---
Dua gadis yang didepan mendekati kami bertiga perlahan-lahan. Sambil malu-malu menutupi wajah mereka. Namun satu yang berambut aneh itu tampak cukup percaya diri.
"A-Anu..." salah seorang dari mereka menyodorkan buku catatan sekolah, dan sebuah pena, "b-bolekah k-kami..." mereka tergagap, sementara satu yang pirang memainkan rambutnya dengan wajah yang lucu.
"ah, lama!" yang pirang itu mengambil catatan tadi, "jika kau benar-benar Kousaka Honoka-san, maka tanda tanganilah ini!" serunya padaku, diriku yang sudah dewasa terkejut, aku pun menyuruhnya dan Kotori untuk pergi.
Selesai memberi tanda tangan padanya, gadis kecil yang bersembunyi muncul, berlari kecil sambil-- oh... ahaha, dia jatuh. Kasihan. Tawaku yang cukup keras membuatnya tersipu, menutupi luka di hidungnya dengan buku tebal itu.
"Kalian ini teman yang tadi?" tanyaku penasaran, sambil memberikan catatan pertama, lalu menorehkan tinta pada catatan kedua. Membuat mereka bingung.
Yang berambut pirang matanya bersinar, "Yang tadi? Ohhh!" dia memukul tangannya sendiri, menyimpulkan sesuatu. Ikat bulat aneh di rambutnya menggelikan sekali, seperti membesar seraya gadis itu berpikir, "pasti Chika!! Oya, perkenalkan, aku Ohara Marrrrii...!!" dia berbicara dengan nada konyol.
"kami adalah..." gadis bernama Marrrriii itu menoleh pada dua temannya, namun mereka hanya membeku, wajah mereka memerah seperti stroberi, "ayolah, jangan malu-malu!!"
Dia menyeret kedua temannya untuk bicara, akhirnya mau membuka mulut juga, "N-N-N-Na-Namaku... Dia... K-Kurosawa... Dia... s-s-s-s-s-sa-sa-salam kenal..." dia gemetar! Apakah aku sepopuler itu? Sampai membuatnya keringatan?!
"K-K-K-Kurosawa... R-R-Ruby..." ucap yang satu lagi, nama yang bagus. Mungkin kepanjangan dari Diamond dan Ruby, dua perhiasan yang sangat mahal. Apalagi Diamond. Ah, pikiranku terbang.
"Kami adalah idol sekolah, Aqours!!" Marrriii bergaya dengan lincahnya, sementara Dia dan Ruby masih terdiam, membuat suasana makin tak nyaman. Ah sudahlah, jangan menghinanya dengan logat anehnya, ahaha...
Akhirnya dua Kurosawa bersaudara itu mengikuti gaya Mari meski agak tidak rela. Wajah merah mereka makin terlihat jelas. Mereka semakin tersipu malu melihatku, ya bagaimana pun juga, aku adalah idol legendaris, ahahaha. Tidak.
----
Sekilas terlupa olehku ketiadaan Umi, mengingatnya begitu mengiris hati menyayat perasaan. Terasa sakit namun tak berdarah, aku tak ingin larut dalam kesedihan dan menggambarkannya dengan wajah ini.
"Ahaha, senang bertemu dengan kalian, tapi aku harus pergi," ucapku pamit pada tiga siswi SMA itu, mereka terkejut dan tak menyangka, lalu aku pun berjalan melangkah berat kembali ke apartemen-'ku' sendiri.
Saat aku sampai, terdengar suara empuknya tempat tidur, aku belum membuka pintu karena fokus mendengarkan itu. Terdengar suara ceria Kotori dan 'aku', m-mereka sedang a-apa??
Suara itu cukup lama terdengar, namun berhenti dengan suara lembut Kotori. Akhirnya aku pun masuk, melihat mereka begitu kusut. Bantal ada dimana-mana, mungkin sedang ada perang bantal. Atau semacamnya.
Jeritan-jeritan tadi membuatku curiga dengan cara berpikir yang sesat. Tak pasti dan jahat. Wajah ceria Kotori berubah pudar saat melihatku. Kenapa?? Apa yang terjadi sebenarnya dengannya??
Akhirnya 'diriku' keluar, dia memberiku segelas jus jeruk dingin sungguh menyegarkan raga dan jiwa. Cairan manis itu mengalir di sekujur tubuh, memberi sensasi baru untuk hati yang semu. Oh, maksudku kenyataan yang semu.
"Honoka, aku ingin kau bertemu dengan teman-teman di zaman ini," tiba-tiba saja Kotori mendekat dan duduk disampingku. Dia menebar senyum dengan ekspresi yang palsu. Aku bisa merasakannya.
Getaran hati yang dalam.
---
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kousaka Honoka: WARPED
HorrorHonoka terjebak dalam Virtual Reality!! (Sebuah fanfiction dari anime idol legendaris Love Live! School Idol Project)