nanti.

seluruh siswa sma gajah mada—dan mungkin sma-sma lain— tengah menghadapi pekan penilaian tengah semester. diadakan selama seminggu dan disusul pekan remidial.

seperti biasa, kedua orang tuanya belum selesai dengan pekerjaannya. mungkin orang tuanya akan menginjakkan kakinya dirumah saat maura selesai belajar atau bahkan sudah terlelap dengan buku-buku yang bertebaran dilantai.

perempuan itu dengan tekun membaca tiap-tiap kalimat yang tertulis dihadapannya. memahami maksudnya. hingga ketukan di pintu kamarnya membuat maura mengalihkan pandangan dari berbaris-baris kalimat kearah pintu kamarnya.

maura mengerang malas. "siapa sih," gerutunya. "ganggu aja."

menghela napas, perempuan itu merubah posisinya menjadi duduk dan terdiam sebentar sebelum beranjak untuk membuka pintu kamarnya, ternyata mbok—asisten rumah tangganya. sedang membawa dua tangkai mawar merah segar. "mbok?"

"ini non, tadi mbok nemu bunga ini didedepan pintu. kali aja buat non maura." ucap mbok seraya mengulurkan bunga mawar tersebut. "lagian kan nggak mungkin juga ini buat den calum." lanjut mbok, menyebut nama kakak maura yang sedang menempuh pendidikan dikota malang. maura terdiam.

dari siapa, sih? sok romantis, idih.

maura menerima uluran bunga tersebut dengan dahi mengerinyit bingung. "uh, makasih ya mbok," ucap maura sebelum menutup pintu kamarnya setelah mbok undur diri untuk kembali kedapur—atau kembali membersihkan halaman depan.

iris cokelatnya menyusuri dua tangkai mawar segar yang kini berada di tangannya. pikirannya berkelana, siapa yang meninggalkan mawar didepan pintu rumahnya? tangan maura terulur untuk menaruh kedua mawar tersebut diatas meja belajarnya namun terhenti saat merasakan sesuatu terjatuh.

perempuan itu merunduk dan iris cokelatnya menangkap selembar kertas putih yang tergeletak mengenaskan di lantai. lagi-lagi, dahinya mengerinyit lalu membungkukkan badan, meraih kertas tersebut.

good luck for your exam! -L

bahkan, kalimat sesederhana itu mampu membuat kedua sudut bibir maura tertarik; membentuk sebuah lengkungan manis di wajahnya.

+++

esok harinya, sekitar pukul dua siang bersamaan dengan bunyi bel panjang tanda waktu pengerjaan sudah habis dan lembar jawab komputernya sudah diambil oleh pengawas ujian, luke segera keluar dari ruang kelas dan berjalan dengan terburu-buru menyusuri koridor.

dan saat iris birunya menangkap sosok maura baru saja keluar dari ruang kelas, luke memelankan langkah kakinya hingga berhenti dihadapan perempuan itu.

maura yang sedari tadi merunduk, asyik dengan ponselnya terperanjat kaget sat mendapati luke berdiri dihadapannya.

"anjir," perempuan itu merutuk pelan. "ngagetin aja, lo."

"pulang sama saya, ya?" cengir luke, mengabaikan ucapan maura. kedua iris birunya bersinar bahagia, seolah-olah soal sosiologi yang tadi membuatnya pusing tidak menjadi masalah kedepannya.

maura memicingkan kedua matanya. "mau ngapain lo, ngajakin gue pulang bareng? mau nyulik gue, ya?" tanyanya penuh selidik.

laki-laki dihadapan maura memutar kedua matanya. "halah," luke meraih pergelangan tangan maura lalu serta merta menariknya menuju parkiran. "gue nyulik lo? ngga guna."

"kali aja lo mau jual gue,"

"jual di club malam, iya, gue jadiin striper,"

"wah ba—"

luke membuka pintu mobilnya, "masuk." maura menggerutu sebentar sebelum akhirnya masuk kedalam mobil laki-laki itu.

+++

dentam lagu 2U milik david guetta featuring justin bieber seolah tidak membuat perempuan itu membuka bibir untuk berbicara. sedari tadi luke perhatikan, sedari tadi maura diam saja sembari menatap jalanan luar.

"diem aja lo," celetuk luke memecah hening, "kaya patung."

maura mengerjap kaget lalu menoleh kearah luke yang sedang fokus menyetir.  "eh, luke, tau ngga—"

"nggak."

"ish!" maura berdecak, "jangan dipotong dulu!" perempuan itu menggerutu pelan. "masa kemaren ada dua bunga mawar didepan rumah gue—"

"mhm"

"—terus ada kartunya gitu, tulisannya good luck for your exam—"

"maura," luke memotong cerita maura, laki-laki itu memberhentikan mobilnya didepan rumah yang dalam tiga minggu terakhir tak jarang ia kunjungi. tangan besar luke menarik tangan kanan maura lalu mengaitkan jari keduanya. luke menarik napas—mengabaikan maura yang menatapnya penasaran.

"be mine?" tembak luke. kedua iris maura melebar terkejut, dadanya bergemuruh hebat. "be mine?" ulang luke, kini seraya menarik lembut tangan kanan maura yang terkait dengan jemari kirinya.

"l-luke," maura menemukan suaranya yang sempat hilang karena terkejut, tidak menyadari bahwa jarak keduanya semakin dekat.

"maura, be mine?" ulang luke sekali lagi. maura menahan napasnya saat merasakan hembusan nafas luke yang menggelitik wajahnya.

"be yours" dan tepat setelah itu, bibir keduanya bertemu.

+++

maaf absurd

kawan, gue tiga hari kedepan pulang jam 5 terus sOOoo, dah, see you x

loveliness ♡ luke [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang