Chapter 1

482 22 0
                                    

"Umi-chan..." kucoba memanggil sahabat rambut panjangku itu, dia tampak sangat serius. Yap, kami sedang ujian matematika, "Umi-chaann..." kucoba memanggilnya lagi, dia tampak terganggu, ehehe.


Akhirnya dia menoleh, akhirnya...! Dia menoleh padaku dengan wajah menakutkan, ehh... yah, dia kembali ke tugasnya. Aduuh!! Aku baru mengisi 1 dari 5 soal ini!!


Akhirnya, jam pelajaran berakhir. Semuanya nampak tegang, tidak dengan Umi dan Kotori. Mereka santai saja. Haah, aku tak mengerti mengapa bisa sepintar itu mereka...


"Honoka-chan, bagaimana kabarmu?" tanya Kotori memancingku, iya aku tahu dia membahas soal ujian tadi, "apakah menyenangkan?" huwaaahh!! Apanya yang menyenangkan?!


"Kotori-chan!!" aku berlutut pada Kotori, "beri tahu aku caranya agar jadi pinta--"


"Belajar," tepis Umi dengan kasar dan dingin. Aku pun menghadangnya.


"Ehrmh...." kugeramkan suaraku kearahnya, Umi juga sama, dia mungkin masih sebal padaku."Hmph!" kami berdua pun saling membelakangi.


----


"Aku pulang!!" seruku saat sampai di rumah, sangat lelah sekali! Aku ingin makan roti saja. Eh? Kulihat secarik kertas di kulkas, kelihatannya tulisan ibu, akan kubaca saja.


"Apa?!" aku berteriak sekeras mungkin setelah tahu kalau ibu sedang pergi berlibur bersama ayah. Jahat!! Kulempar kertas itu ke lantai, lalu kubuka kulkasnya. Heh...?


"TIDAK ADA MAKANAN?!" aaahh... kejam! Kalian seharusnya kan tahu aku tidak pandai memasak! Keluhku terus-terusan, lalu bergegas ke kamar. Kulihat Yukiho sedang memperhatikan sebuah kardus, "apa itu Yukiho?"


"Hm?" dia yang sedang memakan stik coklat menoleh padaku, "kakak! Aku tak tahu ini isinya apa dan dari siapa, jadi kulihat-lihat saja," jawabnya, lalu kudekati dia, memang itu kardus ukuran sedang, apa ya isinya?


"tujuannya pada kakak," tambah Yukiho, dia memberiku surat yang tertera pada kardus itu.


----


Malam menjelang, aku tak berani membuka kardus itu, kufoto dan kukirimkan pada Myus. Mereka juga angkat bahu, aku makin tak berani membukanya, tapi biarlah! Kuambil resiko!!


Aku yang nekat mengambil gunting dan membuka segelnya, kubuka kardus itu dan...!!


Eh? Ini apa?


Kuangkat benda itu, nampaknya seperti sejenis alat kesehatan mata. Kupikir ini hanya orang jahil saja yang mengirimnya. Ah, kufoto saja lagi, dan kukirim lewat udara pada mereka.


Dari pesan yang kuterima, Maki dan Nozomi terlihat heboh. Saat kutanya, mereka malah mengelak akan memberitahu besok. Ah!! Aku tak betah dalam rasa penasaran ini!


Kutanamkan wajah kedalam bantal, rasa kantuk mulai datang, dan---


----


"Ho-Honoka-san...?!"


"I-Ini benar-benar Honoka-san!!"


"H-Honoka...!!"


----


"Huahhh!!!" m-mimpi apa aku tadi?! Kulihat segerombolan orang mengerumuniku?! A-Aku dimana tadi?! Perasaan panik memenuhi dada, bagaikan racun yang masuk lewat hidungku, membuatku sulit bernafas.


"Kakak! Cepat mandi, nanti kesiangan loh!!" Yukiho berteriak padaku, lalu kulihat jam weker... ahh!!! Sudah jam 7.15?! Sekolah dimulai 45 menit lagi?! Sial, aku harus cepat berangkat!!


"kakak, apa kau tidak mau sar--"


Tak mendengar apa kata Yukiho, aku pun langsung melesat menuju sekolah, bagaimana bisa aku mendengarnya sementara menit demi menit terus berlalu?! "Aku berangkat!!!"


----


"Sudah kubilang jangan tidur terlalu malam," komentar Umi dengan nada sedingin kemarin. Menyebalkan!


"Honoka-chan, kau aneh-aneh saja..." Kotori tertawa melihatku, sementara aku masih ngos-ngosan. Kutarik nafas panjang dan menyiapkan jawaban untuk Umi yang dingin.


"Honoka!!" kulihat Maki berlari tak sabaran padaku, dia terlihat sangat yakin, dan ya... lelah, "ini penting!!"


---


Bersambung...

Kousaka Honoka: WARPEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang