3.0 ; Engagement

430 99 71
                                    

♡ tiga puluh ; terakhir ♡

luke

gue tersenyum kecut dan memandang kaca untuk terakhir kalinya sebelum meraih leather jacket yang disiapkan mama sejak tadi gue berada dikamar mandi lalu memakainya. tangan gue bergerak untuk meraih kunci, ponsel dan juga dompet yang tergeletak diatas nakas samping tempat tidur dan bergegas membuka pintu kamar.

kaki gue melangkah dengan langkah yang bisa dibilang lambat saat menuruni tangga yang terhubung dengan ruang tengah yang ternyata ada mama dan juga namira--adik sepupu gue yang sedang privat matematika kelas sepuluh sama mama.

emang, dia rada-rada goblok sama matematika.

"udah mau berangkat, kamu?" mama membuka suara, gue berhenti melangkah. "kalau ngga kuat, ya ngga usah dateng, luke."

gue mengendikkan bahu samar dan mendekat kearah mama. "gaenak, ma, udah diundang juga," ucap gue.

"kenapa, sih, tan?" gue melirik namira yang kini sok-sok fokus dengan selembar kertas soal dihadapannya. "luke emang ditinggal nikah, ya, sama pacarnya?" tanyanya dengan polos, tangannya masih bergerak mencorat-coret kertas hvs.

"berisik," gue berdecak jengah. "itung dulu yang bener."

"yeh pantes ditinggal nikah," balas perempuan berumur enam belas tahun tersebut, "ngeselin, sih."

sumpah, kalau bukan saudara sendiri gue lempar nih manusia.

gue memutar bola mata, "luke berangkat," pamit gue lalu kembali melangkah, kini menuju garasi dan mengeluarkan mobil dari sana dan mengemudi dengan perasaan aneh.

gue memberhentikan mobil saat terjebak pada traffic light dan menyandarkan siku di jendela yang gue turunan seluruhnya. membiarkan suara berisik kendaraaan mengisi telinga gue, menggantikan ucapan mama sebelum gue meninggalkan rumah tadi.

apa gue kuat lihat orang yang gue sayang, tunangan sama sahabat gue sendiri? maura, orang yang sejak pertama kali gue tahu namanya--saat itu juga mampu mengambil hati gue dengan cepat.

mungkin hanya michael yang tahu, bahwa hari dimana gue bertemu dengan maura adalah hari dimana gue putus sama zowy.

stephanie maura adriani, anak kelas mipa-dua, dengan perlahan menyembuhkan gue.

mobil gue bergerak dengan kecepatan lambat saat memasuki wilayah perumahan maura yang kini terlihat sedikit ramai. gue menarik napas dan menghembuskannya melalui mulut seraya mencari posisi parkir. setelah dirasa pas, gue membuka pintu mobil setelah menaikkan kaca jendela hingga kembali tertutup.

setelah mengunci mobil, gue memutar badan dan melangkah pelan-pelan memasuki rumah maura yang kini terlihat ramai. di ruang tamu yang kini disulap menjadi tempat pertunangan sudah terisi oleh tamu-tamu yang diundang, mereka sibuk dengan urusannya masing-masing.

seperti gue yang sekarang sibuk meyakinkan diri sendiri bahwa gue baik-baik saja setelah acara ini, namun gue tahu, keadaan gue berbanding terbalik dengan itu.

i'm not fine like, at all.

tiba-tiba, semua undangan yang berada satu ruangan bersama dengan gue menghentikan kesibukkannya dan memusatkan seluruh perhatiannya pada gadis yang kini dengan anggun menuruni tangga ditemani seorang laki-laki di belakangnya--sang kakak, calum.

gue bisa merasakan bahwa gue menahan napas mendapati maura meniti tangga dengan hati-hati. dia tampak sempurna dengan gaun simplenya, tatanan rambutnya dan make up naturalnya.

benar-benar sempurna--she's an angel.

dan dengan itu, acara dimulai. acara pertunangan michael dan juga maura, gue mengalihkan pandangan dan memilih untuk sedikit menjauh dari kerumunan lalu menyandarkan punggung di dinding. menyaksikan sepasang manusia itu dari jauh.

"luke," gue mengerjap pelan lalu menoleh, mendapati arsyana berdiri disamping gue dengan tangan saling bermain. "lo dateng, ternyata."

gue mengangguk, tanpa mengucapkan sepatah kata lalu kembali memusatkan pandangan pada michael dan maura yang berada jauh darinya berpijak.

"gue mau ngomong," ucap arsyana. gue mengangguk sejurus kemudian menggumam, memberi sinyal bahwa gue masih mendengarkan. "gue suka sama lo."

sepersekian detik berikutnya, gue menoleh, menatap arsyana dengan pandangan kaget. apa-apaan?

lima detik setelahnya, arsyana tertawa, terpingkal hingga badannya mundur beberapa langkah kebelakang. tawanya tidak berhenti untuk dua puluh detik selanjutnya hingga perempuan itu mengusap setitik air mata yang muncul di ekor matanya.

"ngga lah!" dia terkekeh. bahu gue melemas. "bercanda! tapi ini gue mau ngomong serius."

"apa? lo mau bilang kalau naksir gue dari lama?" tanya gue bercanda. lagi-lagi arsyana tertawa dan tangannya melayang untuk menepuk lengan gue dengan bercanda.

"ngga lah," bantahnya, tertawa lagi. "beberapa minggu kemaren, ada yang telfon lo, nggak? nomor yang tidak dikenal."

gue mengerinyit sejurus kemudian mengangguk. "ke--"

"itu gue," potongnya. "itu gue yang ngomong. maaf, gue nggak ada maksud buat jadi provokator lo sama michael berantem, tapi lo harus tau tentang ini."

bukannya marah, gue hanya mengulum senyum dan mengangguk. "makasih. mungkin kalau lo enggak menyamar sebagai anonymous, gue nggak bakal tau." arsyana mengangguk-angguk lalu mengendikkan dagu kearah depan setelah itu undur diri, entah kemana.

gue kembali memusatkan perhatian pada maura yang kini berdiri berhadapan dengan michael, perempuan itu sedikit merunduk dan michael sedikit mendekat dengan tangan terulur. setelah gue amati dengan lebih jeli, michael sedang memasangkan sebuah kalung, tanda bahwa maura adalah miliknya.

dan dengan terpasangnya kalung itu, maura resmi menjadi milik michael dan gue juga resmi berhenti untuk memikirkannyamenyingkirkannya dari hidup gue karena, well, dia sudah milik orang lain.

dan itu bukan gue.

bukan luke hemmings.

+++

HOLD ON, IM SAD. SOMEONE PLEASE HELP ME. I CANT. LUKE IS SAD. 911.

ayo shippernya double m mana suaranya :-) wowowo gue ngga tahu bakal bikin ending kaya gini bhahahaha. first of all, makasih buat kalian yang baca cerita ini dari awal, ataupun enggak. i love yous! all of yous❤❤

loveliness = tamat

jgn dihapus dari library dulu btw <3

loveliness ♡ luke [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang