♡ tujuh : salah tingkah ♡
maura menjajaki tangga terakhir yang menghubungkan lantai dua dengan lantai dasar dengan tas ransel yang tersampir di pundak kanannya. maura tersenyum cerah, secerah matahari yang bersinar diluar. ia menyapa mbok, asisten rumah tangannya yang ternyata sedang menyapu ruang keluarga. kedua mata bulatnya bersinar, kakinya melangkah menuju ruang makan.
diatas meja sudah disiapkan sarapan kesukaan maura, segelas susu dan juga roti isi selai cokelat—seperti hari-hari biasanya.
maura menyesap susu hingga sisa tersisa setengah, tangan perempuan itu bergerak untuk mengambil potongan roti kesukaannya. dering ponsel yang is simpan di saku membuat maura berhenti mengunyah sejenak untuk merogoh saku, dan mulutnya kembali mengunyah.
tanpa melihat siapa yang menelpon, maura menerima panggilan tersebut.
"halo?" ucap maura tidak jelas, lalu buru-buru menelan kunyahan roti dimulutnya.
"saya udah didepan rumah kamu." suara itu mampu membuat maura blangsatan, terlebih ucapannya.
buru-buru maura beranjak—dan ternyata gerakan terburu-burunya membuat pinggang perempuan itu berbenturan dengan pinggiran kursi. maura mengaduh, cukup kencang, membuat mbok—ataupun luke kaget. "kamu kenapa?"
maura mendesis. "bukan apa-apa," ucapnya jelas berbohong. "sebentar, gue pake sepatu dulu." lanjutnya seraya berlari-lari kecil menuju pintu utama rumahnya lalu mengambil sepasang sepatu. perempuan itu duduk di kursi yang terletak diteras rumahnya, belum memutuskan sambungan, omong-omong.
"lo juga ngapain jemput gue, sih, bilang dulu kek semalem," perempuan itu mengapit ponsel di bahunya. dengan terburu-buru memakai sepatu. luke terkekeh. sejenak, maura terdiam. "nggak usah buru-buru."
"tapi saya nggak mau bikin kamu nunggu."
hening.
didalam mobilnya, luke tersenyum melihat maura yang selesai mengenakan sepatu. laki-laki itu memutus sambungan lalu meletakkan ponselnya di dashboard. pintu penumpang sampingnya terbuka, memperlihatkan maura yang merunduk kecil sebelum meloloskan tubuhnya kedalam mobil luke.
"pagi," sapaan hangat itu, membuat luke menoleh sekilas sebelum membalasnya. "pagi."
lima belas menit perjalanan dari rumah maura menuju sma gajah mada diisi oleh candaan dan juga gelak tawa, hingga luke memarkirkan mobilnya dengan rapi dihalaman parkir sma gajah mada. maura menatap sekeliling dengan pandangan ragu.
gerakan luke yang ingin membuka pintu mobil terhenti saat melihat maura malah terdiam dan tatapan matanya terlihat gusar.
"maura," panggil luke pelan. "udah sampai, kamu mau sampai kapan duduk disitu?"
"iya saya ngerti kalau udah sampai." ucap maura mengerjap pelan lalu menoleh sedikit kearah luke. "saya cuma.... takut?" lanjut perempuan itu dengan nada bertanya.
dahi luke mengerinyit, bingung dengan ucapan maura. "takut—"
maura menggeleng. spontan membuat luke menghentikan ucapannya. "ayo turun." ujar maura seraya membuka pintu mobil sejurus kemudian kembali menutupnya setelah kedua kakinya menginjak pelataran parkir.
perempuan itu menarik napas seraya menyandang tas ransel dipunggung dan mencoba mengabaikan beberapa tatapan ingin tahu yang tertuju padanya. maura menolehkan kepalanya kekanan, dimana luke berdiri disampingnya. laki-laki itu sempat melirik keatas sebelum kembali menatap maura dengan alis dinaikkan satu.
"kenapa?" tanya luke yang disambut gelengan pelan dari maura. keduanya berjalan beriringan menyusuri koridor.
"eh," ucap maura. berniat mencari topik sekaligus mengalihkan perhatiannya dari tatapan penasaran siswa-siswa yang berada disisi koridor. "mid semester kapan, sih?"
luke dengan santai menyampirkan lengan kanannya dipundak maura. laki-laki itu menggumam pelan. "lusa kayaknya." jawabnya asal—luke tidak tahu omong-omong.
"LAH?" perempuan itu berhenti melangkahkan kakinya. menoleh spontan kearah luke yang kini menunjukkan cengiran lucu. "LUSA?!" kedua bola mata maura membulat terkejut. pupilnya melebar.
luke tertawa keras melihat ekspresi menggemaskan perempuan disampingnya. serta merta menarik maura kedalam dekapannya hingga wajah perempuan itu tenggelam didadanya. maura memejamkan matanya saat mendapati perlakuan luke yang tiba-tiba. perfume yang digunakan luke menyusup kedalam hidungnya saat perempuan itu menarik napas.
"luke!" maura memekik kecil seraya menjauhkan wajahnya. luke berhenti tertawa, digantikan oleh cengiran lucu. kedua pipi maura memerah. "ish, ini disekolah!"
maura melangkah mundur saat Luke malah melebarkan cengirannya. "ish, ini disekolah!" ucap luke menirukan maura. iris birunya bersinar jenaka. "terus kalau ngga disekolah, boleh?"
perempuan itu menyingkiran lengan luke yang masih bertengger di bahunya. bibirnya mencebik kesal. "tau ah," gerutu perempuan itu kesal. "ngomong aja tuh sama papan mading." celetuk maura seraya menunjuk asal papan mading yang tertempel di dinding tak jauh dari tempatnya berdiri.
luke menaikkan alis. "gila dong, gue?"
"emang gila."
"lo cantik."
salah tingkah, maura menampol pelan pipi luke. kedua matanya membulat, pipinya memerah. "berisik," ucapnya lalu menggigit bibir. menahan senyum. "gue mau ke kelas, dah." lanjut perempuan itu lalu berjalan menjauh dari luke.
"belajar yang bener," ucap luke namun dihiraukan maura. "gausah mikirin gue terus."
maura berhenti melangkahkan kaki lalu berbalik badan. "dih, muntah rainbow." ucapnya lalu mengubah ekspresinya seolah sedang mengejek.
"wah awas lo," ucap luke seolah memperingati. "kena lu sama gue." lanjutnya sedikit berteriak. maura yang sudah berdiri di anak tangga pertama menoleh kearah luke lalu menjulurkan lidahnya.
setelah maura hilang dari pandangannya, luke kembali melangkahkan kakinya menyusuri koridor hingga bahunya ditepuk seseorang. luke menoleh. michael.
keduanya lalu ber-high-five sebelum kembali menyusuri koridor menuju kelasnya.
"bro," ucap michael seraya memasuki kelas. "waktu lo bercanda sama maura di koridor tadi,"
luke menaruh tas di bangkunya, lalu menatap michael dengan tatapan penasaran. "kenapa?"
"lo diliatin sama zowy."
+++
halo kawan selamat sekolah :DDDDD calum belom muncul kawan, tenang dia gabakal muncul :D
KAMU SEDANG MEMBACA
loveliness ♡ luke [✓]
Fanfiction"you're the thing that i can't quit." © 2017, Namzcake.