Chapter 25

101 4 0
                                    

---


"Umi-chan!! Bagaimana ini!!" aku panik dan berpegangan padanya saat alat perang kami satu-satunya mulai jatuh. Aku tak mau mati sekarang!! Aku masih harus pulang!


"Tenanglah!" Umi merangkulku, menahan dengan sekuat tenaga, lalu ia melontarkan kursi kami dengan harapan mendarat diatas sebuah gedung yang tak jauh dari sana.


Saat kami di udara, aku sangat takut dan tak mampu membuka mata. Kami pun mendarat diatap gedung rata itu dengan sedikit luka lecet. Bukan merasa aman, kami malah disambut oleh peniru lain.


"Honoka, tetaplah dibelakangku..." pinta Umi, kuanggukkan kepala saja, karena aku bisa apa? "Majulah kau robot sialan!!" Umi kembali menggunakan busurnya, dia mengarahkan panahnya pada kepala sang tiruan.


Panah itu berhasil mengenai target, besi-besi itu pun tumbang. Kami turun dari gedung itu dengan menggunakan tangga, sungguh perjalanan yang berat. Karena kelelahan, kami berhenti ditengah-tengah. Sekitar lantai 5 dari 7 lantai.


"A-Aku lelah Umi-chan..." keluhku, nafasku sudah tak terkendali, aku haus, tenggorokanku kering... aku sudah benar-benar tak punya harapan untuk lari--


"Naiklah," Umi menawarkan punggungnya, menginginkanku untuk naik. Aku pun terdiam, "jika kau sudah tak kuat berlari, aku bisa menjadi kakimu. Aku akan melindungimu sampai kau bisa pulang ke zamanmu yang dulu... dan memperbaiki semua ini," ucapnya.


Ucapannya itu sangat menyentuh hatiku, aku memang membutuhkan dukungan mental seperti itu, karena saat ini keadaanku begitu parah karena kehilangan semangat dan banyak teman... aku ingin semua ini cepat berakhir.


----


Kami pun sampai di pintu keluar, kota benar-benar sudah hancur. Ini seperti bom waktu yang akhirnya meledak. Aku masih tak mengerti siapa yang menciptakan para tiruan dan apa tujuan mereka sebenarnya... apa mungkin mencariku? Tidak mungkin.


Banyak polisi dan tentara di jalan, menghabisi mereka satu per satu, yang aneh adalah, kebanyakan tiruan itu wanita... berarti pembuatnya adalah wanita juga. Yang membuatku penasaran adalah siapa sebenarnya yang buat?? ---


"Honoka!!" Umi tiba-tiba menarikku, ternyata dia menyelamatkanku dari serangan sebuah pisau daging tajam yang hampir merobek leherku. K-Kenapa aku kurang memperhatikan?!


"Hampir saja!" dia berteriak padaku, seperti biasanya, "Honoka, perhatikan apa yang ada didepanmu!!" dia mulai kesal, aku suka sifat seperti itu, aku rindu padanya. Terlihat dari jauh Nozomi berlari kemari, aku menyuruh Umi untuk menembak robot yang ada dibelakangnya.


----


Terdengar suara percikan api, terlihat menyembur ke udara, dua tiruan itu berhasil dilumpuhkannya, kecepatan dan akurasinya menggunakan panah memang tak bisa dibantah. Apalagi menginjak usia dewasa, kemampuannya dalam memanah tak perlu ditanyakan lagi.


"Syukurlah kau selamat Nozomi-chan!" aku langsung memeluknya dengan lembut, dia benar-benar terlihat lelah, ditambah lagi luka di kedua tangannya yang panjang namun sudah kering.


Nozomi tersenyum saat aku menatap wajahnya. Dia terlihat senang bertemu dengan kami, "Disana masih ada banyak yang mencari Honoka, dan Hono-bot masih hidup... aku tak mampu melawannya sendiri..." dia kebingungan. Tentu saja, siapa yang tak akan meminta bantuan di situasi seperti ini...?


----


"NICO NICO NII!!!!" suara menggelegar bagai petir terdengar dari atas, bayangan besar menghalangi sinar matahari yang mulai pudar, lalu terasa sangat panas dan sinar merah mulai membakar didepan kami, "MENEBAR SENYUMAN YAZAWA NICO NICO!!"


I-Itu laser yang mirip dengan You!! Namun dengan skala yang lebih besar, dan mulai membakar seisi kota! A-Apakah itu benar Nico?? Aku ingin melihat keluar namun dilarang oleh Umi karena takut terbakar.


"UMI!! NOZOMI!! AKU MASIH HIDUP!!" dari suara seraknya itu, aku bisa tahu percaya kalau memang setan twintail itulah yang mengendalikan robot raksasa yang terbang diatas kami. Sekarang tak ada lagi yang bisa menghentikan---


Getaran terjadi di perut bumi, aku, Umi dan Nozomi berhamburan keluar, begitu juga dengan orang-orang yang panik berlarian tak menentu. Dari tanah keluar seperti tumpukan besi yang keras, membentuk tanduk di kanan dan kiri.


Tak lama kemudian, besi itu benar-benar keluar... i-itu... adalah robot juga!!!


Kami bertiga panik, lalu turunlah tangga tali dari Nico, dan kami disuruh naik olehnya. Untung saja, jika kami masih ada di bawah, maka matilah kami. Aku berlindung dibelakang Nozomi saat ada diatas.


"SHINYYYYYY!!!!" seseorang dalam robot berwarna emas itu berseru. Rasanya aku kenal suara ini...


---


Bersambung...

Kousaka Honoka: WARPEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang