♡ dua puluh lima ; new semester ♡
-⭐
tadi pagi hujan, dan setiap rintiknya mengingatkanku pada genggamanmu.
⭐-satu sekolah digegerkan oleh kabar bahwa zowy pindah sekolah saat hari pertama masuk setelah libur semester ganjil. kabar itu menyebar secepat angin yang berhembus. seperti tadi pagi, saat maura turun dari mobil michael yang sudah terparkir rapi dan keduanya berjalan bersisian menyusuri koridor kelas yang ramai oleh hilir-mudik para siswa. hingga saat keduanya memisahkan diri, desas-desus itu semakin terdengar jelas di telinga maura.
"eh, si zowy pindah sekolah, tau!"
"hah, yang bener?"
"iya! kayaknya, sih, gara-gara luke nggak mau balikan sama dia."
dih, maura mengerinyitkan hidung lalu mempercepat langkah kakinya menuju kelas. mau ngakak aja, gue.
perempuan itu meletakkan tas ranselnya diatas meja dan menelungkupkan kepala dilipatan tangan. hingga bel tanda masuk berbunyi dan pelajaran berjalan seperti biasa. hanya saja, hari ini maura sudah lebih dari dua kali di tegur oleh guru mata pelajaran yang berbeda karena ketahuan sedang melamun. ditegur seperti itu, maura langsung mengerjapkan matanya dan mengucapkan maaf berulang kali.
saat bel istirahat pertama berbunyi disusul suara siswa dari balik speaker bersuara.
"diberitahukan kepada seluruh penanggung jawab ekstrakulikuler bahwa sepulang sekolah akan diadakan rapat bulanan-"
dan maura tidak mendengarkan seluruh pengumuman itu hingga selesai melainkan perempuan itu langsung keluar kelas setelah membaca sekilas chat dari arsyana yang menyatakan bahwa ia sudah berada dikantin.
tanpa berhenti, maura tetap melangkahkan kaki seraya bibirnya bergerak menyenandungkan lagu yang semalaman terputar dikamarnya. saat dirinya memasuki kantin, maura mengedarkan pandangan keseluruh penjuru kantin dan menemukan arsyana sedang duduk sendirian disalah satu meja yang terletak berdekatan dengan dinding. maka, maura langsung berderap menuju salah satu stand yang menjual makanan.
setelah mengucapkan pesanannya, maura mengulurkan uang dua puluh ribuan dan dua puluh detik setelahnya menerima kembalian dan langsung menyisipkannya kedalam saku rok. tak lama setelahnya, maura menerima seporsi makanan yang dipesannya ditambah es teh. kaki maura bergerak lagi, kini berderap menuju meja yang ditempati arsyana.
"tumben," maura meletakkan bawaannya diatas meja, menunjuk cardigan hitam yang melekat ditubuh sahabatnya. "tumben pake jaket."
mata arsyana menyipit. "cardigan," koreksinya.
"iya, itu lah," maura merogoh saku dan mengeluarkan ponsel dan menaruhnya diatas meja. "tumben banget, dah, perasaan lo jarang pake."
arsyana menaikkan kedua bahu. "rumah gue tadi pagi dingin," ucap arsyana, "banget."
maura mengangguk-angguk, "iya, sih," maura menyetujui ucapan arsyana, "tadi pagi hujan. gerimis gitu."
arsyana mengangguk-angguk tanpa membalas ucapan maura. keduanya diam, menyantap makanan masing-masing.
tidak heran memang jika hari ini hampir seluruh populasi perempuan di sma gajah mada menggunakan cardigan, jaket ataupun sweater guna menghangatkan tubuh.
"eh," maura mendongak, mendapati arsyana yang menunjuk kearah belakang maura. "ada michael."
kelopak mata maura membulat, "hah?"
lalu sebuah tangan muncul dari belakang maura dan langsung bertumpu pada pinggiran meja. perempuan itu menoleh, mendapati michael dengan seragam acak-acakannya berdiri disebelahnya.
maura mengerjap sebentar lalu bertanya, "kenapa?"
"aku nanti ada rapat bulanan," ucap michael memberi tahu, "sampe sore. kamu pulangnya gimana?"
maura mengumam sebentar, ia menumpu kepalanya dengan tangan kanan. "oh gituuu," maura terdiam beberapa detik. "yaudah, kamu rapat aja."
"lah?" dahi michael berkerut. "terus, kamu?"
"gampang," jawab maura enteng. ia tersenyum menenangkan. "nanti aku sama calum."
+++
sebagai penanggung jawab ekstrakulikuler futsal, michael sangat dibutuhkan dalam rapat yang diadakan setiap bulan untuk keperluan administrasi dan sebagainya. alasan itulah yang membuat maura berbohong bahwa ia akan pulang bersama kakaknya, calum.
maura tidak ingin merepotkan michael.
keadaan sebenarnya adalah, calum sudah kembali ke malang untuk melanjutkan studi tadi pagi dan sekarang maura bingung harus pulang bersama siapa.
ditambah saat maura sadar bahwa awan hitam mulai menggantung dan terlebih maura tidak mempunyai aplikasi ojek online.
"sampe kapan mau ngeliatin papan tulis?" ucap seseorang dengan nada mengejek. "sampe berubah bentuk jadi segitiga?"
maura menoleh, mendapati luke yang kini bersandar di bingkai pintu kelasnya. "lucu lo," ucapnya dengan nada datar.
luke memilih tidak merespon ucapan maura dan kini mengetukkan ujung sepatunya pada lantai kemudian berucap, "ayo pulang, gue nggak nerima penolakan."
dahi maura berkerut, "apaan, sih? ngga jelas, lo."
disini maura sekarang. didalam mobil luke yang kini bergerak keluar gerbang sekolah diiringi rintik hujan yang membasahi kaca mobil dengan maura yang masih memberengut, tidak terima dipaksa pulang bersama luke yang kini duduk dibalik kemudi.
"tuh, hujan," luke membuka suara. "lo mau kejebak hujan disekolah? udah sore pula. nunggu michael? kalau dia ngira lo udah pulang? jangan suka tolol, deh."
maura menatap luke sinis. "line michael juga bisa, bilang kalau-" belum selesai ucapan maura, terdengar bunyi tanda bahwa ponsel maura baterainya habis. maura terdiam, menatap ponsel yang ia taruh diatas paha kanan dengan mata membulat. "faklah, kok abis?"
luke tertawa saat melirik sekilas raut wajah nelangsa maura yang kini membuang muka, menatap jendela. setelah tawanya surut, luke mengulurkan tangan berniat menyentuh dagu perempuan disebelahnya namun langsung ditepis oleh maura.
perempuan itu menjatuhkan tubuhnya hingga menempel di jok mobil, jantungnya berdegup kencang.
"s-sorry," maura tergagap, "gue kaget."
walaupun luke juga terkejut, laki-laki itu mengangguk dan memutar kemudi dalam diam hingga luke bersuara lagi.
"gue laper, makan dulu bentar sambil nunggu hujannya reda."
+++
wp sepi bgt dah perasaan:(
KAMU SEDANG MEMBACA
loveliness ♡ luke [✓]
Fanfikce"you're the thing that i can't quit." © 2017, Namzcake.