0.9 : His Ex

526 117 51
                                    

♡ sembilan : "es teh"♡

"luke."

panggilan itu membuat sang empunya nama menghentikan langkah lebarnya namun enggan menoleh. raut wajahnya datar. kedua iris birunya bergerak mengikuti lalu lalang beberapa siswa dengan seragam yang sama dengannya. beberapa detik laki-laki itu diam ditempatnya—menunggu. tetapi sepertinya suara familiar itu tidak akan terdengar lagi, maka, luke kembali melangkah.

"luke, please," perempuan itu menahan pergelangan tangan luke, laki-laki itu menoleh. menatap zowy dengan tatapan datar. luke menaikan alisnya, bibirnya masih terkunci rapat. manik biru tersebut sekilas bertautan dengan manik hijau dihadapannya sebelum menggeser pandangan.

"gue," luke membuka suara. "gue udah punya cewek." ucapnya dengan nada tegas lalu melepaskan cengkraman perempuan dihadapannya saat mendapati raut terkejut tergambar jelas diwajah zowy.

"bohong," sanggah zowy. iris hijaunya berpendar cemas dan terluka. "lo nggak mungkin—"

luke menaikkan alisnya dan bersiap melangkah menjauhi zowy yang masih diliputi perasaan terkejut. "buat apa gue bohong?" senyum asimetris milik luke perlahan muncul diwajah tampannya. "sthepanie maura adriani, anak sepuluh mipa-dua, lo boleh tanya dia kalau nggak percaya."

luke mengucapkan kalimat tersebut dengan nada telak lalu langkah kakinya membawa laki-laki itu menjauh dari zowy yang kini terpekur disisi koridor kelas.

+++

dahi luke mengerinyit saat mendapati pacarnya sedang duduk disalah satu bangku di kantin, tengah sibuk menggigiti ujung sedotan, sendirian. laki-laki itu langsung memutar haluan. yang tadinya ingin langsung memesan makanan beralih langsung menghampiri gadis beriris cokelat yang tengah sibuk sendiri tersebut.

"hei," sapa luke lembut seraya menarik kursi didepan maura seraya tersenyum. "tumben sendiri?"

maura mengerjapkan matanya. kedua iris cokelatnya berpendar tekejut dibalik bulu matanya yang lentik. bibirnya terbuka dan sedotan yang sedari tadi ia gigit tersebut jatuh kembali kedalam gelas es tehnya. "hah?"

"heh,"

"apaan sih?" dahi maura mengerut sebentar. "kamu ngapain kesini?" tanya maura bingung

kali ini, dahi luke yang mengerut. "lah, emang aku ngga boleh nyamperin pacar sendiri?" tanya luke dengan alis yang dinaikkan.

"halah, bacot," balas maura salah tingkah. pipinya merona. tangan luke terulur lalu sedetik kemudian menjawil bibir tipis maura dan langsung ditepis perempuan itu. "ih! apaan, sih," sentak maura galak.

"gaboleh ngomong kasar," ucap luke pelan lalu menarik gelas dihadapan maura yang masih terisi es teh setengah dan menyesapnya serta merta.

melihat itu, maura cemberut.

"kok diminum?" maura protes saat melihat es tehnya yang tinggal sedikit. "aku capek tau, abis ngoreksi ujian tadi." ucap perempuan itu sedikit merengek.

"ujian kelas berapa?" tanya luke seraya menggeser duduknya mendekati maura. gadis itu mengangguk kecil. kedua mata bulatnya menatap luke. "kelas kamu."  jawab maura. "cuma pilihan ganda, sih, tadi aku dapet punya mika, eh? mika apa moka, ya?" perempuan itu terdiam sebentar. "iya, bener, punya mika."

perempuan itu menggaruk pelipisnya sebentar sebelum kembali lanjut berbicara. "terus sama icha disuruh tukeran, nah jadinya aku pegang punya kamu."

luke hampir saja tertawa, namun laki-laki itu menahannya sekuat yang ia bisa. "punya aku?"

maura mengangguk, "iya, punya kamu." balas maura yakin. "kertas jawaban kamu."

"oh," celetuk luke pelan sembari cengengesan.

"oh?" dahi maura mengerut saat mendapati luke cengengesan tanpa sebab yang jelas. "oh—oh! kamu mikir apa?!" selidik maura seraya mengacungkan jari telunjuknya didepan wajah luke. cengiran luke semakin lebar dan kini laki-laki itu menggigit bibirnya.

maura memekik histeris. pipinya merona; malu dan salah tingkah bercampur menjadi satu.

"astaga!" maura menutupi wajahnya dengan kedua tangan. "kenapa gue harus jadi pacar lo, sih?" dumal maura putus asa seraya menurunkan telapak tangannya. kedua matanya menyipit saat menatap luke yang tergelak bahagia disampingnya.

"pergi sana," usir maura seenak jidat saat melihat arsyana berjalan memasuki kantin. luke menaikkan alis. menatap gadisnya dengan pandangan bingung. "lah, ngusir?"

maura mengangguk enteng sebelum mendorong pundak luke main-main. "sana, ah," usir maura untuk kedua kalinya. luke mendengus kecil sebelum tangannya terulur untuk mengacak-acak rambut gadisnya pelan.

luke beranjak dari duduknya namun berhenti saat merasakan jari kelingkingnya ditarik maura. laki-laki itu merunduk, menatap jari kelingkingnya sebelum beralih ke wajah gadisnya.

"titip es teh," cengir maura.

+++

alhamdullilah. ya, itu adalah kata2 gue setelah selese ngetik part ini bahahah. anyway, gue mau ganti uname wp. setuju tida?

.....

gaada yg jawab bye.

loveliness ♡ luke [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang