27 ; Revealed

392 96 39
                                    

♡ dua puluh tujuh ; a fight ♡

diantara orang-orang yang berlalu lalang, perempuan itu duduk disebuah bangku panjang berwarna hitam. irisnya yang berwarna kehijauan sedari tadi menatap pemandangan dihadapannya.

sedari tadi tangannya menggengam ponsel sedangkan tangan satunya menggengam sebuah sapu tangan berwarna putih disertai ukiran namanya disalah satu sudut kain.

ia mengangkat tangan kiri sejurus kemudian melirik jam tangan yang melingkar. perempuan menghela napas panjang sebelum membungkus setengah ponselnya dengan sapu tangan yang tadi dibawanya hingga menutupi speaker. iris kehijauan miliknya berkilat. jarinya bergerak mendial deretan nomor yang sudah diketiknya sejak lima menit lalu sejurus kemudian mendekatkan ponsel ke telinga.

ia akan menguak semuanya.

+++

luke baru saja menginjakkan satu kakinya keluar dari kamar mandi saat mendengar ponsel yang ia letakkan diatas nakas, berdering. laki-laki itu langsung bederap mendekati tempat tidur dan menatap layar ponselnya yang menyala, menampilkan sebuah panggilan dari nomor yang tidak dikenal.

luke menerima panggilan tersebut. dengan alis berkerut, laki-laki itu mendekatkan ponselnya ke telinga. "halo," sapanya, "ini siapa, ya?"

"good morning," sapa seseorang diseberang. "how's life? it's all good?" tanya orang itu lalu berdeham kecil.

"gue orangnya nggak suka basa-basi," orang itu terdiam sejenak, membuat dahi luke semakin berkerut bingung. "lo itu goblok, apa pura-pura bego?"

luke tersinggung, tentu saja. "mau lo apaan, sebenernya?"

ada jeda beberapa saat sebelum orang yang berada diujung sambungan terkekeh sebentar sebelum kembali berbicara, "mau gue?" tanya orang itu, lebih kepada dirinya sendiri. "gue mau lo buat buka mata," ucapnya, "buka mata, selebar-lebarnya."

luke berdecak jengah dan tangannya spontan menjauhkan ponsel dari telinga, berniat memutus sambungan sebelum orang itu lagi-lagi berbicara, kali ini lebih keras. "jangan dimatiin!" cegahnya, "ini tentang maura, cewek yang paling lo sayang."

kekesalan luke yang sedari tadi mengendap, seketika menguap hilang entah kemana. tanpa sadar, laki-laki itu menahan napas. "kenapa?" tanya luke, berusaha tenang. "maura kenapa?"

bukannya menjawab pertanyaan luke, orang itu malah tertawa, seolah hal yang dipertanyakan luke adalah hal yang paling lucu.

"dia dijodohin," ucapnya setelah beberapa saat mengontrol tawanya. mendengar itu, luke memutar bola matanya, "gue tahu," balas luke, nadanya terdengar mengejek.

"dia dijodohin," ulang orang itu, bedanya, kali ini nadanya menggantung. "dia dijodohin sama michael. michael clifford, temen lo sendiri." lanjut orang itu, membuat luke mematung ditempatnya namun buru-buru menggeleng.

luke menarik napas, "sorry, girl, but I don't believe you."

"ouch," nada perempuan diujung sambungan terdengar tersakiti. "you just hurts me," gumam perempuan itu. "but, whatever. gue bisa buktiin ucapan gue bener."

"ter—"

"dateng kerumah maura, sekarang. ada michael disana."

loveliness ♡ luke [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang