Chapter 12

145 7 0
                                    

---


Tak salah lagi, mungkin ada sesuatu terjadi diantara mereka di zaman ini. Mungkin semacam konflik atau perbedaan pendapat yang berbahaya. Aku tak tahu pasti apa itu, yang pasti adalah aku harus mengetahuinya.


Kotori membicarakan tentang teman-teman lain dengan Rin. Sementara aku dan 'diriku' terdiam. Entah mengapa itu, mungkin dia tak tahu atau tak peduli dengan apa yang terjadi. Tetap menjadi tugasku untuk mencari kebenaran disini.


Belum juga kudapat kesimpulan, Kotori sudah mengajak kami untuk pergi. Dengan berat hati kutinggalkan Rin. Dia melambai dengan lemah sambil memperlihatkan wajah sedih dan sangat lucu. Dia seperti tak ingin ditinggal olehku.


Setelah kami agak jauh, Rin kulihat kembali masuk ke rumah sambil menyusut air mata. Dia menangis, entah apa sebabnya. Sangat sedih meninggalkannya, namun Kotori memaksa kami untuk mengunjungi yang lain.


----


"Nah, kau sudah bertemu dengan Eli 'kan kemarin?" tanya 'diriku', ya aku ingat itu. Dia sangat cantik. Bahkan mungkin tiga kali lebih cantik dari saat SMA... apakah dia sudah menikah? Tidak mungkin wanita secantik itu belum menikah di usia seperti ini.


Kami bertiga berjalan menuju keramaian, bahkan jalanan ini macet oleh orang berjalan, bukan oleh mobil. Rasanya seperti di Akihabara, namun di kota yang berbeda. Apakah kedua kenyataan ini terhubung? Entahlah, aku tak tahu.


Kami berbelok didekat monitor raksasa, benar-benar banyak orang disini. Hampir saja aku kehilangan jejak Kotori, namun kami melewatinya bersama dengan bergandengan tangan.


Beberapa langkah kemudian, kami berhenti di sebuah cafe. Apa? Kenapa kesini...?


"Ah, Kotori, Honoka!" sesosok maid mendatangi kami, dengan rambut diikat twintails ke belakang, mata biru yang bersinar. I-Itu Eli...?? Dia bekerja menjadi maid sekarang?? "... kau?" dia melihat padaku.


Kami bertiga diberikan tempat duduk di sudut, Eli juga duduk bersama kami. Dia terlihat sangat bahagia bekerja disini. Aku yakin ini hanya paruh waktu saja, karena tidak mungkin pekerjaan primer-nya adalah maid, dia pasti sedang kuliah.


"Ahahaha... aku sudah kekurangan biaya," jawab Eli mengejutkan. Bohong!! Dia ini 'kan orang kaya juga! M-Meski tidak sekaya Maki... "dengan menjadi maid seperti ini, aku bisa sedikit mencukupi kebutuhan sehari-hari,"


"B-Bagaimana dengan Arisa...?" tanyaku, dengan perasaan iba, tak ingin terjadi seperti ini pada orang lain, atau pada diriku sendiri, "a-apa dia baik-baik saja?"


Eli menatapku dengan mata yang sedih, lalu dia menjawab dengan suara pelan, hampir seperti berbisik, "Arisa sedang sakit parah, dia tak bisa sekolah lagi karena kakinya patah... sementara nenekku sudah meninggal. Ayah dan ibu bercerai, dan sudah tak peduli dengan kami..." p-pertanyaan konyol... aku membuat gadis keturunan Russia ini menangis.


Sungguh miris nasib Eli. Aku tak percaya melihatnya seperti ini... aku mulai menangis mendengarnya, "Lalu... bagaimana dengan Nozomi-chan...?" tanyaku berani, kupikir akan memberinya sedikit semangat.


----


Semuanya sunyi, bahkan Kotori dan 'diriku' juga tak bersuara. Aku celingak-celinguk melihat mereka, lalu Kotori mendekat dan berbisik padaku, "Nozomi tiba-tiba saja menghilang... entah kemana dia pergi..." a-apa?


"... Malam itu, adalah malam yang sangat aneh," jelas Eli, aku mendengarnya dengan penuh perhatian, "kami berdua sedang bermain-main, lalu dia mencoba sesuatu yang asing. Entah apa itu, tapi bentuknya seperti helm... dan tiba-tiba menghilang didepanku..." Eli menangis lagi.


T-Tunggu, apa? Mencoba benda asing yang bentuknya seperti helm...? A-Apakah...


N-Nozomi...?


---


Bersambung...

Kousaka Honoka: WARPEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang