Chapter 4

177 9 0
                                    

---


Wanita pirang itu mengajakku berbelanja, dan memberikanku es krim yang dingin dan lembut. Sekilas kurasa betah bersamanya, sepertinya aku kenal sifat seperti ini...


"Honoka," panggil wanita itu, aku yang sedang asik menjilati es krim menoleh padanya, "kau 'kan belum punya tempat tinggal, jadi kau ikut denganku saja ya," wah dia baik sekali, baiklah. Kuanggukkan kepala, dia membelai kepalaku.


Kami berdua berjalan menyusuri pemandangan orang-orang yang sibuk, tak memperhatikan jalan mereka. Ya memang jalan di kota ini tidak terlalu ramai, ditambah pemandangannya yang mengarah ke laut.


Beberapa menit kaki melangkah, akhirnya kami sampai di sebuah apartemen, dimana wanita tadi tinggal. Aku tertarik dan sangat antusias dengan itu, namun di sudut hatiku, aku rindu kenyataan. K-Kapan aku bisa keluar??


----


"Nah, kita sampai!" wanita itu berseru semangat, seraya menunjukkan ruangannya yang megah. Benda-benda di rumahnya sangat dia perhatikan, ditata dengan baik dan letaknya indah dipandang, aku sempat terpaku beberapa saat. Lalu wanita itu sedikit menepuk kepalaku. Aduh!


"ahaha, jangan seperti itu, anggap saja rumah sendiri ya," wanita itu berjalan, lalu masuk ke sebuah ruangan, "aku akan mandi dulu!-- Aduh!!" eehh... i-itu pasti sakit. Wanita itu malah membentur tembok. Lucu sekali...


Menunggu wanita itu selesai dan wangi, kududukkan diri diatas sebuah sofa besar berwarna merah cerah bagai bersimbah darah. Kulihat-lihat dinding rumah itu, dan terkejut karenanya...


Banyak sekali foto-fotonya bersama teman-teman, kalau begini aku jadi ingat Myus... ah aku ingin keluar dari game ini! Bagaimana caranya!! "Quit!! Quit!!" seruku, namun sang tuan rumah malah keluar sedikit dan bertanya padaku, "ehh... maaf..."


Dia meneruskan mandi, sementara aku terus penasaran dengan pemandangan yang kulihat dan kurasa. Foto-foto wanita itu dan teman-temannya makin mengiris hati, kupikir melihat Umi... ternyata hanya mirip saja.


----


Malam tiba, burung berhenti berkicau, matahari menghilang, kegelapan mulai datang. Aku dan wanita itu-- t-tunggu, aku belum menanyakan namanya, "Anu... maaf..." aku memotong konsentrasinya saat makan. Dia makan lahap sekali, melebihiku.


"Hmm... hmmnn!!" dia terlihat menggerutu dalam mulutnya yang penuh itu, anehnya dia tidak makan banyak nasi, kebanyakan hanya roti saja. Kupikir dia kesal karena sedang makan diajak bicara.


Dia menyeruput teh hangat, lalu bersiap bicara---


"Ah, maaf Honoka," ahh, teleponnya berdering, dia malah pergi ke kamar. Meninggalkanku dengan kepala yang penuh tanda tanya... huuh...


Kubuka jendela, melihat indahnya kota itu, laut yang terlihat jelas dari lantai 23 itu. Bulan purnama begitu indah memantulkan cahaya langsung ke mataku, membuatku mengantuk.


Kudengar asiknya wanita itu bertegur sapa dengan temannya lewat telepon, apakah salah satu dari yang ada di foto? Kenapa aku jadi merindukan Myus? Aku merasa sedang ada di sebuah tempat yang jauh, padahal aku ada di kamar bersama Maki, yang kulakukan hanya memakai alat aneh ini...


Aku tak ingin seperti dalam sebuah anime yang---


"Ahh, maaf Honoka," wanita itu kembali, menebar sedikit semangat, "a-aku harus pergi..." apa?! Kukira dia akan mengobrol bersamaku?! Ah, karakter game macam apa dia?! "t-teman-temanku sudah menunggu untuk reuni. Aku tak mau melewatkan karena aku ket-- eh, karena aku yang menyatukan mereka!! Ahaha, dah!"


----


Wanita itu pergi... dengan senyum yang tak biasa, kuharap dia baik-baik saja. Hm... kalau begini lebih baik kupandangi saja bulan yang indah itu. Bulan dan laut dibawahnya mengingatkanku pada Umi dan Eli... ehm...


Mungkin mereka pasangan yang cocok.


Ahahaha...


---


Bersambung...

Kousaka Honoka: WARPEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang