Chapter 22

101 5 0
                                    

---


Hari mulai sore, perasaan aneh ini terus menghantuiku... tentang kematian Kotori mengambang di laut dan misteri 'diriku' yang lain yang ternyata jahat dan merupakan dalang dari semua ini.


Namun tetap ada satu pertanyaan yang belum terjawab, siapa sebenarnya yang mengirimku alat aneh itu? Apakah Kotori juga pelakunya? Kami belum tahu jawabannya. Mungkin jawabnya ada di ujung langit.


"Honoka, aku dan Hanayo sebenarnya sedang membuat alat untuk mengembalikanmu ke 6 tahun lalu... namun alat itu belum selesai karena kami bertemu denganmu terlalu cepat..." jelas Umi, ekspresinya tambah sedih ketika mengingat Hanayo sudah tiada. Tentu saja dia sangat terpukul, aku juga.


"Kita harus menemukan alat itu secepatnya," Eli usul, "aku akan berhenti jadi maid untuk mengembalikanmu Honoka," kulihat tekad dibalik mata birunya yang bersinar itu, tetapi jika dipikirkan, bukannya Alisa sedang sakit??


"Tidak ada jalan yang aman," Nozomi tiba-tiba berkata, "Honoka, dirimu yang lain itu sebenarnya adalah tiruan seperti milik Umi... dia bisa menghancurkan, dan itu sangat berbahaya," jadi, dia robot??


"Alasan Kotori membuatnya adalah karena dia tidak rela kehilanganmu, namun dia menutup hati padamu. Entah apa yang menyerang kepalanya sampai berpikiran seperti itu..." Umi menambahkan, "peran Nico juga penting untuk mengawasimu, semua yang terjadi belakangan ini diatur oleh kami," maksudnya adalah dirinya, Rin, dan Nozomi.


----


Hari mulai sore, perasaan mencekam kembali datang, ditambah lagi angin dingin berhembus yang menusuk tulang. Semuanya terpecah saat tiba-tiba saja telepon berdering di rumah itu, padahal Nozomi bilang telepon itu sudah usang.


Nozomi mengangkat panggilan itu namun tidak berbicara, terdengar suara misterius yang mengancam... terdengar seperti hembusan nafas dingin yang menimbulkan uap bermunculan. Nozomi memberitahu kami untuk tetap diam.


"... dan akulah Honoka yang sebenarnya..." akhir dari panggilan itu, aku rasa itu adalah 'diriku' yang lain-- "T-Tolong!!" terdengar suara Nico dengan jelas!! Dia menahan Nico!!


Panggilan terputus, kami semua berpandangan... "B-Bagaimana ini?!" tanyaku panik, Umi pergi ke ruangan lain lalu kembali dengan membawa busur dan anak panah.


"Kita harus selamatkan dia... karena dia adalah bagian penting dari tim!! Ayo!!" Umi menendang pintu dengan kasarnya, belum pernah kulihat Umi menendang pintu... belum pernah.


----


Akhirnya kami keluar senja itu, mencari keberadaan Nico yang tengah diteror oleh 'diriku' yang lain. Ini semua membuatku pusing!! Ahh!!! Aku tak tahu kemana arahnya, tapi Umi yang memimpin didepan. Dia bilang akan ke lokasi Hanayo terlebih dulu. Namun--


"Itu mereka!!" tiba-tiba kami terhenti oleh seruan seorang gadis, sepertinya pernah kulihat sebelumnya. I-Itu... yang waktu itu meminta tanda tangan?! Chi... siapa namanya? "Tangkap mereka!!"


"Honoka!!" Umi mendorongku kebelakang, melindungiku dengan tubuhnya sendiri, lalu mulai menarik panahnya dan bersiap menembak, "matilah kau tiruan!!" dia menembakkan anak panah itu, melesat secepat angin di musim dingin, Chika (akhirnya aku ingat!) pun tergeletak dengan percikan api dari dadanya... a-apa?! Dia hanya robot?!


"Kau lihat, jangan percaya dengan orang yang tiba-tiba mendekatimu... mereka bisa saja hanya tiruan..." Umi selesai, kami pun kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Hanayo. Entahlah, kusebut saja rumah.


----


Tak lama kemudian kami sampai, didepan sebuah bangunan tua seperti garasi besar dengan bagian depan yang karatan... sungguh tempat yang menjijikkan, "Hanayo!!" astaga, Umi sekali lagi menendang pintu.


Kami masuk dan disuguhi dengan pemandangan bersimbah darah. Jasad Hanayo masih ada disana dengan mata terbuka, jari-jarinya sudah tiada, berceceran disekitar komputer yang buram. Kacamatanya pecah dan mulutnya terbuka, sungguh sadis...


Eli mendekati Hanayo dan membelai rambutnya, "Sayang sekali... dia sud---"


Eli tiba-tiba saja tumbang, panah menancap di kepalanya. Hah?! Aku pun mundur beberapa langkah, bola matanya hampir keluar disertai darah dari bagian samping... a-apakah dia mati semudah itu?!


"Nico... Nico... Nui..." terdengar suara menggelegar dari balik bayangan, firasatku tak enak, Umi dan Nozomi melindungiku dengan tubuh mereka, lalu muncullah sosok yang paling tak diinginkan...


'Diriku' yang lain...


Dia memegang apa itu namanya ya... crossbow, nah itu... di tangan kiri, dan ditangan kanan, pisau spiral yang terlihat sangat berbahaya... dari cairan ungu yang menetes, sepertinya sudah dilumuri racun. Aku terus mundur sampai tak sengaja menendang kepala Eli yang sudah tak bernyawa. Darahku memanas.


"S... Sungguh hebat... me... melihat kalian ada disini... U-Umi... f... faito... dayo!!" kepingan kaleng itu membuka mulutnya, dia seperti hantu yang ada di film, membuka mulutnya sampai rahangnya hampir patah, lalu menghunuskan pisau itu pada Umi.


Terjadi pertarungan hebat disini...


---Bersambung...

Kousaka Honoka: WARPEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang